#28 - Kim Jiwoong

236 44 7
                                    

Setelah mengalami banyak hal semalam kedua insan itu akhirnya jatuh terlelap, dan pagi ini keduanya disambut dengan kicauan burung kenari di dahan pohon cemara. Suasana menjadi sedikit lebih dingin dikarenakan hujan gerimis tengah melanda kota.

Salah satunya terbangun, rahang tegas dengan senyuman lembut menghiasi wajah sang dominan. Jemari panjangnya menyusuri kulit lembut yang sedikit memerah karena hawa dingin.

Tak lama jelaga sehitam arang itu terbuka, tersenyum kecil hingga gigi kelinci mengintip sedikit dibalik bibirnya yang ranum.

Sungguh, ini adalah pemandangan yang belum pernah Jiwoong rasakan sebelumnya dan dia berharap ia akan terus merasakan dari waktu ke waktu.

"Selamat pagi Kim Jiwoong-ssi"

Jiwoong berdecih pelan mendengar sapaan penuh formalitas di balik semua kata-kata Hanbin.

"Bin, kau sudah mirip sekretaris kantorku" gelak tawa kecil memenuhi kamar yang didominasi nuansa monokrom itu.

"Tidur nyenyak ??"

Sang omega mengangguk pelan, ia belum pernah merasakan tidur senyenyak ini kecuali ketika ia tertidur di pelukan mendiang nenek dan kakeknya.

"Tidurmu nyenyak juga kan" Hanbin balik bertanya.

"Tentu, ini pengalaman tidurku yang luar biasa"

Hanbin mengernyit mendengar ungkapan dari bibir Jiwoong yang terdengar sedikit ambigu.

Sang dominan terkekeh pelan, ia kembali mengusap surai hitam Hanbin.

"Sekarang mandilah, aku akan menyiapkan sarapan untukmu"

"Kau bisa memasak?" Tanya Hanbin

"Tentu, masak adalah keahlianku yang lain" jawab Jiwoong dengan percaya diri.

Lalu keduanya bangkit dari ranjang dan melakukan aktifitas masing-masing.

Sarapan sederhana yaitu kopi hitam dan segelas susu putih serta toast berisi daging yang masih hangat tersaji di meja dapur bergaya minimalis itu.

Dan Hanbin dapat mencium aroma harum dari kepulan asap kopi hitam serta bau khas daging panggang.

"Wow, terlihat sangat menarik" ujarnya ketika saat sampai didepan meja makan.

Jiwoong terkekeh, ia membasuh tangannya dan menyajikan potongan tangerine sebagai penutup.

"Kenapa susu?" Tanya Hanbin.

"Kenapa susu?" Jiwoong mengulangi perkataan Hanbin.

"Yah, kita sama-sama lelaki dewasa, kau minum kopi sedangkan kenapa milikku susu putih"

Tawa Jiwoong kembali meledak memenuhi dapur.

"Kukira kau bayi, jadi aku membuatkan susu putih hangat untukmu"

Bibir plum Hanbin sedikit maju, tak terima dia disebut bayi.

Meski masih ada kecanggungan diantara mereka namun sepertinya itu tiada arti, buktinya mereka bisa membaur satu sama lain.

Saling berbagi kisah seru dan hal apa yang telah dilewati selama mereka hidup.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat" ucap Jiwoong.

"Kemana?"

"Hanya sebuah hutan kota yang ditengahnya ada sebuah danau, aku yakin kau belum pernah kesana" ujar Jiwoong.

Hanbin mendelik mendengar pernyataan Jiwoong.

"Pasti seru, tapi perlu diketahui tuan Jiwoong, aku belum pernah menjelajahi Seoul, kalau kau lupa"

Jiwoong kembali terkekeh, sepertinya dia menemukan hobi baru yaitu menggoda omeganya.

.

.

.

Perjalanan ditempuh selama 45 menit, cuaca masih sedikit mendung namun untung saja tidak gerimis jadi tidak menghambat rencana Jiwoong karena esok Hanbin harus sudah bersama Hao.

