Lanhua Hilang!

173 23 0
                                    


Pintu menjeblak terbuka dan hal pertama yang Di Feisheng lihat adalah ekspresi panik Li Lianhua. Dia dengan cepat berlari, kemudian memeluk Li Lianhua erat-erat, tapi Li Lianhua buru-buru mendorongnya. "Apa yang kau lakukan?"

Di Feisheng memegangi kedua bahu Li Lianhua kemudian memutarnya beberapa kali sambil mengamatinya. "Kau baik-baik saja?"

"Memangnya aku kenapa? Aku sehat seperti kuda. Aiyo, kau terluka juga?" tanya Li Lianhua saat melihat bekas darah di kaki Di Feisheng.

"Memangnya ada yang terluka selain aku?" tanya Di Feisheng.

Li Lianhua menarik Di Feisheng ke ruang pribadinya. Di sana terbaring Yun Lin dan Feiyu yang tengah tidak sadarkan diri.

"Mereka?"

***

Li Lianhua terkejut saat salah satu murid kecilnya menunjuk pintu masuk sekte. Dia melihat Yun Lin dan Feiyu yang tak sadarkan diri, terbaring di sana. "Kakak Wei Qi yang membawa mereka, shifu!"

Dibantu dengan beberapa murid sekte, Li Lianhua berhasil membawa keduanya masuk. Dia juga sudah mengirim salah satu muridnya untuk mengabari Yun Biqiu dan Guan Hemeng untuk datang. Dia sebenarnya ingin menyusul Di Feisheng karena pria itu sudah lama tak kembali, tapi malah mendapat kejutan seperti ini.

***

"Kau bertarung dengan siapa tadi?" tanya Li Lianhua meratakan obat serbuk pada luka Di Feisheng yang masih basah.

"Zhang Rui. Dia kakak seperguruan Jiao Liqiao dan ingin membalas dendam padaku. Ada baiknya kau dan Lanhua mengamankan diri di tempat Fang Xiaobao. Aku tidak mau mencelakai kalian hanya karena urusan pribadiku."

Li Lianhua mengangkat kepalanya untuk menatap Di Feisheng. "Kau bahkan kalah melawanku. Apa yang harus kutakutkan?"

Di Feisheng tersenyum, kemudian melurukan celana panjang hingga lukanya tertutup.

"Shifu! Shifu! Kak Wei Qi," ujar salah satu murid dengan terengah-engah.

Belum sampai mereka menyeberangi halaman tengah, dia melihat murid-muridnya memapah Haoyu. Lalu di belakangnya Wei Qi menyusul dan ambruk bersama seseorang yang hampir tak dapat lagi mereka kenali karena sekujur tubuhnya berlumuran darah. Li Lianhua meminta Di Feisheng untuk membawa Wei Qi ke ruangan yang sama dengan Haoyu, sementara dia akan menangani pemuda di hadapannya.

Li Lianhua membalikkan tubuh pemuda itu dan seketika dadanya terasa sesak. "Xiaoyi? Xiaoyi! Di mana Lanhua?!"

***

Sekarang sekte tanpa nama itu bagaikan rapat pertemuan wali murid. Yun Biqiu, Guan Hemeng beserta istrinya dan Fang Xiaobao juga ada di sana. Mereka belum bisa menanyai anak-anaknya karena belum ada yang siuman sampai sekarang. Yang terluka paling parah di antara mereka semua adalah Xiaoyi, dua luka terkena anak panah, 4 sayatan pedang dan beberapa luka dalam karena pukulan yang begitu kuat. Li Lianhua dan Di Feishenglah yang paling cemas saat ini. Hanya putri mereka yang tak jelas keberadaannya.

"Paman Li," ujar Wei Qi dengan suara parau. Rasa nyeri menyebar ke seluruh tubuhnya saat dia terbatuk.

Li Lianhua segera memberi Wei Qi air minum dan duduk di sebelahnya. Dia tidak memburu bocah itu dengan berbagai pertanyaan, melainkan dengan sabar menunggu Wei Qi untuk bercerita.

***

Flashback

Wei Qi baru saja ingin masuk ke dalam Balai Baichuan ketika seseorang bersiul untuk menarik perhatiannya. Orang itu melambaikan tangan pad Wei Qi dan memberikan isyarat agar dia pergi mendekat.

"Kau harus cepat!" Setelah mengatakan hal itu dan meletakkan sebuah gulungan kertas di tangan Wei Qi, orang itu melontarkan bom asap dan menghilang.

Wei Qi terbatuk dan segera mencuci wajahnya yang terkena bubuk mesiu. Kemudian dia membuka gulungan kertas itu sambil mengedip-ngedipkan matanya yang masih terasa perih.

Wei Qi, jemput aku di kaki Lembah Bu Gui. Bawa makanan juga, aku lapar.

Itu tulisan tangan Yun Lin, Wei Qi tahu betul akan hal itu. Dalam hati dia bersyukur karena temannya terlihat baik-baik saja, hanya saja tulisannya tidak terlihat penuh penekanan. Mungkin tangannya terlalu lemas karena sudah lama tidak makan. Wei Qi pun pergi ke dapur, membungkus dua bakpao besar dan paha ayam. Setelah itu dia menanyakan lokasi Lembah Bu Gui kepada salah satu seniornya dan meminjam kuda milik Xiaoyi dari istal Sekte Sigu.

