# 1

1.4K 118 8
                                    

Teriakan itu sungguh memekakkan telinga, Sung Hanbin kecil menyembunyikan tubuh mungilnya di bawah kolong kasur. Ia menutup kedua telinganya, menghalau kata-kata jahat merusak rungunya.

"Kau kira aku mau mengurusi bocah cacat itu, ingat Wendy sampai kapanpun aku tak mau mengakui ia sebagai darah dagingku" ujar Daehan dengan penuh emosi.

"Kau pikir aku tidak, aku malu bila mengakuinya sebagai anakku, lihatlah bagaimana cara dia berjalan, bahkan sampai dia berumur 9 tahun ia tak juga mendapatkan gender sekundernya, memalukan" teriak Wendy dengan penuh kekuatan.

Sung Hanbin, bocah malang yang harus hidup diantara keluarganya yang sempurna. Pasangan alpha dan omega yang sempurna itu dikarunai anak yang istimewa.

Sung Hanbin lahir tepat saat gerhana bulan, sebelah kakinya tak bisa berfungsi dengan normal, bahkan ia bisa bersuara ketika menginjak pada usia 2 tahun. Semua yang ada padanya serba terlambat.

Maka dari itu Sung Daehan dan Wendy menyembunyikan kehadiran Hanbin dari dunia luar, selain reputasi mereka, mereka juga tak mau menjadi bahan olokan dari penjuru negeri.

Ya, mereka berdua adalah selebriti terkenal, Sung Daehan dengan wajah tampan dan profesinya sebagai aktor ternama, serta Wendy bidadari bersuara malaikat menjadi solois terkenal. Mereka sepakat menikah karena cinta, namun disayangkan, kehadiran Hanbin merusak semuanya.

Hanbin diurus oleh salah satu pekerja disana, tidak mendapatkan perhatian yang utuh menjadikan dirinya haus akan afeksi, namun semua itu tak dihiraukan oleh kedua orang tuanya. Tak jarang Hanbin kecil mendapatkan pukulan sebagai hukumannya.

"Besok akan ada banyak wartawan yang datang kemari, buanglah anak itu entah kemana saja aku tak peduli, kita harus tampil sebaik mungkin di hadapan awak media, ingat hanya aku, kau dan Yujin" ujar Daehan.

Sung Yujin, adalah anak kedua Wendy dan Daehan. Ia lahir tepat bulan purnama, selisih umurnya hanya 5 tahun dari Hanbin. Namun perbedaan kasih sayang jelas ketara diantara keduanya.

"Ya akan aku lakukan apa yang kau minta"

Tak tahukah kedua orang dewasa itu bila perkataannya menyakiti hati malaikat yang ada disana. Sung Hanbin meneteskan air matanya, ia menangis dalam diam, lalu tangannya memeluk anjing putih peliharaannya yang bernama Ruby.

"Ruby, tidak apa jika Ayah dan Mama membuangku asal kau selalu bersamaku ya Ruby"

.
.
.
.

Hari yang cerah pun tiba, Hanbin kini tengah menaiki sebuah mobil mewah yang tengah membawanya entah kemana. Pepohonan yang besar dan rindang menjadi pemandangannya.

Ruby tengah tertidur dipangkuannya. Anjing manis itu begitu tenang.

"Mama kita mau kemana?" Tanyanya pada wanita yang tengah duduk di kursi depan.
Tak ada sahutan, dan itu cukup membuatnya paham.

Perut kecilnya bergemuruh, ia lupa kapan terakhir ia makan. Seingatnya semalam ketika ia hendak menyendokkan nasi, kakinya di pukul dengan penggaris kayu oleh Mamanya.

Alasannya karena ia ketahuan mencuri ubi di kebun milik salah satu tetangganya. Hanbin melakukan bukan tanpa alasan. Ia lapar namun ia dilarang menyentuh makanan karena kesalahan yang bukan ia perbuat.

Sebenarnya ini ulah Yujin namun Mamanya menganggap semua itu salahnya. Guci kesayangan mama yang ia beli waktu di German pecah karena tak sengaja terkena bola. Dan bola itu yang menendang Yujin namun ia yang kena getahnya.

Hanbin mengusap kembali perutnya, ia haus dan lapar pagi-pagi buta Mamanya menyeret ia dan langsung membawanya masuk ke mobil. Ia belum sempat minum atau makan.

"Mama masih lama ya, Hanbin lapar" namun perkataan itu sama sekali tidak dihiraukan.

Hingga akhirnya ia jatuh tertidur, berharap rasa lapar yang menghinggap di perutnya sirna.

Jauh di lubuk hatinya ia merasa sedih, orang tuanya sama sekali tak mau tersenyum padanya. Padahal seingatnya ia tak pernah meminta apapun.

