Chapter 2 [Keputusan Mendadak Gya]

41 11 4
                                    

Please give your support by voting for this chapter, leaving a comment, and adding this story to your library. We'll appreciate it if you share this story with your friends.

Happy Reading!

***

Chapter 2
[Keputusan Mendadak Gya]

Gya, berjalan tergesa-gesa melintasi lapangan sekolah menuju ke gedung utara, sementara di sebelahnya, Vera yang ngeri dengan tatapan mata serius sahabat karibnya itu masih berusaha mengejar langkahnya sampai hampir kehabisan napas.

"Could you think once again before you're doing this? I think you're taking this too much(1), Gya. Dia bahkan gak tahu apa-apa!" celetuk Vera setengah berlari.

"No need for a second thought. It's already obvious that this thing is gonna ruin the school's rules!"(2) Gya membalas tanpa menoleh pada Vera barang sedikit pun.

"This thing you said?! Gue gak yakin ini adil buat di-" Belum juga Vera sempat menyelesaikan kalimat pembelaan yang ia lontarkan, Gya memotong.

"Ver! Dengerin aku!" Vera terdiam begitu Gya berhenti dan berbalik menatap ke arahnya. "If you try to stop me, it'll just be a waste of your time. You'd better go back to class and I'll do it myself."(3)

Vera sebenarnya bingung dengan situasi yang kini dia hadapi. Meskipun biasanya wajah Gya memang datar-datar saja, tapi jelas kali ini gadis itu sedang sangat serius. Sayangnya keseriusannya ini bukan sebagai wakil ketua OSIS yang dijuluki sebagai duta kedisiplinan sekolah yang sedang menangkap basah siswa yang tidak mengenakan sabuk sekolah, tetapi karena sesuatu yang personal. Fakta bahwa Gya tidak pernah semeledak ini mengenai hal pribadinya membuat Vera lebih terpojok. Padahal seharusnya dia tidak ada sangkut pautnya dengan "insiden" ini jika dia memutuskan untuk diam, akan tetapi entah kenapa dia malah merasa seolah menjadi korban dan memutuskan terlibat.

Sementara Gya meneruskan langkahnya dan Vera hanya berjalan mengiringi tanpa berani lagi angkat bicara lagi, di gerbang gedung utara tampak seorang siswa dengan senyum lebar yang khas melambai-lambaikan tangan ke arah mereka. Itu dia yang Gya tuju dengan langkah mantapnya, Ran.

Vera meneguk ludahnya bulat-bulat. Bisa gawat jika sekolah mereka menjadi heboh sebab hal yang akan Gya ungkapkan.

Bruk!

"AWW!" pekik Vera tiba-tiba.

Gya mengernyitkan dahi ketika berbalik dan beradu tatap dengannya. Jelas tampak tatapan kesal dan tidak suka karena "pekerjaan" yang akan dilakukannya tertunda karena tiba-tiba sahabatnya (pura-pura) jatuh di tengah lapangan. Tetapi tentu Gya tidak sedingin itu sampai tega membiarkan Vera bangkit sendiri.

Gya berjalan ke arah Vera dan membantu perempuan berambut hitam kecokelatan itu berdiri. "What's wrong with you!" gerutunya.

Vera bersungut. "No! What's wrong with you! Jalan apa maraton, sih, huh?! Mentang-mentang jago olahraga!"

"Jalannya yang hati-hati!" sahut Gya acuh tak acuh.

Vera melongo tidak terima. "Hati-hati gimana ege! orang elo-nya udah kayak terbang gitu!"

Gya tampak menggelengkan kepala tidak senang. "Who told you to come with me?"

"If I didn't come with you, you'd definitely break him up," sahut Vera nyaris berteriak.

"I will," kata Gya menusuk, "even if you're here!"

"Halo!"

Ketika keduanya tengah sibuk beradu mulut sambil melempar tatapan yang jelas tidak bersahabat itu, rupanya Ran yang sejak tadi menunggu, berjalan mendekat. Kulitnya yang putih bersih itu tampak kemerahan terpapar sinar matahari yang terik. Kedua gadis itu menoleh terkejut.

3 Reasons Why We Should Break Up[End]Where stories live. Discover now