Keracunan Massal

355 38 10
                                    

Xiaoyi beserta Guan Ming memapah Lanhua menuju kereta kuda yang sudah disiapkan oleh Qiao Wanmian.

Langkah Lanhua terhenti begitu melihat pemuda berbaju biru tua yang ada di hadapannya. "Kenapa dia ada di sini?"

"Siapa? Wei qi? Dia orang Balai Baichuan sekarang. Kami menemukannya sekarat di jalan setapak hutan bambu. Orang-orang sekte siluman tengkorak membuangnya karena dia bisu dan tak berguna," balas Xiaoyi.

"Tak berguna? Mereka semua yang tak berguna!" ujar Lanhua sambil marah-marah.

Xiaoyi dan Guan Ming segera menahan Lanhua yang ingin mengamuk. Lanhua tak habis pikir, bagaimana bisa Sekte Siluman Tengkorak menganggap Wei Qi tidak berguna? Dia ahli ramuan, terutama racun. Bahkan Lanhua banyak belajar darinya saat harus tinggal selama dua minggu bersama Li Lianhua untuk merawat ketua sektenya.

Pemuda itu akhirnya menoleh dan senyumnya mengembang saat melihat Di Lanhua. Dia pun segera menggerakkan kedua tangannya dengan penuh semangat.

"Aku tidak apa-apa, hanya terluka sedikit. Eh, kalau orang Balai Baichuan jahat padamu, kau boleh datang padaku. Kita kan teman," ujar Lanhua lambat-lambat agar Wei Qi bisa membaca gerak bibirnya.

"Kau ini mengajak temanmu menginap atau mengajak calon suamimu tinggal bersama sih?" ujar Xiaoyi agak kesal.

Guan Ming tak sanggup menahan tawanya begitu melihat Xiaoyi membuang wajah untuk menyembunyikan kekesalannya. Xiaoyi selalu saja bersikap acuh tak acuh di depan Lanhua, tapi dia juga tak bisa menahan rasa kesalnya tiap kali seseorang mencoba untuk dekat dengan gadis itu.

"Orang-orang Balai Baichuan baik? Syukurlah kalau begitu. Ingat, kau punya aku," kata Lanhua meremas bahu Wei Qi dengan tatapan serius yang sungguh menggemaskan. Jantung Wei Qi berdegup kencang dan wajahnya seketika merona merah, dia bahkan sampai menelan ludah karena gugup.

"Sudah-sudah, ayo berangkat. Nanti kita kemalaman di jalan. Xiao Hua, ayo pegangan padaku," ujar Xiaoyi.

Hup!

Wei Qi terlebih dulu memegangi pinggang Lanhua dan membantunya naik ke atas  kereta kuda. Gadis itu tersenyum sambil berterima kasih dan segera masuk ke dalam. Rahang Xiaoyi terbuka lebar, dia tidak percaya akan hal yang baru saja terjadi di hadapannya. Guan Ming menampar pelan pipi Xiaoyi sambil berkata, "bangunlah Fang Xiaoyi, kalau kau tidak cepat, mungkin kau akan kalah dari Wei Qi." Setelah mengatakannya, Guan Ming tertawa dan masuk ke kereta.

Xiaoyi mendengus, lalu bergabung bersama ketiganya, sementara Wei Qi memegang kendali kuda.

***

Satu jam kemudian....

Sebelum Wei Qi sempat mengulurkan tangan, Xiaoyi terlebih dulu menggendong Lanhua di punggungnya, membuat gadis itu terkejut.

"Kau ini kenapa?" tanyanya sambil memeluk leher Xiaoyi erat-erat, sehingga pemuda itu bisa merasakan hembusan napas hangat mengenai lehernya.

"Jangan dekat-dekat dengan orang asing," balasnya ketus.

"Wei Qi bukan orang asing," balas Lanhua.

"Tapi kau belum lama kenal dengannya," kata Xiaoyi lagi.

Lanhua tertawa kecil, kemudian memberi kecupan singkat di pipi Xiaoyi, membuat telinga Xiaoyi memerah dalam sekejap.

Sesampainya di kamar tamu, mereka mendapati Fang Xiaobao tengah menetralisir racun di tubuh Di Feisheng. Sementara Guan Hemeng masih memeriksa denyut nadi Li Lianhua.

"Paman Guan, bagaimana?" tanya Lanhua.

"Racun ini aneh, tidak bisa dideteksi dengan tenaga dalam. Aku hanya bisa menekannya menggunakan beberapa herbal saja. Apa kau punya ide?" tanya Guan Hemeng yang terlihat cemas.

"Bagaimana dengan Ayah Di?" tanya Lanhua lagi.

"Dia baik-baik saja, dia tidak terkena panah beracun, hanya kebanyakan menghirup asap saja," ujar Fang Xiaobao.