Dia tidak menyangka jika perjalanannya akan cukup jauh, jadi dia berhenti dua kali sebelum mencapai tempat itu. Demi keamanan dan berjaga-jaga kalau yang dia dapat tadi adalah surat kaleng, dia mengikat kuda coklat miliknya di pohon dekat gubuk terbengkalai yang berjarak 20 meter dari kaki Lembah Bu Gui. Dia sengaja memanjat pohon dan mengamati situasi dari atas sana. Benar saja, tak lama kemudian dia melihat Yun Lin dengan kedua tangan terikat dan mata ditutup kain, bersama dua orang muncul. Dia baru saja ingin menyerang saat melihat kedua orang itu menunjukkan gelagat aneh. Namun dia mengurungkan niatnya, saat mereka membuka ikatan tangan dan penutup mata Yun Lin.

Mereka bertiga mengangguk satu sama lain, kemudian Yun Lin tampak mengusap lehernya dengan sesuatu dan gadis di hadapannya mengarahkan belati ke leher Yun Lin. Jelas sekali bahwa sisi belati yang tidak tajamlah, yang menyentuh kulit Yun Lin. Mereka sedang berakting agar terlihat seperti pembunuhan. Yun Lin terbaring di tanah dengan luka yang lumayan terlihat nyata.

Kedua orang itu baru saja akan kembali. Sayangnya muncul empat orang dengan senjata di tangan, yang kemudian menyerang mereka. Wei Qi memakai topeng daruratnya, melepas sarung tangan besinya dan melompat turun. Sebelum nenek palsunya belajar mempelajari tapak beracu melalui buku peninggalan leluhur keluarga Yue. Dia adalah orang pertama yang berhasil menguasainya. Bisa dibilang, dialah si Tapak Beracun yang asli.

Wei Qi menendang mayat ke empat orang itu hingga berguling menuju jurang. Sekarang masalahnya, dia tidak mungkin membawa tiga orang yang tidak sadarkan diri sekaligus.  Yun Lin yang menghirup obat bius, kelaparan serta dehidrasi tidak bisa dibangunkan dengan mudah. Dia meniup peluit perak di lehernya sambil berharap kalau kuda Xiaoyi cukup kuat untuk merobohkan pohon tempat tali kekangnya diikat.

Dia membawa Yun Lin dan Feiyu terlebih dulu. Sebelumnya dia menusukkan jarum akupuntur ke salah satu titik di tubuh Haoyu agar dia pingsan lebih lama dan menyembunyikannya di semak-semak sebelum kembali menjemputnya. Karena jarak Balai Baichuan yang terlalu jauh, dia memutuskan untuk membawa keduanya ke Sekte Tanpa Nama. Dia bahkan sampai tidak sempat menyapa gurunya, karena harus cepat-cepat membawa Haoyu pergi.

Lagi, lagi dia mendapati hal tak terduga lainnya. Dia mendapati mayat berlumuran darah terlentang di tengah jalan saat kudanya akan lewat. Wei Qi berniat untuk menyingkirkannya, tapi dia menyadari gelang benang merah di tangan orang itu dan hiasan pedang yang berserakan di sampingnya. "Xiaoyi? Ya ampun, Xiaoyi! Bangun!"

Saat dia berhasil naik ke atas kuda  bersama Haoyu dan Xiaoyi yang dia tumpuk seperti karung goni, tiba-tiba saja bahunya terasa nyeri. Lalu darah mengalir membasahi separuh tubuhnya. Dengan anak panah tertancap, dia memacu kudanya secepat mungkin untuk meninggalkan tempat itu.

***

Li Lianhua hanya bisa menghela napasnya berulang kali. Dia ingin sekali langsung pergi ke Lembah Bu Gui untuk mencari keberadaan Lanhua, tapi dia tidak yakin jika putrinya ada di sana, mengingat orang yang ingin mereka selamatkan sudah ada di sini. Jadi, dia hanya bisa menunggu Xiaoyi dan salah satu dari mereka bertiga bangun.

"Lanhua akan baik-baik saja. Dia punya banyak trik sepertimu. Jangankan para bandit bodoh seperti mereka, para pejabat pun bisa dia tipu," ujar Fang Xiaobao sambil meremas bahu Li Lianhua.

Li Lianhua tersenyum kecil, namun guratan kekhawatiran masih jelas terlihat di wajahnya.

Setelah menemani Li Lianhua, Fang Xiaobao kembali ke ruangan tempat putranya dirawat. Penampilan Xiaoyi terlihat lebih manusiawi sekarang, meskipun darah dari beberapa luka masih merembes. Genggaman tangan kanan Xiaoyi juga masih belum melemas dan membuat Fang Xiaobao makin penasaran akan apa yang ada di sana. Seberapa penting benda di tangan Xiaoyi, hingga dia genggam erat-erat seperti itu.

Keluarga Li LianhuaWhere stories live. Discover now