Satu 🕊

150K 4.7K 79
                                    


Follow Ig @widyaarrahma20_
Yg ada _ nya
Untuk keseruan cerita wattpad ini


Happy Reading

































Suara ucapan bahagia terdengar di gedung serba guna milik Pesantren Arrosyid yang sudah disulap menjadi gedung pernikahan dari cicit pertama Pesantren Arrosyid itu yaitu Gus Fajrin Naharin Arrasyid dan salah satu Ning dari Pesantren lain yg bernama Ning Reni Hafshah Furqon

Acara berlangsung meriah banyak tamu undangan yang datang, hari ini adalah resepsi kedua setelah resepsi pertama di Pesantren Miftahul Huda juga sekalian akadnya disana

Para santri hari ini dilarang dijenguk guna mengantisipasi penuhnya area Pesantren juga agar para santri bisa menikmati acara karna selain di gedung itu, acaranya juga sampai keluar gedung, pintu gedung dibuka dan dipasang tenda dibagian luar

Suasana senang, meriah dan Sakral terasa di gedung serbaguna Pesantren berbanding terbalik dengan suasana hati pemuda yg merupakan putra kedua dari Kyai Ibrohim Muhsin Arrosyid yang tengah duduk di balkon kamarnya memandang parkiran mobil yg sangat full

Pemuda bernama Hamdan Fauzan Arrosyid itu sudah ada dibalkon sejak 1 jam yg lalu, dan hanya melamun, tak ada yg dia lakukan selain itu

Bahkan kopi yg dia bawa dari lantai 1 pun sudah dingin, sudah tak lagi nikmat tuk diminum, cemilannya pun sama sekali tak tersentuh

Netra tajamnya tak bisa di tafsirkan apa yang sedang dia fikirkan, entah marah, entah ikut bahagia atau apa

Wajahnya yg datar, netranya yg tajam, badannya yg tegap serta sikapnya yg dingin sungguh berbeda sekali dengan kaka adik maupun sepupunya yg lain

Terdengar suara pintu kamarnya terbuka namun dia sama sekali tak menoleh untuk mengetahui siapa yg masuk ke kamarnya

"Ih Mas, dicariin sama Umi, disuruh foto bareng sekeluarga, malah disini, cepet ganti baju mas, nanti dimarahin Abah loh, mas Cuti tuh buat acara nikahannya Bang Fajrin bukan buat ngelamun gini, ayo turun ih itu banyak tamu di bawah"

"Shof, pelan pelan kalau ngomong jangan kaya kereta gitu, pusing kepala mas dengernya"

"Udah ayo ganti, ditungguin sama yg lain, jiddah Halimah juga dateng, nyariin Mas Hamdan"

"Iya mas ganti, udah sana turun, mas mau mandi dulu"

"Idih idih bujangan apaan jam segini belum mandi"

"Biarin"

Hamdan dengan berat hati langsung meninggalkan adiknya yg bernama Shofiah Adzika Arrosyid itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri

Tak lama dia keluar kamar mandi, adiknya masih ada disana, duduk diranjangnya sembari memainkan hpnya

"Ngapain masih disini Shofia ?"

"Mastiin mas beneran mau turun, kalau ndak aku nanti dimarahin Umi"

Hamdan menghembuskan nafas beratnya lalu dengan terpaksa dia memakai batik seragam keluarga yg uminya siapkan untuknya subuh tadi

Tak lupa memakai sarungnya yg juga uminya siapkan untuknya dilanjut dengan peci hitam khas anak kyai

"Dah turun sekarang"

Shofia langsung mengiyakan dan menggandeng kakak keduanya itu dan turun tangga

Benar saja dibawah ada Jiddah Halimah yg merupakan Ibu dari uminya

Hamdan langsung sungkem pada wanita yg sudah berumur 80 tahun itu

"Ini anak gantengnya Jiddah baru keluar kamar, capek Le ?" Tanya Jiddah Halimah sembari mengusap kepala Hamdan

"Nggih maaf Jiddah"

Hamdan duduk dikarpet disamping Jiddahnya yg terus mengusap badan tegapnya

"Sudah besar, sudah bisa mengambil keputusan sendiri, Jiddah doain slamet dunia akhirat ya Le"

"Aamiin Jiddah"

"Didoain biar cepet nikah tuh Jiddah" ucap salah satu adik dari uminya Hamdan

"Didoain itu selalu, tapi ndak maksain, kasian takut Hamdannya belum siap, dia juga ada tugas negara yang harus dikerjain, Jiddah akan selalu dukung keputusan Hamdan"

"Matur suwun Jiddah"

Berbeda dengan semua keluarganya yg merupakan pendakwah dan pemuka agama, Hamdan banting stir menjadi seorang Perwira TNI.

Dari awal hingga sekarang, keputusan Hamdan ditentang abahnya, abahnya ingin anak anaknya menjadi penerusnya, menjadi pewaris Pesantren, menghidupkan Pesantren, namun Hamdan menolak, dia nekat mendaftar akademi Militer bermodalkan restu Jiddah Halimah dan uminya secara diam diam

Dan ternyata dia diterima

Hal yg paling menyakitkan baginya adalah saat abangnya wisuda di Mesir semua harus datang kesana untuk menyaksikan dan menjemput namun saat Wisudanya di Magelang, tak ada satupun yg datang

Hanya adiknya, Shofia yg datang dengan modal nekat juga, datang membawa sebuket bunga dan tanda selamat untuknya pun tak lama

Shofia hanya 1 jam disana karna dia izin ke orang tuanya akan kerja kelompok nyatanya dia ke Magelang bermodalkan uang tabungannya dan sampai sekarang, orang tuanya yak tau karna tak ada foto yg Shofia tunjukkan

Karna itulah, Hamdan malas ke Pesantren, malas berkumpul dengan keluarga karna yg dibahas selalu kotab dan seakan menyindirnya

Bukan tak faham pasal kitab, dia pun sudah mondok dari SD namun dia malas saja membahasnya karna banyak kalimat sindiran untuknya

"Enteng jodohnya, enteng rezekinya, enteng kerjaannya, selamet dunia akhirat, Allah Ridho yo Le" bisik Jiddah Halimah lalu mencium kepala cucu nya itu

"Aamiin, matur suwun Jiddah"

Jiddah Halimah mengambilkan kue basah lalu memberikkan pada Hamdan, dengan senang hati Hamdan memakannya sembari terus duduk disamping jiddahnya

Tak lama Alvin, Sepupu Hamdan datang memanggil Hamdan dan Shofia untuk ke tempat pernikahan Gus Fajrin guna sesi foto

Dengan malas Hamdan berjalan menuju tempat itu bersama adiknya

Banyak mata yg tertuju padanya, walaupun dia putra kedua disini namun jarang sekali dia pulang, Lebaran pun hanya 2 hari dengan alasan ada panggilan dari komandannya

Jadi banyak yg tak mengenalinya dan ada juga yg menganggapnya calon suami dari Ning Shofia







































_____________________________________
Hay hay haaaayyyy
Aku hadir lagiiii
Cek lapak ah siapa yg nungguin
Gak aku post dulu di ig, siapa tau ada yg peka

Coment dong gimana kesannya di part pertama ini hehehe
Typo maklumin yah 🤭

Gus PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang