Chapter 3 [Ruang Evaluasi]

33 6 2
                                    

Please give your support by voting for this chapter, leaving a comment, and adding this story to your library. We'll appreciate it if you share this story with your friends.


Happy Reading!


***


Chapter 3

[Ruang Evaluasi]

"Anjir gue takut banget sama Kak Gya. Padahal cuma gak berhenti jalan pas penurunan bendera pulang sekolah, itu pun karena gue gak denger, " bisik seorang siswi yang tengah duduk di salah satu kursi yang telah disediakan di tengah-tengah ruangan berkarpet hijau.

"Ya kalau dibilang 'doang', sih, harusnya gue juga bisa lolos kali. Gue cuma salah ambil sabuk gara-gara logo sekolahnya mirip sama punya kakak gue," timpal yang di sebelahnya.

Ada tiga anak di sana, satu laki-laki dan dua orang murid perempuan. Fakta bahwa kesalahan yang mereka anggap sepele itu bisa sampai menjebloskan mereka ke ruangan yang paling dihindari para siswa ini saja membuat mereka gentar, apalagi ketika mereka melihat nama anggota OSIS yang akan mengevaluasi mereka hari ini.

Petugas: Gyarisa July Amarta
Jabatan: wakil ketua.

Lengkap sudah syarat untuk membuat tubuh mereka gemetar. Pendingin ruangan di sana pun juga sangat mendukung suasana itu, membuat mereka semakin gelisah.

Di saat ketegangan semakin mengental di dalam sana, tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah dua orang siswa yang langsung membuat ketiga orang itu serempak menatap bingung.

"Lo ngapain di sini, Ran?" tanya murid laki-laki itu. Ran kenal dia, anggota tim basket sekolah, Dirga. Salah satu dari sekian banyak teman seangkatannya yang suka sekali menarik-narik pipinya. Lihatlah, bahkan Dirga seratus persen tidak mempedulikan siapa yang datang bersamanya.

"Ya evaluasi." Ran menjawab sembari menutup pintu di belakangnya dan duduk di kursi kosong yang ada di paling kiri.

"Lihat, deh. Ran aja yang doinya Kak Gya kena evaluasi!" Chiko yang menjawab. Di antara banyak orang yang bisa dengan bebas menguyel-uyel Ran, sahabatnya ini ada di deretan TOP 5 setelah Vera. Tidak heran lagi, di mana ada Ran, di sana ada Chiko, nyaris seperti bayangannya. Seharusnya ada satu lagi, Riyan, sayangnya dia terlalu malas membuat pelanggaran sehingga selalu mengenakan atribut lengkap dan menaati peraturan sekolah.

"Kak Gya itu selalu profesional tahu!" ujar Ran membela. Di wajahnya masih terbersit kekecewaan karena sekarang julukan "doinya Kak Gya" itu sudah tidak berlaku. Tapi dia memilih membiarkan mereka tetap beranggapan demikian. Dia tidak mood hanya dengan memikirkan kejadian siang tadi. Padahal tadinya dia semangat sekali mengira bahwa Gya tergerak untuk menghampirinya dan mengajaknya ke kantin.

"Saking profesionalnya sampai pas kalian lagi ngedate dicekin atributnya gitu?" tanya Dirga penasaran.

"Kalau itu Ran yang ngaku," jawab Ran polos.

Kedua laki-laki itu bertatap-tatapan. Bahkan Chiko ikut terkejut. Dia hanya tahu soal kaos kaki, tapi tidak menanyakan bagaimana Ran bisa ketahuan. Rupanya dia sendiri yang menyerahkan diri. Akan tetapi keduanya tidak terlalu heran. Dalam pikiran mereka, keduanya sama-sama beranggapan bahwa Ran sengaja ingin masuk ke sini karena tahu yang bertugas adalah Gya. Barangkali karena Ran sering sekali membanggakan pacar pertamanya itu dengan bercerita bahwa "Kak Gya itu aslinya ramah", "Kak Gya itu aslinya baik", "Kak Gya itu imut", dan berbagai macam apresiasi tidak berkesudahan yang dilontarkannya soal Gya. Teman-temannya sampai gemas karena dia bercerita dengan sangat antusias seperti anak kecil yang baru diajak ke kebun binatang.

3 Reasons Why We Should Break Up[End]Where stories live. Discover now