Duapuluh Empat 🕊

55.5K 3.3K 8
                                    

Follow Ig @widyaarrahma20_
Yg ada _ nya
Untuk keseruan cerita wattpad ini

Happy Reading







































Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya. Pribahasa yg sering kali terdengar namun sebagian orang kadang salah mengartikannya

Setiap orang ada masanya, masa dia kecil hingga besar, masa dia sedih dan masa dia bahagia, masa dia sendiri hingga masa dia sudah bertemu pasangannya

Sama seperti Hamdan dan Adhifa. Sebulan penuh mereka melakukan tes pengujian Pengajuan yg cukup menguras kesabaran, kini mereka sudah bisa tersenyum lebar menggenggam amplop coklat berisi surat perizinan nikah

Atau biasa juga disebut bahwa mereka sudah resmi nikah kantor, tinggal diserahkan KUA dan mereka siap menunggu tanggal yg sudah ditentukkan

"Lega banget kak, Akhirnya selesai juga"

"Alhamdulillah, maaf yah bikin kamu capek"

"Ndak lah kak, capek aku ini gak seberapa sama capeknya kamu kerja buat aku nanti"

"MasyaAllah makasih yah Dhif"

"Sama sama kak"

Adhifa memang sudah terbiasa memanggil Hamdan dengan panggilan Kakak meskipun Hamdan berekspektasi lebih berharap Adhifa memanggil mas atau panggilan yg lebih romantis

Namun semua itu butuh waktu dan Hamdan siap menunggunya

Keduanya kini tengah duduk didepan rumah dinas Mayor Pras yg seminggu lalu resmi naik pangkat menjadi Letkol atau Letnan Kolonel

Kenapa duduk diluar ?

Karna seperti biasa, Adhifa lupa menanyakan jadwal ayahnya sehingga dia tak dapat kunci rumah dan gak bisa masuk

Hamdan dengan senang hati menemani sampai ayahnya Adhifa pulang sembari mengobrolkan masalah konsep pernikahannya nanti

"Oh ya kata Umi, kamu mau mobil atau rumah ?"

"Hah ? Maksudnya kak ?"

"Maksudnya kamu mau seserahan dari umi dan abah itu mobil atau rumah, waktu mba Reni sih mobil karna bang Fajrin kan pewaris pesantren jadi gak butuh rumah"

"Duh kak apa gak ngerepotin umi ?"

"Ya ndak Dhif, itu sudah jadi tradisi atau khasnya keluarga Pesantren, menghargai calon menantunya, sebenernya kemarin kalau kamu lamaran pun umi siap ngasih kamu mobil saat itu juga tapi kamunya ndak mau"

"Kebanyakan kak, takut gimana gitu"

"Enggak kok, udah biasa Dhif, toh nanti mobil / rumah itu kita pakai bersama hanya saja atas namanya kamu"

"Oh gitu"

"Jadi mau apa ?"

"Bingung kak, terserah kak Hamdan aja deh"

"Lah kamu dong yg nentuin, gak bisa saya"

"Emmm apa yah, nanti deh aku diskusiin sama ayah ibu"

"Oh ya sudah, eh iya saya sudah bilang ke ayah dan ibu kalau nanti kita Pedang pora 2x kali yah Dhif, di gedung sama di Pesantren"

"Hah ? Emang boleh kak ?"

"Boleh, ya sebenernya permintaan Shofia dia mau santri santri liat tradisi yg jarang orang liat secara langsung itu"

"Emmm iya kak gapapa, terus masalah gaun kata ibu buat di pihak aku nanti yg ngurus ibu kak jangan umi"

"Maksudnya gimana ?"

"Kata ibu, kalau acaranya di aku kaya akad dan pedang pora pertama terus resepsi semuanya ibu yg tanggung jangan umi termasuk gaun, ayah ngelarang umi ikut tanggung, ndak enak katanya"

"Ya umi gak mungkin mau lah Dhif, umi pasti minta nanggung 50% kalau di Pesantren baru 100% umi yg nanggung"

"Ih gimana yah kata ayah jangan kak"

"Ya nanti tak bicarain ke ayah"

"Iya kak, oh ya aku mau jilbabnya nanti pas acara syar'i semua gapapa kak ? Gak nyaman kalau pakai kaya diiket dileher kaya baju persit gini"

"Gapapa, nanti di Pesantren gaunnya yg milihin Shofia, kita gak boleh milih"

Adhifa terkekeh sebentar mendengarnya karna benar, calon adik iparnya itu menjadi orang paling sibuk katanya mendekatti hari pernikahannya

"Iya kemarin ning Shofia tanya kak katanya warna kesukaan aku apa, terus juga nanya suka mawar putih enggak"

"Terus dijawab apa ?"

"Aku jawab, aku suka warna biru langit sama sage tpi kata Ning Shofia warna biru gak bagus sama seragamnya kak Hamdan jadi nanti warna sage aja, buat bunganya aku gak terlalu suka mawar aku sukanya anggrek apapun anggrek aku suka"

"Dia emang jadi si paling sibuk sekarang, milihin gaun, milihin dekor padahal kita yg mau nikah aja masih sibuk pengajuan"

"Iya kak kemarin juga nelfon aku mau pakai bridesmaid apa enggak, aku bilang gak usah nanti pakainya disini aja tpi kata ning Shofia harus pakai nanti ustadzah ustadzah jadi bridesmaid di Pesantren pakai seragam"

"Tau gitu gak usah nanya yah Dhif, agak aneh emang adik saya itu"

"Hahahahaha iya kak, aku aja mikir itu tapi ya udah tak iyain aja"

Lama mereka berbincang dan ternyata Letkol Pras dan ibu sudah pulang, Hamdan Dan Adhifa langsung bangun dan menyalami keduanya

"Pasti kaka lupa kunci" ucap Ibu Pras setelah masuk kedalam rumah

"Hehehe iya bu"

"Jangan gitu, kasian mas Hamdannya mau istirahat jadi nemenin kaka"

"Gapapa ibu, tadi sekalian ngobrolin yg mau disiapin buat nikahan" jawab Hamdan yg sudah duduk di shofa

"Sudah dapet kan suratnya ?" Tanya Letkol Pras

"Siap sudah ndan"

"Ya sudah nanti besok tak cek gedung yg mau buat acara"

"Siap mau saya antar ndan ?"

"Boleh, kaka mau ikut ?"

"Mau yah"

"Ya nanti kesana bareng"

Gus PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang