27. azri mencari restu

152 23 3
                                    


Perjalanan Azri untuk mencapai restu calon mertuanya sudah tercapai. Pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat menuju daerah Bandung Barat, tempat orang tua Senjani tinggal. Disana Yohan dan Azri disambut dengan sangat ramah oleh kedua orang tua Senjani, Yohan merasa lega anaknya itu diterima dan disambut dengan sangat baik disana. Awalnya ia merasa ragu dan takut karena latar belakangnya yang gagal dalam pernikahan, takut jika calon besannya itu mempermasalahkan latar belakang dirinya, namun ternyata tidak, mereka bukan tipe orang yang menilai seseorang dari masa lalunya.

Rumah calon menantunya itu ternyata terletak di sebuah desa di Bandung Barat, kawasan rumahnya masih begitu asri, udara segar, persawahan, perkebunan yang masih sangat terjaga. Mayoritas penduduknya pun berprofesi sebagai petani, begitu pun ayah senjani, hanya ibunya Senjani bekerja sebagai PNS. Begitu menginjakkan kaki disana Yohan langsung berpikir untuk membeli satu rumah untuk ia tinggali karena sepertinya akan seru menghabiskan masa pensiun nya di tempat yang sejuk seperti itu meskipun sudah pasti keinginannya itu akan ditolak oleh anak-anaknya.

Setelah mendapat ijin dan restu, kini Yohan dan Azri beranjak menuju surabaya, tempat Veronica tinggal. Sebelum ke surabaya mereka sempat mampir dulu ke rumah untuk mengambil pakaian ganti. Wajah Yohan tak henti-henti menyunggingkan senyum, senang karena anak sulungnya bisa diterima dengan sangat baik oleh orang lain.

"papa seneng banget A, alhamdulillah kamu bisa diterima dengan sangat baik sama orang tuanya senjani, semoga seterusnya kayak gini ya A" ucap Yohan

Azri tersenyum senang mendengar ucapan papanya, "aamiin, makasih pah"
"enak ya pah suasana rumahnya"

"iya enak banget, papa kepikiran beli rumah disana, sama sawah buat nanti kalo udah pensiun hahah"

"emang bakalan diijinin sama anak papa yang lain? Kayak mereka pada mau aja tinggal di desa pah,"

"ya udah pasti engga haha, haduh ngajak elvan, jaevan sama nara pindah mah pasti pada gak mau,"

"lagian rumah kita yang sekarang udah enak pah posisinya, di tengah kota Bandung, meskipun sering macet cuma ya, oke lah"

"iyaa"

"papa beneran gak apa-apa ketemu mama?"

"ya gak apa-apa, ayo kita temuin buat minta restu, takutnya kamu gak berani aja kalo sendirian"

"berani cuma agak takut aja sih pah,"

"kamu ini, udah beli cincin belum buat ngelamar jani nya?"

"belum, gampang lah pah itu mah, yang penting Azri dapet dulu restu orang tua Azri sama orang tua nya"

"iyaa sih bener,"
"mama mu tau kan kamu mau ke rumahnya?"

"tau, semalem kan azri wa, terus dia kirim alamat rumahnya, baik sih mama, kayak seneng gitu pas tau azri mau kesana"

"bilang mau kesana sama papa?"

"bilang, trus kata mama oke,"

"ooh yaudah, syukur"

Yohan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, mereka sudah di pesawat dengan penerbangan menuju Surabaya saat ini. Azri menatap sendu papanya itu, andai orang tuanya itu tidak berpisah, mungkin ia tidak harus pergi jauh-jauh seperti ini untuk mencari restu, dan andai mereka tidak berpisah mungkin Azri juga tidak akan bingung memikirkan bagaimana posisi orang tua pengantin pria nantinya.

Setelah perjalanan dua jam lebih mengudara, kini Yohan dan Azri sudah sampai di salah satu hotel di Surabaya, mereka sampai disana tepat setengah jam sebelum waktu berbuka. Keduanya akan menginap di hotel ini terlebih dahulu sebelum kemudian berkunjung ke rumah Veronica esok hari. Baru saja merebahkan dirinya di ranjang kamar hotelnya, kepala Yohan dibuat pening dengan kelakuan dua anaknya yang ia tinggal di Bandung. Ia menghembuskan nafas berat seraya mengusap rambutnya.

Our greatest world Papa chap.2Where stories live. Discover now