22. makan malam

139 18 1
                                    

Pukul tujuh malam Jaevan baru pulang ke rumahnya. Jaevan mengernyit kala melihat sepasang heels perempuan yang tersimpan rapi di rak sepatu. Pikirannya langsung mengarah pada kekasih kakaknya, pasti Azri membawa pulang pacarnya. Wangi harum makanan langsung menyambutnya kala Jaevan membuka pintu utama, tampak seorang perempuan bersama Azri tengah menyusun makanan di meja makan, papa dan kedua adiknya pun ada disana.

"wiih ada tamu nih" ucap Jaevan ramah seperti biasa,

"haii, baru pulang jev" sahut Senjani,

"iya teh, sehat teh" ucap Jaevan sembari menyalami Senjani

"alhamdulillah"
"teteh bawa makanan banyak nih, ayo makan"

"seneng nih Jaevan, gak bantuin papa masak karena dimasakin teh jani" goda Papa

"iyalah, rezeki anak soleh mah gimana ya teh ya"

"hahaha iyaa jev, keren banget kamu bisa bantuin papa masak" puji Jani,

"nara juga suka bantuin papa masak tau teh"

"harus dong, anak perempuan kan harus bisa masak"

"iyaa doongg bisa nara mah,"

"nara ini jago bikin kue bolu loh teh, kali-kali bikin barengan gih sama dia" ucap Yohan

"ohh iya? Ayok lain kali bikin bareng teteh"

"ayook tehh, weekend deh, teteh kan gak kerja, nara juga libur"

"boleh boleehh" sahut Jani,

"teteh nya ada dua dong ya sekarang" ucap Jaevan,

"ohh iya, ada teh jani sama teh nara" sahut Papa

"berarti sekarang nara gak dipanggil teteh lagi dong, boleh gak?" tanya Azri

"ya boleh aja sih, terserah nara mah" Sahut Nara, Senjani tersenyum, pandangannya beralih pada Elvan yang sedari tadi hanya diam, sesekali tersenyum menanggapi

"Elvan," panggil Senjani

"iya teh?"

"enak gak masakan teteh? Elvan suka gak?"

"suka kok teh, enak, makasih udah masakin"

Senjani tersenyum senang, "sama-sama,"

"dia mah emang susah ngomong teh, maklum dulu pas kecil hobi ngelem" sahut Jaevan asal yang kemudian digeplak Elvan

"berisik lo, gaada yang ngajak ngomong elu"

"ya gua mah ngomong aja memberikan informasi"

"informasi lo gak bermanfaat"

"ya bodo amat?? Mulut mulut gue???"

"nah, elvan baru bisa ngomong kalau sama Jaevan teh, memang jaevan ini pemancing elv ngomong" tutur Papa,

"nyebelin dia teh" ucap Elvan,

"maaf ya teh, emang kek begitu mereka, semoga teteh gak shock" sahut Nara, Senjani hanya tertawa,

"gapapaa kokk, emang udah biasa kan adik kakak tuh suka berantem, teteh ngerti, aslinya mereka tuh saling sayang kan"

"ihhh bener banget tehh, nara aja kadang geli" sahut Nara

"ahh sok tau lo" ucap Elvan dan Jaevan kompak,

"tuhh kan kompaknya mulai keliatan" sahut Papa, Senjani terkekeh melihat tingkah keluarga kekasihnya itu, ya mungkin beberapa waktu lagi akan menjadi adik iparnya.

"makasih ya, papa, sama adik-adik udah nerima teteh dengan baik disini" ucap Senjani

"kita mah baik teh, yang jahat mah si jaevan" ucap Elvan

Our greatest world Papa chap.2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora