Chapter 15 [ At the End, I Will Always Hurt You]

22 4 2
                                    

Hari ini Ran tampak lebih kacau dibanding terakhir kalinya ia dipanggil masuk ruang kedisiplinan. Cowok itu kini tengah bersitegang dengan petugas evaluasi sore ini ketika tiga siswa yang lain sudah keluar ruangan. Mata tajamnya menyorot perempuan berambut hitam lebat yang berdiri di depan mimbar itu.

Ya. Hari ini Ran kembali masuk ruang evaluasi karena ulahnya. Kali ini dia memang benar-benar sengaja dan tidak lagi mengindahkan nasihat Vera untuk menjaga perilakunya di sekolah. Pagi ini ia datang terlambat, dan meskipun dia menyapa dengan ramah semua guru dan siswa yang dijumpainya, wakil ketua OSIS sekolah mereka yang sangat jeli itu berhasil menjebloskannya kembali ke ruangan berkarpet hijau itu karena atribut sekolah yang tidak lengkap. Sejujurnya Ran sengaja melakukannya. Menggunakan kaos kaki putih padahal seharusnya di hari Jum'at ia mengenakan kaos kaki hitam, tidak menggunakan hasduk di atas baju pramukanya, dan menggunakan sepatu bebas yang seharusnya digunakan di hari Selasa.

"Ada apa lagi, Kak? Sudah, kan? Atau ada surat teguran untuk disampaikan ke orangtua?" Ran bertanya dengan nada kesal karena kepulangannya ditahan oleh Gya sebagai petugas sore ini.

"Seharusnya ada kalau kamu sekali lagi masuk ruang kedisiplinan. Evaluasi hari ini adalah teguran yang terakhir," jawab Gya dengan intonasi yang stabil. Lagipula ia tidak membeda-bedakan murid yang diajaknya bicara. Bicara dengan Ran sama halnya seperti ketika ia menegaskan peraturan kepada para siswa yang dievaluasinya.

"Jadi sekarang sudah boleh pulang, kan? kenapa dipanggil lagi?" tanya Ran lagi. Entah mengapa ia kesal sekali melihat seniornya itu, padahal biasanya dari kejauhan pun dia cepat-cepat ingin berpapasan dengannya.

Tak ada jawaban dari Gya selama beberapa saat. Koridor sekolah pasti sudah sepi dan mungkin tempat parkir juga hanya menyisakan sepeda milik Ran yang meminta Chiko dan Riyan tadi pulang tanpa dirinya. Di tengah keheningan ruangan itu Gya menyorot lurus ke bola mata Ran yang juga balik menatapnya dengan kemarahan. Diam-diam Gya merasakan telapak tangannya dingin dan tubuhnya terasa kaku. Apakah adik kelasnya itu masih marah dengan percakapan terakhir mereka? Apakah dia benar-benar telah melewati batas sehingga Ran tampak sangat benci terhadapnya saat ini?

"Kenapa kamu sekarang gini, Ran?" tanya Gya lirih. Ia tidak berniat mengucapkan itu, tetapi spontan saja mulutnya membocorkan isi benaknya, dan sayangnya itu terdengar di telinga sang lawan bicara.

"Memangnya dulu Ran gimana, Kak? Kak Gya pernah merhatiin Ran di sekolah? Enggak, kan? Kenapa ngatur-ngatur Ran harus jadi kayak apa?"

Gya menggeleng tak percaya. Matanya terpejam sejenak sebelum ia melontarkan kalimatnya. "Peraturan itu peraturan. Wajib ditaati selama kamu masih jadi siswa sekolah ini. Kamu boleh nggak suka dengan kami selaku pengurus, tapi kamu tetap terikat hukum di sekolah," balas Gya.

"Huh?" Ran ganti menatap tak percaya kepada Gya yang mulai membawa peraturan sekolah dalam perbincangan mereka seperti terakhir kali. Atau bahkan mungkin setiap kali?

"Sekarang Kak Gya mulai bawa-bawa aturan sekolah lagi, kan. Selalu aja gitu! Kak Gya nggak bisa, ya, hidup lepas dari tugas wakil ketua sehari aja? Oh, atau mungkin Kak Gya selalu gitu karena nutupin kelakuan Kak Gya sendiri?" Ran menggeleng-geleng lantas mengguratkan senyuman tipis yang sinis.

"Tolong profesional. Sudah jadi tugas kami para pengurus OSIS untuk memperingatkan siswa yang melanggar peraturan sekolah, dan kamu dalam satu bulan terakhir sudah berkali-kali masuk ke ruang eval-"

"Profesional? Hah? Coba, Kak, sekali lagi! Kak Gya pernah nggak, nyadar, kalau Kak Gya sendiri melanggar aturan? Ngejilat ludah sendiri lagi. Mungkin Kak Gya nggak ingat, tapi di undangan prom kemarin, tertulis di peraturan nomor lima, tidak boleh menggunakan pakaian terbuka dan aksesoris berlebihan, serta melakukan tindakan yang tidak bermoral dan beretika. Tapi, Ran lihat sendiri Kak Gya berduaan sama cowok yang Ran nggak tahu siapa di tempat sepi yang nggak dilewati orang. Deket banget, Kak! Dan karena melanggar aturan itu, apa Kak Gya masuk ruang evaluasi? Enggak, kan? Kenapa? Karena Kak Gya yang buat peraturan, Kak Gya petugasnya, dan Kak Gya yang ngelakuin pelanggaran. Jadi, profesionalitas mana yang Kak Gya omongin?"

3 Reasons Why We Should Break Up[End]Kde žijí příběhy. Začni objevovat