Chapter 10 [Alasan Pertama dan Balasan Tak Terduga]

31 4 1
                                    

Please give your support by voting for this chapter, leaving a comment, and adding this story to your library. We'll appreciate it if you share this story with your friends.

Happy Reading!

***

Chapter 10

[Alasan Pertama dan Balasan Tak Terduga]

Ran tidak pernah berpenampilan lebih berantakan daripada hari ini. Lihatlah, Vera yang sedang berjaga di depan gerbang saja termangu melihat bagaimana Ran berjalan turun dari sepedanya dengan wajah tegas yang tidak cocok ada di wajahnya.

"Buset. Mau sekolah apa mangkal, Bang? Kucel amat baju sama rambutnya," komentar Vera dengan kedua tangan yang direntangkan, menghadang Ran.

"Ck. Minggir, ih!" Ran menepis, menurunkan tangan Vera.

Vera tahu ada yang tidak beres. Dia dengan cepat memposisikan tubuh di depan Ran. Menatapnya dalam-dalam. "Gue anak OSIS, kalau lo lupa," tegur Vera dingin.

Keduanya beradu tatapan tajam yang saling menusuk dengan jarak yang cukup dekat, sementara para siswa lain berlalu-lalang sambil menatap penasaran. Jelas sekali itu bukan tatapan yang biasa Vera berikan kepada adik kesayangannya. Pun juga tatapan Ran. Siswa yang tidak senang saat orang lain menilainya jutek karena wajah datarnya itu, kini malah dengan terang-terangan memberikan kesan itu.

"Rapiin rambutnya!" seru Vera dengan suara yang lirih, namun tegas.

Ran berdecak, meskipun begitu, tangannya dengan segera melakukan sesuai yang diperintahkan.

"Bajunya masukkin!" sambung Vera. Beberapa saat setelah Ran juga melakukan seruannya, Vera menarik dua buah cincin dari jemari kiri Ran.

Vera mengangkat kedua cincin itu di depan mata Ran. "Ambil di ruang evaluasi pulang sekolah." Kemudian ia berlalu untuk mengawasi siswa lain lagi.

Ran melengos dan memutar dua bola matanya malas. Dia menuju tempat parkir sepeda yang ada di belakang gedung kelasnya. Murid laki-laki itu celingukan untuk memastikan tidak ada yang melihatnya. Saat dia sudah yakin tidak ada orang lain, bahunya melorot. "Ya ampun! Kak Vera nyeremin banget, hiii." Tangannya mengelus-elus dada, berusaha menghilangkan ketegangan barusan.

"Ran?!" seruan tak asing membuat Ran kembali menegakkan tubuhnya kembali.

Chiko melambai dari pintu masuk. Ran yang sudah memastikan sepedanya aman dan terkunci, hanya melengos saat melewati kedua temannya yang tadi dia tinggalkan di belakang.

"Hadeh, kenapa lagi, dah, si Bokem." Chiko menggeleng-geleng ke arah Riyan.

***
Saat ini jam istirahat sudah lewat lima belas menit. Gya sedang berjalan melewati kantin gedung Utara setelah mengembalikan buku ke perpustakaan atas perintah gurunya.

Matanya dengan cepat menangkap seseorang yang sedang duduk bersama kedua siswa lainnya. Tak butuh waktu lama untuknya tahu bahwa itu adalah Ran. Meski kini dia melihatnya dengan pakaian seperti tidak diseterika -dan faktanya memang demikian- dan di jam yang tidak wajar untuk pergi bersantai di kantin, Gya tetap mengenali suara Ran yang bisa terdengar dengan jelas di suasana kantin yang sesepi ini.

Gya hampir berjalan meninggalkan area kantin, ketika tiba-tiba Ran berdiri dari duduknya sambil mengepalkan tangan ke arah seseorang yang duduk di seberangnya. Refleks Gya yang cepat membuatnya menoleh dan dengan cepat pula berjalan ke arah mereka.

Mata tajamnya beradu dengan manik Ran yang masih mengacungkan kepalan tangannya ke arah Chiko.

"What happened here?" tanya Gya tanpa melepaskan pandangan dari Ran.

3 Reasons Why We Should Break Up[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang