Empat Belas 🕊

57K 3.7K 82
                                    


Follow Ig @widyaarrahma20_
Yg ada _ nya
Untuk keseruan cerita wattpad ini



Happy Reading

































Umi Ruqoyah langsung memeluk putranya dan menggiringnya agar duduk di shofa kamar

"Istighfar nak, istighfar" ucap Umi Ruqoyah dengan air mata sudah berlinang

Umi Ruqoyah mengambil kotak p3k yg ada dikamar itu dan mengambil jga segayung air untuk membasuh tangan putranya itu

Sementara Hamdan tatapannya masih kosong, menatap cermin yg kini sudah berbentuk puong puing bercampur darahnya

Tangannya yg berdarah sama sekali tak dia rasakan, bahkan saat uminya memberikan obat dan memakaikannya perban dia masih menatap kearah yg sama

"Jangan gini nak, umi takut" ucap umi setelah selesai mengobati putranya

Mendengar suara parau itu Hamdan tersadar, dia langsung menengok kearah samping dan reflek memeluk uminya

Kalian tanya dimana Abah ?

Beliau ada dibalik pintu, beliau ikut naik namun tak masuk ke kamar Hamdan, gengsinya begitu besar hingga dia mendengar suara Fajrin pulang mengajar dan langsung turun ke lantai 1

"Mi, segitu remehnya Hamdan didepan abah ya mi ?"

"Ndak nak ndak, kamu, Fajrin, Shofia semua berharga untuk Abah dan umi, hanya Abah memang berbeda cara menyayangi kalian"

"Mas Ham -" ucapan wanita itu terhenti saat melihat keadaan karna  melihat keadaan kamar Hamdan

Dia langsung berlari mendekati kakak dan uminya itu

"Mas Hamdan kenapa ?" Tanya Shofia

Hamdan menegakkan badannya lalu menghadap adiknya "mas gapapa"

"Bohong, itu apa terus ini kenapa tangannya diperban ?"

"Mas lagi nyoba ilmu bela diri mas, mau ninju tembok nyasarnya ke kaca"

"Bohong ! Shofia gak suka Mas Hamdan begini !" Marah wanita itu hendak berdiri namun dicegah Hamdan dan langsung memeluknya

"Mas gak papa Shof, mas ndak bohong"

"Ndak mas bohong !"

"Itu dibawah ada pesenan kamu, ada donat sama Pizza yg udah umi simpen biar gak dimakan bang Fajrin"

"Gak mau !"

"Beneran ? Oh ya udah mas makan nanti"

"Iiiiiiih gak PEKA"

Umi Ruqoyah menegakkan badannya, mengusap punggung putranya, dibalik gagahnya badannya sungguh lelaki ini menyimpan banyak kenangan kelam

Cacian, hinaan, direndahkan, semua sudah dia rasakan sedari kecil makanya tak heran sifatnya berbeda dengan abangnya karna didikannya pun beda

"Yuk turun, makan donatnya" ajak Hamdan yg diangguki Shofia

Mood Hamdan mau tak mau harus berubah demi adiknya, dia tak mau lemah didepan adiknya, dia tak mau adiknya tau apa yg sedang dia rasakan ini

Gus PerwiraWhere stories live. Discover now