23. cilok

168 23 3
                                    


Jaevan menghembuskan nafasnya panjang nan berat. Kini ia sedang duduk di teras rumahnya, menikmati udara segar malam hari sebelum kembali bertempur dengan tugas akhirnya. Rasanya hari-harinya berat sekali akhir-akhir ini sebab harus mengerjakan deadline tugas akhir agar bisa segera menyelesaikan pendidikan sarjana nya.



Tok toroktok tok tok...


Bunyi dari kayu tukang cilok terdengar begitu menggoda di telinga Jaevan. Ia buru-buru merogoh saku celananya, beruntung ada uang sepuluh ribu disana. Dengan secepat kilat ia berlari keluar gerbang untuk mencegat tukang cilok itu.

"maanggg"
"mau dong, goceng"

"siap jev"

"mang, saya juga ya, goceng" ucap perempuan di belakang Jaevan. Jaevan menoleh dan ternyata itu velia,

"ehh velia" sapa Jaevan ramah

"apaa jev"

"hehehe beli cilok?"

"enggak, beli bajigur" sahut Velia, Jaevan terkekeh karena perempuan itu menjawab pertanyaannya yang memang tidak layak ditanyakan itu dengan guyonan.

"heheh, bisa aja lo"

"pake pedes gak neng, a?"

"enggak mang yang saya" sahut Velia

"saya pedes mang" ucap Jaevan

"siiaappp"

"tumben gak di kost vel?" tanya Jaevan

"enggak jev, lagian bosen juga di kost, sepi"

"oiya anak angkatan bawah pada libur ya"
"trus kalo bimbingan gimana? Pulang pergi?"

"iyaa"

"sama siapa?"

"damri" jawab Velia,
"ini mang" ucap Velia seraya menyerahkan selembar uang lima ribu kemudian mengambil ciloknya, Jaevan juga merogoh sakunya tadi untuk mengambil uang. Jaevan yang tengah menunduk itu tidak menyadari kalau Velia mendekatinya untuk mengambil tusukan kayu yang posisinya berada di dekat Jaevan. Jaevan mengangkat kepalanya setelah menemukan uang itu dan tanpa sengaja bibirnya menyentuh dahi Velia karena posisi mereka yang sangat berdekatan.

Hening


Baik Velia, Jaevan dan mang cilok, ketiganya sama - sama mencerna apa yang baru saja terjadi.

Jaevan mengatupkan bibirnya, Velia pun menjatuhkan tusukan kayu yang baru saja ia ambil tadi. Jantung keduanya sama-sama berdegup kencang tak karuan. Mereka tak berani menatap satu sama lain.

"hadeh gua gulung juga ni bumi" ucap mang cilok yang kemudian menyadarkan keduanya. Jaevan memberikan uangnya pada mang cilok itu, sesaat setelah memberikan kembalian dan mengucapkan terima kasih tukanh cilok itu pun berlalu.

"cilokk cilok, carilok dicilokan cilook. Varian baru cilok rasa cinta yeuhh carilokna mangga" teriak mang cilok sembari berlalu mendorong gerobaknya.

"ekhem, sorry vel gue gak sengaja, suerr" ucap Jaevan gugup

"i-iya, iya"
"kalo gitu gue, duluan" Pamit Velia, wajah perempuan itu tampak memerah

"bareng aja"

"oh i-iya boleh"

Mereka berjalan tanpa berbicara. Dalam kepalanya masing-masing masih terus memutar apa yang baru saja terjadi.

"eh ciloknya ketuker gak?" tanya Jaevan mencairkan suasana,

Velia buru-buru melihat isi plastiknya,
"punya lo disobek gak ujung plastiknya?"

Our greatest world Papa chap.2Where stories live. Discover now