Lanhua mengambil belati kecil dari kantung bajunya. Kemudian mencari letak luka Li Lianhua. "Ayah, maaf."

Dia pun menyayat luka Li Lianhua hingga darah itu membasahi belatinya. Kemudian dia menyayat telapak tangannya sendiri menggunakan belati berdarah tersebut. Beberapa saat kemudian, racun itu mulai bekerja. Dalam sekejap dia merasa pusing dan kakinya mendadak mati rasa. Dengan sigap Xiaoyi meraih tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. "Panggil Wei Qi."

Guan Ming segera keluar dan kembali bersama Wei Qi beberapa saat kemudian.

Lanhua mengangkat tangannya yang terluka. Dia sudah bisa mengidentifikasi racunnya, tapi sebelum dia bisa mengatakan bahan-bahan penawarnya, dia pingsan. Wei Qi segera mengisap darah Lanhua yang sudah terkontaminasi dengan racun dan sesaat kemudian, dia tampak terkejut. Barulah dia meminta Guan Ming mengantarnya ke gudang obat untuk meramu obat.

***

Suasana di kamar itu cukup mencekam, di sana terbaring tiga orang yang keracunan. Guan Hemeng bersama Guan Ming dan Xiaoyi terpaksa pergi ke farmasi kota karena beberapa bahan obat tak tersedia di gudang pribadinya. Wei Qi terlebih dulu menghabiskan satu mangkuk obat penawar untuk menawarkan racun dalam tubuhnya. Kemudian dia memastikan keadaan sekitar, sebelum akhirnya mengeluarkan dua kantung dari dalam sakunya. Dia mengambil masing-masing satu butir pil berukuran sedang berwarna hitam pekat, kemudian dia menyuapkannya pada Li Lianhua. Setelah itu, dia membuka tempat dupa di atas meja, menghancurkan pil satunya lagi dan menggerusnya sampai halus. Dia pun meletakkan dupa yang baru saja dia bakar ke samping Di Feisheng.

Dia perlahan duduk di samping Lanhua, menggenggam tangannya erat dan menepuk-nepuknya pelan. "Kau akan baik-baik saja," ujarnya tanpa suara.

Sebelum Fang Xiaobao kembali, dia sudah terlebih dulu keluar.

***

Di Feisheng, selaku korban keracunan paling ringan, terlebih dulu siuman. Dia hampir mengira kalau dia tengah bermimpi saat melihat Li Lianhua dan Lanhua juga berbaring dengan wajah yang pucat. Bukankah tadi hanya dia dan Li Lianhua saja yang keracunan, kenapa putrinya juga tampak sakit? Matanya membelalak saat melihat lengan atas kanan dan telapak tangan kiri Lanhua dibebat menggunakan perban.

"Eh, Ah Fei. Kau sudah sadar?" kata Fang Xiaobao yang kembali ke ruangan ditemani oleh Xiao Yong.

"Apa yang terjadi pada Lanhua?" tanyanya dengan suara serak.

"Aku belum tahu mengenai kejadian pastinya. Tapi untuk luka di telapak tangan kirinya itu, karena dia mencoba meracuni dirinya sendiri dengan darah Li Lianhua yang terkontaminasi racun untuk mencari tahu penawarnya. Putrimu benar-benar bernyali besar. Aku belum pernah melihat orang begitu berani sepertinya. Mirip sekali seperti ayah-ayahnya yang tidak takut mati. Minum dulu," kata Fang Xiaaobao sambil mengulurkan secangkir teh. Dia terkejut saat melihat pergerakan Lanhua, kemudian tertawa.

"Dia sedang tidur rupanya," ujar Xiao Yong yang juga tak bisa menahan senyumnya.

"Li Lianhua." Fang Xiabao buru-buru membantunya untuk duduk.

Li Lianhua tersenyum saat Xiao Yong memberinya secangkir teh, dan perlahan meneguknya. "Tetap saja enak, sama seperti dulu," ujarnya sambil mengangkat cangkir.

"Kalau kau yang jadi suamiku, mungkin kau akan bisa menikmati teh buatanku setiap hari," goda Xiao Yong.

Mereka berempat menatap satu sama lain dan tertawa. Teringat akan Xiao Yong muda terus saja mengejar Li Lianhua beberapa belas tahun lalu. Lihat mereka sekarang, sudah berdamai dengan takdir dan menjalani kehidupan masing-masing dengan penuh sukacita bersama belahan jiwanya. Ngomong-ngomong tentang belahan jiwa, Li Lianhua dan Ah Fei saling memandang dengan senyuman tipis di bibir mereka. Bertahun-tahun mereka menghabiskan waktu bersama, bahkan menjadi orang tua bersama, apakah lantas menjadikan mereka belahan jiwa satu sama lain?

Keluarga Li LianhuaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin