#24

471 63 6
                                    

Untuk beberapa hari keadaan kembali tenang, tak terjadi hal-hal aneh pada Hanbin ataupun keluarganya. Untuk perihal Gyuvin, anak itu lebih sering menanyakan kabarnya lewat Yujin atau lewat Gisella yang memang guru privat adiknya.

Gyuvin belum berani secara terang-terangan karena ia takut hal itu akan mengusik ketenangan matenya juga keluarganya. Ia membiarkan hubungan ini berjalan diam-diam tanpa terendus pihak media.

Seperti senja ini Hanbin kembali berjalan-jalan sendiri, jiwanya mengarahkan untuk melangkah ke sebuah taman yang dekat dengan perumahan kedua orang tuanya. Sore itu di taman yang sisinya ditumbuhi pohon-pohon maple membuat suasana sore itu sangatlah nyaman. Anak-anak kecil berlarian aktif mengejar bola, dan Hanbin menikmati pemandangan yang ada didepannya.

Omong-omong Yujin telah memberikannya ponsel keluaran terbaru dan itu memudahkan Yujin untuk menghubungi kakak tercintanya. Lagipula Yujin berpikir kalau benda itu sangat dibutuhkan kakaknya karena ia tak mau kejadian tempo lalu kembali menimpa kakaknya.

Hanbin duduk di bangku panjang yang tersedia di taman itu. Sesekali bibirnya terangkat tersenyum melihat anak-anak itu begitu aktif mengejar benda bundar itu, sesekali ia juga terkekeh ketika melihat salah satu diantaranya merengut karena tak kebagian menendang bola.

Hingga kejadian sangat cepat terjadi, bola itu mengarah ke wajahnya, Hanbin tak sempat menghindar karena sepertinya tendangan itu sangatlah keras namun beberapa saat kemudian Hanbin tak merasakan sakit pada wajahnya, ketika matanya terbuka sebuah tangan lebar menghalangi wajahnya.

Tangan berurat yang kokoh itu menghalangi laju bola yang hendak menghantam wajahnya.
Hanbin langsung mendongak untuk menatap wajah siapa yang menolongnya.
"Zhang Hao....."

Zhang Hao membelalakan matanya terkejut, sosok di hadapannya mengenalinya. Hatinya langsung berbunga-bunga tak karuan.
Ia lalu memasang wajah garang yang diperlihatkan kepada para bocah-bocah yang bermain bola tadi.

"Hati-hati bila bermain, kalian hendak melukai seseorang" ujarnya. Tentu saja itu membuat beberapa anak menunduk takut, mereka memilin baju yang dikenakan.
Salah satu diantaranya maju, anak itu menghela nafasnya pelan dan menatap wajah Zhang Hao.

"Kami meminta maaf tuan, kami janji takkan mengulanginya lagi" bocah berpipi tomat akibat udara dingin itu membungkuk hormat dan diikuti yang lainnya.
Hanbin membulatkan matanya.
"O-ow tak apa, aku tidak terluka kalian tak perlu seperti itu"
"Biarlah mereka bertanggung jawab atas kesalahannya" ucap Zhang Hao.

"Tak apa, tegakkan badan kalian, kalian sudah meminta maaf pun sudah cukup, sekarang kalian pulanglah udara semakin dingin tak baik untuk kalian" ujar Hanbin diakhiri dengan senyuman manis dibibirnya.
Zhang Hao menoleh ke arah Hanbin.

Bocah-bocah tadi menegakkan badannya lalu tersenyum lebar, mengucapkan terimakasih dan berpamitan untuk pulang.
Zhang Hao mendudukan tubuhnya disamping Hanbin.
"Semudah itu kau memaafkan mereka" tanyanya.
"Memang mudah kan memberi maaf kepada sesama, lagipula mereka tak melakukan kesalahan fatal" jawab Hanbin.

Zhang Hao menatap wajah Hanbin yang bersemu kemerahan akibat udara yang mulai turun suhunya.
Zhang Hao tiba-tiba mengenggam sebelah tangan Hanbin dan tentu saja membuat empunya melonjak kecil.

"Mateku" gumamnya lirih.
Lalu Zhang Hao terkekeh pelan dan itu membuat Hanbin mengerjap matanya pelan.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya.
"Yah tentu saja, setelah sekian purnama akhirnya aku bertemu kembali denganmu kembali" jawab Zhang Hao.

Suasana kembali hening lagi.
"Jadi benar ya kau ditakdirkan moon goddes untukku" ucapnya.
"Kenapa kau berpikiran begitu?" Tanya Hanbin.