Bahkan mainan yang ia dambakan pun tak pernah ia minta, ia juga sebenarnya merasa iri pada Yujin, ia bisa mendapatkan apa yang dia mau.

Tapi kalau dipikir kembali, ia paham, ia tak sesempurna Yujin, kakinya saja pincang dan ia tak tahu apakah dia alpha, omega atau bahkan beta.

.
.
.
.
.

Setelah hampir seharian menempuh perjalanan, akhirnya mobil itu berhenti di sebuah rumah sederhana namun asri, disana ada kakek dan neneknya yang menyambut.

"Wah cucuku akhirnya datang juga, nenek rindu sekali denganmu sayang" neneknya mencium pipinya dengan penuh kasih sayang.

"Uruslah dia bu, aku akan kembali ke kota untuk bekerja"

Sang kakek mengernyit heran, putrinya sebegitu tak peduli terhadap anaknya sendiri.

"Kau akan menjemputnya kembali kapan?" Tanyanya.
"Entahlah, lusa mungkin" jawab Wendy dengan malas.

Setelah itu Wendy kembali masuk ke mobil dan kembali ke kota.

Sedangkan Hanbin hidup bersama Kakek dan Neneknya.

.
.
.
.

Hari berganti ke minggu, minggu berganti ke bulan, dan bulan sudah berganti dengan tahun, sudah 10 tahun Hanbin hidup di desa.

Perkataan Wendy yang akan menjemput ia lusa adalah bohong belaka. Nyatanya baik mama dan papanya tak ada yang memperdulikannya.

Kini ia tinggal sendiri, kakek nenek yang begitu menyayanginya harus kembali ke pangkuan Tuhan.

Tahun kemarin kakeknya meninggal karena sakit, tiga bulan kemudian sang nenek tercinta pun ikut menyusul.
Sedih memang, Hanbin dilimpahkan begitu banyak kasih sayang namun kini ia kembali merasakan kesepian.

Usianya sudah menginjak 19 tahun, namun tak ada tanda-tanda gender sekundernya akan muncul. Khawatir tentu saja, ia takut kembali menjadi bahan hinaan.

"Jangan terlalu dipikirkan ya, ada tidaknya gender sekunder dalam dirimu itu tak jadi masalah, kau tetap anak yang baik dan manis" itu kata bibi Jang. Pemilik kebun ubi dan kentang tempat Hanbin bekerja.

Hanbin menanggapinya sambil tersenyum kecil. Ia kembali mengaruk tanah untuk mencabut rumput-rumput penghalang tumbuhnya tanaman.

"Kak Hanbin tahu sendiri kan, teman Wonyoung ada yang baru mengetahui gender sekundernya saat berumur 25 tahun, jadi kakak jangan khawatir ya" ucap seorang gadis berkepang dua Jang Wonyoung. Anak dari bibi Jang.

"Iya aku tak khawatir, selagi bibi dan Wonyoung tak menjauhiku aku rasa tak masalah" whiskers dimplenya kembali muncul. Hanbin sangat manis ketika tersenyum lebar.

Terkadang bibi Jang tak mengerti apa yang ada di pikiran kedua orang tua Hanbin, sehingga tak mau bahkan terkesan membuang sosok manis ini.

Wonyoung hendak kembali membuka mulutnya namun tak jadi karena ada sosok pemuda yang memerintahnya secara diam-diam di belakang Hanbin.

1
2
3

"Hayo kak" suara berat itu mengagetkan Hanbin seketika. Lalu langsung memukul kecil pada lengan pemuda tersebut.

"Gunwookie, nakal sekali sih, sini tanganmu biar aku cubit"
Wonyoung dan Bibi Jang terkikik geli. Pasalnya wajah Hanbin begitu menggemaskan ketika sedang kesal.

"Maafkan aku ka, aduh iya ampun sudah jangan cubit lagi"

Hanbin berhenti mencubit lengan Gunwook.
"Bibi lihatlah, kucing kecil ini begitu nakal" adunya pada Bibi Jang.

"Heei aku bukan kucing" ucap Hanbin kesal.
"Daripada kucing, Kak Hanbin lebih mirip seekor hamster" ujar Wonyoung.

"Wonyoungggggg"
"Sudahlah kalian berdua berhenti menggoda Hanbin, kasihan sekali anakku wajahnya sangat merah" ucap Bibi Jang.

"Sangat menggemaskan, rasanya ingin aku makan nom nom nom hihihi" ucap Wonyoung sambil terkikik.
"Wonyoung, Gunwookie kalo begitu sudahi semua ini, sudah sore kalian bertiga bersiaplah bukankah kalian ingin membeli perlengkapan lampion untuk acara besok" ujar bibi Jang.

Mereka bertiga pun mengangguk, Gunwook pun membantu untuk membereskan perlengkapan berkebun itu dan membantu Bibi Jang mengangkut hasil kebunnya.

LENTERA KECILWhere stories live. Discover now