Hanbin menatap sekelilingnya yang ditumbuhi berbagai pohon tinggi. Dan ini mengingatkannya saat ia akan ditinggalkan di Samjinae.

Genggaman tangan Jiwoong menyadarkan dari lamunan panjangnya.

"Huh, kenapa?"

"Kau melamun, kata orang jika berjalan di hutan jangan pernah melamun, atau setan hutan akan membuntutimu"

"Kau percaya pada hal begitu?" Tanya Hanbin

Jiwoong mengedikkan bahunya acuh.

Setelah sampai keduanya turun dari mobil dan disana terlihat sebuah danau yang luas.

Ada beberapa kursi taman, dan ayunan. Danau ini benar-benar terawat. Suasana disana terasa sunyi dan itu bagus menurut Hanbin.

"Kau suka?"

"Uhm, suka sekali terimakasih telah mengajakku kemari"

Jiwoong lega mendengar ungkapan sederhana itu, dia pikir Hanbin tak menyukai kencan dadakan dan low budget ini.

"Kupikir kau tak menyukainya karena ini terkesan murah, karena kau tadi banyak diam selama masuk ke hutan kota" ujar Jiwoong.

"Begitukah, aku minta maaf, ada hal yang sedikit menggangguku tapi itu bukan masalah besar"

Jiwoong mengangguk. Mata tajamnya melirik perahu kecil yang berada di pinggir danau.

"Ayo naik perahu itu akan aku tunjukkan dimana letak indahnya danau ini"

Ia menggandeng tangan Hanbin, membawanya untuk menaiki perahu kecil itu.

Jiwoong bagian mendayung dan Hanbin bagian memberi semangat. Keduanya benar-benar menikmati suasana danau yang begitu damai.

Kabut tipis menghiasi area danau, serta bau harum dari bunga-bunga liar menambah kesan romantis bagi keduanya.

"Aku pertama kali kemari dulu saat sekolah menengah, saat itu aku sedang strea karena ujian yang tak kunjung selesai dan akhirnya aku menemukan tempat ini dan ternyata cukup menyenangkan juga"

Hanbin menyimak dengan penuh cerita-cerita masa kecil Jiwoong.

"Lalu kau bagaimana"

"Yaah seperti yang kau tahu aku hidup di desa bersama kakek nenekku, untuk selebihnya aku yakin kau sudah mengetahuinya"

Jiwoong mengangguk, dan memang benar Jiwoong sudah mengetahui seluk beluk Hanbin.

Hanbin menengok kebawah dimana air danau begitu jernih sehingga ikan-ikan kecil yang penuh warna terlihat.

Dia terkekeh melihat ikan-ikan itu saling berkejaran, hingga dengan jahilnya ia mencelupkan tangannya sehingga ikan tersebut kabur.

"Kau usil sekali"

Hanbin dan Jiwoong terkekeh bersama, Hanbin kembali memandangi pantulan air itu hingga dahinya mengernyit heran. Di pantulan air danau terdapat wajah ayah dan ibunya yang tengah nelangsa. Air mata  bercucuran di kedua mata mereka, hingga tak lama darah mulai merembes dari sela ujung mata kedua orang tuanya.

Hanbin terkejut bukan main, ia memundurkan tubuhnya secara tiba-tiba. Wajahnya pias dan tentu saja Jiwoong juga tak kalah terkejut.

"Hanbin ada apa?"

Hanbin masih tergagu atas apa yang telah ia lihat. Ia kembali menengok dan bayangan itu sudah hilang.

"J-jiwoong aku mau pulang saja" pinta Hanbin dengan suara gemetar.

Jiwoong menyetujui, ia kembali mendayung ke tepi. Jiwoong bertekad setelah keadaan Hanbin membaik ia akan menanyakan perihal mimpi semalam dan yang barusan terjadi.

.

.

.

Menuju ending tapi makin ada aja masalahnya kira-kira Hanbin kenapa ya ?? Ada yang bisa bantu tebak ...


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LENTERA KECILWhere stories live. Discover now