Zhang Hao merengut, ia menatap wajah Hanbin dengan lamat.
"Jangan bodoh Hanbin, aku tahu kau mempikan hal yang sama denganku, bertemu dihutan ketika kau di ganggu oleh sekumpulan serigala jahat yang jelek lalu mereka semua akhirnya kalah ketika aku datang, lalu turunlah hujan deras kita berteduh di sebuah gua lalu kau dan aku-"

"Ya ya ya berhenti jangan diteruskan aku tahu selanjutnya, berhentilah jangan diteruskan cerintanya" Hanbin memotong ucapan Zhang Hao dengan panik.
Zhang Hao tertawa keras, ia sangat tahu pemuda dihadapannya tengah salah tingkah. Ia bisa melihat rona pekat menghiasi kedua pipi gembil milik Hanbin.

"Jadi kau masih mau mengelak kalau kau bukan mateku"
"Mau bagaimana lagi, kau sudah ditakdirkan untukku" ucap Hanbin sambil menghela nafasnya pelan.

"Tapi kau tahu kalau aku itu-"
"Ya aku tahu kau punya lebih dari satu mate, firasatku benar kan" tanya Zhang Hao.
"Bagaimana kau bisa tahu?" Hanbin bertanya balik kepada Zhang Hao.
"Karena aku matemu, dan kau begitu sulit untukku temukan" .

Senja itu mereka berdua habiskan untuk berbicara lebih banyak. Mengetahui tentang kepribadian satu sama lain, bahkan konyolnya Zhang Hao ternyata merencanakan untuk bertemu dengan mate Hanbin yang lain.
Zhang Hao kala itu banyak tersenyum dan tertawa, ia seperti dilahirkan dengan jiwa baru kala ia kembali bertemu dengan Hanbin.

Penatnya tentang banyaknya berkas yang menimpanya hilang seketika.
"Aku menunggu heat pertamamu" Zhang Hao berucap demikian tiba-tiba.
Tentu saja hal itu membuat Hanbin tersipu, namun ia segera sadar bahwa selama 20 tahun hidupnya ia tak pernah mengalami heat bahkan ia tak dapat mencium feromonnya sendiri.

"Kau tahukan aku cacat" Zhang Hao mengernyit mendengar pernyataan Hanbin.
"Aku selama ini tak pernah mengalami heat, aku tak sempurna dan bagaiman bisa kau begitu dengan mudahnya menerimaku menjadi matemu" ujar Hanbin.

Zhang Hao menangkup kedua tangan Hanbin lalu membawanya ke depan bibirnya untuk ia kecup.
"Jangan pernah menghina keadaanmu dihadapanku, aku takkan suka, jangan pernah menganggap dirimu itu cacat karena kau lebih sempurna dari yang kau kira, kau tak mengalami heat selama hidupmu bukan berarti kau cacat, kau belum bukan berarti kau tidak bisa, ini hanyalah soal waktu, percaya padaku, kau bertemu dan ditakdirkan untukku itu artinya kau spesial, aku takkan menuntutmu untuk menjadi seperti yang lain, ingatlah Hanbin, aku berada disini untuk menerima segala yang kau punya, paham kan??" kalimat panjang Zhang Hao membuatnya terperangah.

Hanbin merasa ia memiliki tempat untuk berlindung. Dan ia pantas mendapatkan atas apa yang ia lalui selama ini.
Zhang Hao menangkup wajah Hanbin dengan kedua tangannya.
"Jangan khawatir, tetaplah menjadi dirimu"
Zhang Hao menggesekkan hidungnya ke hidung mancung miliki Hanbin. Ia terkekeh, Zhang Hao begitu merasa gemas terhadap sosok dihadapannya.

Terimakasih moon goddes, kau menakdirkan sosok luar biasa untukku. Entah apa yang telah kuperbuat tapi ini terlalu sempurna untukku. Aku tak merasa pantas tapi pemuda ini meyakinkanku.

Menjelang malam, mereka berkeliling dan mencicipi jajanan kaki lima yang tersedia di sepanjang pinggi taman. Ada kue ikan, arumanis dan makanan lainnya. Wajah mereka begitu berseri dan bahagia.

Bahkan kebahagiaan itu tak luput dari pandangan tajam sosok yang tengah menyender di badan mobil mewah yang terparkir cukup jauh dari pusat taman.
"Cih bosku menjijikan, kata-katanya membuatku mual" ucap Ricky. Yah bibir boleh berkata demikian namun ia tak dapat memungkiri bila ia menemukan sosok baru di jiwa bossnya.

....

Maaf untuk typo dimana-mana

Baru sadar kalo part ini full neulbin xixixi
Good night 😴

LENTERA KECILWhere stories live. Discover now