Koma

341 30 5
                                    


Vila Bambu

Yun Lin memegangi Xiaoyi yang terhuyung dan mendudukkannya pada kursi yang ada di tengah ruangan. Air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata Xiaoyi kini jatuh berderai. Namun dia tidak tersedu, malahan menghapus air matanya dan berdiri tegak. "Aku akan pergi ke Lembah Bu Gui."

Di Feisheng tahu kalau Xiaoyi akan bersikap seperti ini. Jadi, dia tidak melarangnya. Dia meminta Yun Lin menemani Xiaoyi untuk berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu. Dia hanya bisa menatap Li Lianhua yang masih terbaring tak sadarkan diri. Dia mengusap bibir Li Lianhua yang berwarna kemerahan setelah meneguk darah Lanhua, yang baru saja kedua pemuda itu ambil dari Danau Teratai Salju.

***

Lembah Bu Gui

"Benar-benar sudah tidak ada jalan kembali," ujar Yun Lin memandangi tempat yang sudah luluh lantak berhiaskan abu.

Xiaoyi melompat turun, kemudian dengan susah payah menggeser bola batu raksasa itu ke arah lain. Dia menemukan tusuk rambut giok milik Li Lianhua di sana dan puing-puing batu yang tersusun tak beraturan terlihat seperti runtuh ke dalam lubang. Menurut cerita Di Feisheng, Li Lianhua menunjuk tempat ini sebelum tak sadarkan diri. Apakah Lanhua tertimbun di sini?

Xiaoyi tanpa ragu mulai menggali menggunakan tangan kosong dan itu membuat Yun Lin panik. Dia memegangi tangan sahabatnya, menyuruhnya berhenti. "Xiaoyi, Xiaoyi. Kita minta bantuan dulu, kita siapkan alat-alatnya, baru kita gali ya? Kalau kau menggali menggunakan tanganmu tidak bisa selesai dengan cepat. Kita pulang, ayo. Xiaoyi, ayo."

"Tapi, tapi, Lanhua ada di dalam sana. Nanti dia tidak bisa bernapas," balas Xiaoyi.

Yun Lin tersenyum masam. Lanhua sudah kehilangan banyak darah dan terluka parah waktu itu, jika dia benar-benar tertimbun reruntuhan ini, sudah bisa dipastikan kalau dia sudah tidak bernyawa lagi. Yun Lin menotok tengkuk Xiaoyi hingga pingsan dan membawanya pulang.

***

Untuk pertama kalinya Di Feisheng merasa tak berdaya dalam hidupnya. Meski dia sudah berhasil membunuh Zhang Rui, dia kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Sudah dua hari berlalu dan Li Lianhua masih juga tak sadarkan diri. Sementara putrinya, dia hanya bisa berharap yang terbaik untuk Lanhua. Entah hidup atau mati, dia harap gadis kecilnya bisa ditemukan.

"Ehem." Guan Hemeng bingung bagaimana harus memanggil Di Feisheng, jadi dia berdehem untuk menarik perhatiannya.

"Bagaimana?" tanya Di Feisheng tanpa menoleh.

"Denyut nadinya stabil, begitu juga dengan detak jantungnya. Napasnya juga tidak berat dan sangat teratur. Aku tadi juga sudah memeriksa darahnya menggunakan jarum akupuntur, dia sudah bebas dari racun."

Di Feisheng menghela napas, kemudian mengangguk dan berterima kasih. Saat dia akan mengantar Guan Hemeng keluar, tiba-tiba saja dia tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Paman Di," kata Wei Qi yang dengan sigap memegangi siku Di Feisheng.

Guan Hemeng menatap pria besar itu dengan prihatin. Sepertinya dia harus tinggal satu hari lagi untuk merawat Di Feisheng.

***

Di kemudian hari, Xiaoyi membawa serta regu penyelamat yang terdiri dari empat orang menuju Lembah Bu Gui. Yun Lin sendiri tak banyak bicara, hanya bisa memberikan dukungan dengan keikutsertaannya. Sesampainya di sana pun, Xiaoyi tetap orang pertama yang lebih dulu menggali reruntuhan itu. Sementara yang lain pura-pura sibuk agar tak terlalu mengganggunya. Mereka sebenarnya tak tega melihat sang tuan muda begitu putus asa seperti ini, tapi menghalangi niat Xiaoyi juga dapat menyakiti hatinya. Ada baiknya mereka membiarkan Xiaoyi melihat sendiri apa yang terjadi.

Keluarga Li LianhuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang