Shizang

167 12 1
                                    


Perbatasan Ibu Kota dan Kota Xi

Pria paruh baya itu mengambil gulungan kertas kecil dari kaki merpati yang baru sampai, kemudian melepasnya kembali. Setelah membaca pesannya, dia mencoba untuk tetap tenang.

"Apa kata Xiaoyi?" tanya Di Feisheng yang sedari tadi duduk di bingkai jendela.

"Mereka punya pangkalan militer rahasia di perbatasan," balas Xiaobao.

"Tidak mungkin? Kalau ada, kenapa kita tidak pernah tahu tempatnya?" balas Di Feisheng sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Pagoda di kerajaan saja bisa disembunyikan, apalagi barak militer. Suruh Xiaoyi menyelidiki kemana larinya pajak Kota Xi, maka dia akan menemukan jejak persediaan pangan militer baik yang tercatat atau tidak tercatat," balas Li Lianhua dengan tenang meneguk tehnya.

Fang Xiaobao menatap Di Feisheng dan mereka berdua tertawa. Li Lianhua memang pintar, seperti biasanya.

"Kenapa? Apa kalian pikir aku akan menjadi bodoh setelah koma beberapa bulan?" lanjut Li Lianhua.

Fang Xiaobao terkekeh, kemudian menggeleng dan mulai menulis surat untuk Xiaoyi.

***

"Seminggu lagi kami akan kembali mengadakan pertemuan. Ini adalah kumpulan informasi mengenai 3 pilar lain yang berkuasa di Kota Xi selain Nyonya Yingsu dari Aula Bunga. San Si, Feng Long dan Wu Ji. Kalau kalian punya rencana, kalian harus beri tahu aku agar aku bisa mengatur semuanya di luaran. Kalian bisa mencari Shi Wu di balai belajar kota jika ingin bertemu denganku," balas Haitang kemudian.

"Terima kasih, Nona Haitang," balas Xiaoyi dengan sopan.

"Panggil aku Haitang saja, kalau begitu kami pamit." Haitang tersenyum, lalu menggandeng tangan Shi Wu.

Sret!

Suara benda melesat itu membuat Haitang menoleh.

Ttak!

Xiaoyi dengan cepat menampiknya dan menarik tangan Haitang untuk bersembunyi di belakangnya.

Haitang tertawa kecil, namun dia cukup menikmati dilindungi seperti ini.

"Siapa kau?" tanya Wei Qi mengacungkan ujung pedangnya pada pemuda yang baru saja melempar batu pada Haitang.

"Orang-orang Ibu Kota memang menyeramkan," balas pemuda itu menyingkirkan ujung pedang dari lehernya.

"Gege, dia orang yang selalu menggangguku," lapor Haitang, meremat lengan kanan Xiaoyi.

Entah kenapa panggilan "gege" itu membuat Xiaoyi agak deja-vu.

"Hebat sekali. Baru kutinggal sehari kau sudah memanggil orang lain gege," balas pemuda itu lagi.

"Sekarang dia adalah kakakku dan siapapun yang mengganggu kakakku akan berhadapan denganku," balas Wei Qi.

"Shifu, dia siapa?" tanya Shi Wu dengan bingung.

"Shifu? Oh, jadi kau Shi Wu? Aku ini Shizang-mu!" balas pemuda itu lagi.

"Tidak, kata Shifu Tuan Su Wei lah Shizangku," teriak Shi Wu kesal.

"Sudah-sudah. Dia adalah Li Fei, putra Nyonya Ying Su dari Aula Bunga," kata Haitang menengahi.

Li Fei?

Entah kenapa Xiaoyi merasa nama itu tidak asing.

"Ini Su Wei, Ini Su Yan," kata Haitang sembari menahan bobot Shi Wu yang memeluk paha kanannya.

"Nama asli?" tanya Li Fei dengan tatapan tak percaya.

"Xiaobao, Wei Ying," jawab Wei Qi asal. Bagaimanapun juga mereka tidak boleh percaya pada siapapun sebelum semuanya jelas.

Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang