24. Promise

51.1K 2.5K 14
                                    

Author POV

Hembusan angin menerpa wajah cantik nya, ia menatap segerombolan anak kecil yang sedang bermain. Hatinya sedikit mencelos, bagaimana bisa bocah sekecil itu sudah tinggal di sebuah rumah sakit?

Ia membuka IPhone nya, memotret segerombolan anak itu, sebagai psikolog ada rasa ingin tahu yang begitu mendalam dengan psikologi anak-anak itu.

"Hey, chocolate?" sebuah suara berat muncul di belakang nya sambil menawarkan satu batang coklat kesukaan nya.

Prilly tersenyum sambil mengangguk lucu kemudian mengambil coklat itu dari tangan lelaki nya, "Mauuuu" Ali mengacak rambut Prilly kemudian duduk disebuah bangku bersebelahan dengan kursi roda Prilly.

"Enak? Jangan kebanyakan. Dua aja nanti perut kamu sakit lagi sayang" perintah Ali. Prilly mengangguk kemudian kembali memberikan coklat itu pada Ali. "Udah dua"

Keduanya terdiam, saling menikmati hembusan angin di taman rumah sakit ini. Kecuali Ali, matanya hanya fokus memperhatikan bidadari yang ada disampingnya. Matanya tak lepas sedikit pun, tak ingin lengah sedikit pun.

"Hmm, Li, aku mau minta maaf soal kejadian kemarin" ucap Prilly membuka suara. Ali mengernyitkan kening nya, apa harus kembali di bahas?

"Lupain aja, aku udah gak inget itu lagi. Yang penting sekarang liat masa depan, kita siapin masa depan kita" ucap Ali tegas. Ia menatap mata coklat Prilly kemudian mengusap pipi Prilly lembut.

Prilly tersenyum tipis, "Aku tau, tapi aku masih ngerasa bersalah sama kamu Li" mata nya kembali berkaca-kaca. Rasa bersalah itu terus menakuti perasaan nya.

Ali menggenggam kedua tangan Prilly erat, kembali menatap kedua manik mata coklat Prilly, "Dengerin aku, aku udah gak peduli mau kamu manfaatin aku, mau kamu gak cinta sama aku, atau apa pun itu, aku gak peduli. Yang aku tau sekarang, aku harus perjuangin cinta aku. Aku harus perjuangin cinta aku demi masa depan yang bakal kita tata."

"Prilly, sayang, aku cuma cinta sama kamu. Tolong gak usah bahas masalah ini lagi, karna tugas aku sekarang cuma bahagiain kamu, jadiin kamu ratu dalam hidup aku. Aku cinta sama kamu, aku mau berubah demi kamu, dan kamu berhasil ngerubah aku kan? Cuma kamu sayang"

Air mata Prilly lolos dari mata indah nya, begitu salah nya ia menjadikan Ali hanya sebagai alat. Ali sangat mencintainya.

Ali menghapus air mata Prilly dengan jari-jari tangan nya, "Jangan nangis, aku gak mau ngeliat air mata itu turun lagi. Cuma Prilly yang bisa ngerubah Ali. Cuma Prilly yang ada di hati Ali. Prilly hanya boleh buat Ali. Promise?" cukup. Prilly menghambur kepelukan Ali, memeluk Ali dengan erat, menumpahkan air mata nya dibahu Ali, air mata bahagia.

"Aku sayang kamu Li, I Love you" lirih Prilly di dalam pelukan Ali.

Ali melepas pelukan nya, kemudian kembali mengusap air mata Prilly, "Udah ah jangan nangis, jelek"

Prilly tertawa kecil, tangan nya mengulur untuk menangkup pipi Ali, mengusap pipi itu dengan tangan lembut nya, "Ali cuma buat Prilly, cuma Ali yang ada di hati Ali, cuma Ali yang bisa ngerubah Prilly" bisik Prilly lembut. Ali tersenyum kemudian mengecup kening Prilly, menahan nya cukup lama.

"I'm Promise" lirih Prilly sangat pelan.

Terimakasih Tuhan telah memberikan hamba kekasih sempurna seperti Ali.

---drugs---

"Shit. Gue gak bisa gini terus, gue harus bisa dapetin Prilly. Gue harus bisa buat Prilly kembali kepelukan gue" Al mengacak rambut nya kasar. Pikiran nya hanya dipenuhi oleh Prilly, Prilly, dan Prilly.

DRUGSWhere stories live. Discover now