12. hurt

217 23 3
                                    

Di tempat lain, Nara meluapkan seluruh emosinya dengan menangis di taman komplek ditemani seekor kucing berwarna oren yang ia namai bedu. Matanya sudah sangat sembab, ia menangis sembari terduduk disisi trotoar, cukup lama ia menangis disana hingga sebuah motor berhenti di dekatnya.

"Nara" Panggil seseorang yang suaranya sangat ia kenal, Nara menoleh setelah menghapus air matanya,

"nangis ya lo?" tanya laki-laki itu panik kemudian turun dari motornya setelah melepas helm

"hei kenapa? Siapa yang bikin nangis?" tanyanya panik, itu Naufal alias Nana.

"tadi mau beli seblak tapi teh ida nya tutup, padahal lagi pengen banget seblak" Bohong Nara sembari kembali terisak yang tentu saja Nana tidak percaya,

Laki-laki itu lalu menarik nara ke pelukannya,
"lo pikir gue anak tk yang bisa lo boongin kayak gitu?"
"kenapa? Cerita sama gue, biar nangisnya bisa gue temenin" ditanya seperti itu membuat Nara menangis semakin kencang, Nara lalu menceritakan semua yang ia dengar di rumah dengan nafas tersenggal dan sesenggukan, meskipun ucapannya tidak cukup jelas tapi Nana bisa mengerti.

Nana menenangkan nara dengan mengusap lembut punggung Nara untuk meredakan tangisannya, ia tidak mengucapkan apapun, ia menunggu tangisan sahabatnya itu reda.

"udah? Ada lagi yang mau diceritain?" tanya Nana, nara menggeleng. Nana lalu mengeluarkan sebotol air mineral dari tasnya yang kemudian ia berikan pads Nara setelah ia buka tutupnya.

"gue gak tau gimana rasanya jadi lo, tapi gue bisa ngerasain ketakutan yang lo rasain selama ini, gue ngerti trauma yang lo punya, dan gue gak tau harus bilang apa buat ngilangin dan meredakan semua ketakutan lo, ya siapa yang gak takut kan orang tuanya punya keluarga baru?"
"tapi satu hal yang harus lo tahu, lo keren ra, lo keren banget bisa ngendaliin ketakutan dan trauma lo selama ini, lo sama aa aa lo keren, gue belum tentu bisa sekuat lo tau.  Dan apapun yang terjadi nanti, apapun keputusan om yohan, gue yakin deh keputusannya gak bakalan nyakitin kalian, gue yakin om yohan tipe orang yang sayang banget sama anak-anaknya dan gak rela ngeliat anaknya sakit hati apalagi kalo itu gara-gara dia"

"nanti papa terpaksa dong?"

"enggak lah, gak ada yang namanya terpaksa demi orang yang dia sayang, yang dia cintai. Ra, seseorang pasti bakalan berkorban apapun buat orang dia sayang, dan itu tidak dilakukan dengan terpaksa. Paham kan maksud gue?"

Nara kembali menangis sembari memeluk Nana,
"udah jangan nangis, yuk gue beliin seblak ya, lo kalo kebanyakan nangis tar kepalanya pusing, mending makan seblak, trus minumnya pop es taro"

"gamau es nanti pilek"

"yaudah susu milo deh"

"masa seblak sama susu"

"yaudah sama aqua aja aqua biar fokus, yuk?"

Nara melepaskan pelukannya sembari meredakan tangisnya. Tangan Nana terulur mengusap jejak air mata di pipi Nara, ia juga melepaskan jaket yang ia pakai untuk kemudian dipakaikan pada Nara karena perempuan itu hanya memakai kaos lengan pendek dan celana trening.

"kayak gembel banget ya gue?" tanya Nara

"emang" jawab Nana seenaknya

"aaaaa maluu" rengek Nara lagi

"gapapa gue seneng temenan sama gembel, yuk"

"aaaaaaaa"

"becanda ahhh udah, kagak, lo cakep kok, gaada gembel secakep elo, udah yuk beli seblak" ajak Nana sembari menarik tangan Nara pelan, dan ya, keduanya lalu menuju tukang seblak yang berada di depan komplek.

Our greatest world Papa chap.2Where stories live. Discover now