Chapter 16 [Pelangi Setelah Hujan Badai]

15 4 2
                                    

Insiden pekan lalu tentang Gya yang melakukan percobaan bunuh diri itu telah menyebar dan menggemparkan seisi sekolah tanpa diketahui melalui apa atau siapa berita itu disebarkan. Vera? Jelas tidak mungkin dirinya melakukan hal gegabah seperti itu, apalagi dia tahu itu hanya akan memberi citra buruk kepada sahabatnya.

Akan tetapi, semua hal berubah sejak hari kedua rumor itu menyebar dan Gya tidak menunjukkan batang hidungnya di sekolah sama sekali. Kejadian itu seolah menjadi titik balik yang menandai sebuah revolusi yang terjadi di sekolahnya. Sejak kabar tak mengenakkan itu menjadi hidangan hangat warga sekolah, tak lagi ada siswa yang masuk ke Ruang Kedisiplinan untuk dievaluasi. Satu pun. Bukan sebab tak ada yang memergoki mereka melakukan pelanggaran, melainkan memang tak ada satu pun yang datang terlambat, menggunakan atribut yang tidak lengkap, atau apapun itu.

Sekolah mereka menjadi sangat tertib seolah ada duka tak kasat mata yang hinggap di setiap relung para siswa dan menjelma dalam bentuk rasa bersalah terhadap wakil ketua OSIS mereka itu. Entah apa alasan perasaan itu muncul. Padahal banyak siswa yang tak pernah memiliki masalah dengan peraturan, apalagi dengan Gya dan program kedisiplinannya. Tetapi tetap saja. Entahlah. Semua orang seolah ikut menanggung rasa bersalah atas beban yang Gya tanggung selama ini tanpa diri mereka sendiri sadari.

Berbeda dengan semua orang yang tak mengetahui alasan timbulnya perasaan duka yang aneh dalam diri mereka itu, Ran tahu persis bahwa dirinya kehilangan sesuatu yang tak pernah ingin ia relakan. Bahkan sampai detik ini masih teringat dalam benaknya bagaimana badannya gemetar ketika mendengar kabar itu dari Vera satu jam setelah kejadian. Cangkir berisi susu panas yang saat itu dipegangnya tergelincir begitu saja dan jatuh menimpa kakinya sendiri, membuat gaduh seisi rumah. Namun, jangankan menghiraukan pekikan ibunya yang panik melihat kejadian itu, Ran bahkan tidak ingat dirinya merasakan panas atau perih di kulitnya saat sebuah pecahan cangkir itu menancap di kakinya. 

"Enggak, belum bisa. Gya masih di UGD. Belum sadar. Kata dokternya kehilangan banyak darah," jawab Vera saat itu ketika Ran bertanya apakah ia sudah bisa masuk dan melihat kondisi seniornya itu. 

Ran malam itu datang dengan pakaian seadanya dan sandal rumah yang belum sempat diganti sebab ia terburu-buru masuk ke mobil online pesanannya datang menjemput dalam waktu tak sampai tujuh menit. Ditambah lagi matanya yang sembab dan telinganya yang memerah itu, menjelaskan betapa paniknya ia ketika berlari-lari dari trotoar hingga koridor rumah sakit.

"Ran? Nggak ke kantin?" Chiko menepuk pundak Ran yang saat ini melamun memandang ke luar jendela kelasnya.

Ran sedikit tersentak. Ia mendongak sekilas dan menggeleng, lantas memalingkan wajahnya ke arah lain agar tak bertemu pandangan dengan dua orang yang mencemaskannya sejak tahu apa yang terjadi di hari itu.

Ketika kedua temannya berlalu, Ran kembali sibuk dengan pikirannya sendiri. Kali ini yang muncul adalah rasa bersalah atas prasangkanya terhadap Gya dan ucapan buruk yang ia lontarkan untuk perempuan itu beberapa jam sebelum ia ditemukan oleh Vera tergeletak di halaman rumahnya sendiri. Terlebih lagi, kini Ran tahu bahwa kejadian di acara sekolah malam itu tidak seperti yang ia pikirkan sama sekali, dan itu membuatnya bertanya-tanya, "Apa Kak Gya beneran ngelakuin itu karena omongan jahat Ran, ya? Ran keterlaluan banget, nggak, sih."

***

Malam itu, setelah satu setengah jam menunggu dengan gelisah bersama orangtua Gya yang betul-betul panik di kursi tunggu (Mama Gya nyaris berteriak histeris setiap kali mengingat darah yang membanjiri seragam putrinya itu, dan Papanya tak henti-hentinya menenangkan sembari memeluk istrinya itu), Vera memilih mengajak Ran mencari udara segar untuk membuat adik sepupunya itu terhindar dari radiasi tekanan rasa bersalah yang menyelimuti koridor itu dengan pekat.

3 Reasons Why We Should Break Up[End]Where stories live. Discover now