Chapter 5 [Trio Kwek-Kwek]

33 4 3
                                    

Please give your support by voting for this chapter, leaving a comment, and adding this story to your library. We'll appreciate it if you share this story with your friends.

Happy Reading!

***

Chapter 5
[Trio Kwek-Kwek]

Hari Sabtu yang seharusnya Ran sisihkan untuk galau karena akhirnya dia sudah memahami apa alasan Gya menyudahi hubungan mereka, terpaksa batal karena dia harus mengerjakan tugas kelompok. Galaunya nanti, deh. Tugas nomor satu, batin Ran saat hampir membatalkan niatnya untuk datang kerja kelompok.

Sayangnya, alasan galaunya malah bertambah ketika sedang asyik mengayuh sepeda. Jantungnya terasa melorot ketika sepedanya terhuyung ke arah selokan. Beruntung kakinya dengan cepat menapak ke arah sebaliknya, jika tidak, bisa-bisa dua kali dia masuk selokan minggu ini.

"Hampir aja!" Ran mengusap-usap dadanya. Dia segera turun dan memeriksa ban sepedanya. "Kan!" Cowok itu menepuk jidatnya keras-keras sampai memekik kesakitan karena ulahnya sendiri. Pada akhirnya Ran harus menuntun sepedanya menyusuri gang demi gang untuk mencari tambal ban di siang hari yang sedang terik-teriknya.

Hampir sepuluh menit berjalan sambil mengamati kanan kirinya dengan hati-hati, Ran justru akhirnya menemukan papan tambal ban saat sedang salah fokus ke sebuah gerobak makanan. "Niat hati ingin jajan, malah sekalian dapat tukang tambal ban, yeheyyy!" sorak Ran sambil cepat-cepat ke sana.

"Bapaaak!" panggil Ran ke dalam bangunan penuh sepeda bekas, oli, rantai, dan semua perlatan yang Ran tidak terlalu paham.

"Tambah angin, Dek?" Seorang laki-laki dengan kaos tipis yang penuh noda oli.

"Iya, Pak." Ran segera menyerahkan sepedanya kepada pria yang kini mengelap keringat di dahinya dengan lengan bagian atasnya.

"Ditinggal jajan dulu, ya, Pak, ke situ," ujar Ran cepat-cepat ketika dia melihat gerobak merah muda itu hampir dibawa penjualnya pergi. Setelah mendapat "iya" dari Bapak Bengkel, Ran segera melangkahkan kakinya tak jauh dari sana.

"Bapak, mau satu porsi," pesan Ran tanpa basa-basi.

"Bungkus, makan sini?"

Ran menengok ke belakang, sepertinya sepeda akan sedikit lama dari yang dia perkirakan. "Makan sini, deh, Pak."

Ran segera dipersilakan duduk di depan teras rumah orang tempat penjual itu mangkal. Sembari menunggu, Ran mengecek pesan yang masuk di ponselnya.

 Sembari menunggu, Ran mengecek pesan yang masuk di ponselnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
3 Reasons Why We Should Break Up[End]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora