Zhang Rui

140 23 0
                                    


Paginya....

Li Lianhua terkekeh saat Lanhua memeluknya lama sekali. "Mau sampai kapan kau memeluk ayahmu seperti ini?"

"Sebentar lagi, ayah. Kalau aku menikah nanti, aku akan memeluk Xiaoyi daripada ayah," balas Lanhua masih menempel seperti koala.

Xiaoyi yang mendengarnya hanya berdehem dengan telinga berwarna merah seperti udang rebus.

"Apa aku tidak mendapat giliran?" kata Di Feisheng kemudian.

Lanhua tertawa, dia berlari kecil dan membiarkan Di Feisheng mendekapnya erat-erat. "Ayah, apa aku boleh menjadi anak ayah lagi di kehidupan selanjutnya?"

Pertanyaan itu membuat hati mereka semua mencelos. Kenapa rasanya sedih sekali?

"Tentu saja," balas Di Feisheng menepuk-nepuk punggung Lanhua dengan lembut.

"Besok aku dan Xiaoyi akan menyusul ke sekte tanpa nama. Bilang pada mereka, besok kita akan bercerita sambil mengelilingi api unggun," kata Lanhua setelah melepaskan pelukannya.

Li Lianhua mengangguk, lalu menepuk-nepuk pipi Lanhua sebelum melepasnya pergi bersama Xiaoyi.

***

Xiaoyi dan Lanhua memutuskan untuk kembali menyisir bukit belakang tempat Yun Lin hilang tiga hari yang lalu. Hampir 40 menit mereka menusuri jejak yang hampir tak bisa lagi dikenali kalau bukan Lanhua yang dengan cermat mengamatinya. Mereka memutuskan untuk beristirahat di tepi sungai. Lanhua memandangi lembah yang tak jauh dari tempat mereka berhenti. "Xiaoyi, apa kau tahu lembah apa di depan sana?"

Xiaoyi yang baru saja meneguk air, menggelengkan kepalanya. Dia sendiri belum pernah menjelajah hutan belantara seperti ini. "Aku akan melindungimu, tenang saja."

Lanhua tertawa, kemudian menoleh ke arah pemuda itu. "Aku hanya bertanya, bukan meminta."

"Tanpa kau minta pun aku akan melindungimu," balas Xiaoyi.

"Kau memang mirip seperti Paman Fang. Kata Ayah Li, ayahmu waktu muda sangat berpendirian teguh dan rela melakukan apa pun untuk melindungi orang-orang yang dia sayangi, termasuk ayahku," lanjut Lanhua.

Xiaoyi tak menjawab, hanya meluruskan kaki dan memandangi air sungai yang mengalir.

"Tapi kau lebih tenang dibandingkan ayahmu yang begitu berapi-api saat melakukan sesuatu. Kau juga berpikir panjang dan lebih tampan," kata Lanhua menangkup kedua pipi Xiaoyi dan menghadiahinya sebuah kecupan singkat di bibir.

Xiaoyi yang terkejut sampai terjungkal ke belakang. "Apa yang kau lakukan?"

"Apa yang aku lakukan? Aku menciummu, memangnya kenapa? Kalau kau tidak terima, kembalikan saja padaku. Apa susahnya?"  kata Lanhua sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Ayo kita jalan, nanti keburu malam," kata Xiaoyi berjalan tanpa menoleh ke belakang.

"Heh, bodoh. Ke arah sana!" kata Lanhua sambil tertawa.

Xiaoyi berdehem dan berjalan ke arah yang ditunjuk oleh Lanhua.

***

Tak lama kemudian mereka sampai di depan gerbang usang yang berada di depan lembah. Nama yang tertulis di papan itu cukup membuat siapa saja yang membacanya merasa takut. "Lembah Bu Gui" yang berarti lembah tanpa jalan kembali. Xiaoyi menilik sekitar dan mencoba mengatur napasnya. Sepertinya kadar oksigen tidak sebanyak di luaran sana, sehingga membuat dadanya terasa agak sesak. Tanahnya juga berlumpur, akibatnya mereka agak kesusahan untuk melangkah. Jarak pandang mereka juga tidak terlalu luas, karena kabut tipis yang ada di sekelilingnya.

Keluarga Li LianhuaWhere stories live. Discover now