#23

491 62 8
                                    

Hanbin berlari tak tentu arah dengan kaki telanjangnya, semak belukar yang melukai kakinya tak ia pedulikan. Nafasnya terengah lelah, namun ia harus tetap berlari atau ia akan mati sia-sia akibat terkaman serigala liar.

Hutan yang ia lalui terlalu luas, berbekal dengan cahaya bulan purnama ia terus berlari berharap ia menemukan seseorang atau setidaknya jalan yang membantunya keluar dari hutan belantara ini.

Asal mula ia terdampar disini masih dalam benaknya, ia tak paham setahunya ia masih tertidur pulas di sebuah ranjang empuk di rumah milik ibunya namun saat terbangun tubuhnya sudah berada diantara ribuan dedaunan kering dan di tengah hutan asing yang ia sendiri tidak tahu dimana letak.

Geraman para serigala liar semakin mendekat, aroma manis yang keluar dari tubuh Hanbin menguar akibat rasa panik yang luar biasa.

Dewi bulan bantulah aku, aku sudah tidak kuat untuk terus berlari.

Takdir baik belum berpihak padanya, hingga ia terjatuh karena akar-akar pepohonan rindang yang menghalangi laju kakinya.
Ringisan keluar dari bibir tipisnya. Tak ada waktu untuk ia meneliti lukanya, ia harus segera bangkit dan kembali berlari.

Hanbin terus menerus berlari, bajunya sudah terlihat koyak akibat ranting-ranting tajam yang mengenai tubuhnya.
Hingga ia melihat sosok perempuan yang ia yakini ibunya tengah menunggu di ujung hutan.

"Ibu, ibu, selamatkan aku tolong ibu, serigala itu terus berlari ke arahku bu tolong" pintanya dengan nafas tersengal.

Sosok Wendy itu hanya melirik lalu menyeringai.
"Temui segera ajalmu Hanbin, dunia tidak akan pernah sudi menerima sosok cacat sepertimu"

Seketika sosok Wendy berubah menjadi serigala putih yang besar dan begitu ganas.
Hanbin membelalakan matanya terkejut. Dihadapannya kini adalah sosok serigala yang buas dan siap mengoyak tubuhnya.

Hanbin melangkah mundur. Bukan, ini bukan ibunya melainkan jelmaan. Ia membalikkan tubuhnya dan kembali berlari.

Kedua tungkainya membawa Hanbin pada sebuah gua yang begitu besar, ia langsung bersembunyi diantara bebatuan besar disana.
Ia berusaha menetralkan detak jantungnya yang bertalu begitu cepat, darahnya berdesir dan nafasnya terengah-engah tiada henti.

Hanbin-ah......

Hanbin-ah.....

Suara itu mirip suara ibunya, suara yang mengganggunya sejak tadi. Ia segera menggelengkan kepalanya.

Kemarilah sayangku, mendekatlah
Dan rasakan neraka yang akan menghampirimu segera.....

Hanbin terisak, dan segera membungkam mulutnya, tangannya bergetar hebat. Sungguh, ia tak mengerti kenapa ia bisa terdampar disini.

Gyuvin tolong aku .....batin Hanbin begitu nelangsa memanggil sosok yang beberapa saat lalu mengikrarkan dirinya sebagai mate.

Suara derapan terdengar dekat, Hanbin menahan nafasnya. Ia tak ingin ketahuan atau ia akan berakhir sia-sia.
Geraman serigala merasuki kedua rungunya.
Tubuhnya semakin merapat kearah bebatuan agar tak nampak dari para pemburu itu.

Namun sayang sekali feromon manis Hanbin menguar memenuhi satu gua. Hanbin memejamkan matanya pasrah, bila ini waktu terakhirnya ia mau tidak mau harus siap.

Nyawanya sudah di ujung tanduk dan ia tak mungkin untuk berlari kembali, jantungnya serasa meledak. Dan beberapa saat kemudian 5 ekor serigala liar kini sudah ada dihadapannya. Mata tajam mereka siap mengoyak tubuh Hanbin hidup-hidup.

Dewi apakah ini saat terakhirku...

Namun kalung ruby yang ada di leher jenjang menyala begitu terang dan itu berhasil memukul mundur kawanan serigala.
Disaat yang bersamaan Hanbin merasakan dekapan yang begitu erat namun hangat.

LENTERA KECILWhere stories live. Discover now