Empat 🕊

64.5K 4.1K 79
                                    

Follow Ig @widyaarrahma20_
Yg ada _ nya
Untuk keseruan cerita wattpad ini


Happy Reading





































Malam acara Khotmil semua wali santri sudah ada digedung serbaguna yg bisa menampung lebih dari 6 ribu orang itu

Sementara para santri ada yg melihat di lantai 2 ada juga yg melihatnya di kursi paling belakang

Hamdan duduk di deretan kursi nomor 2 karna di kursi nomor 1 yg memang dikhususkan untuk keluarga Arrosyid itu sudah penuh dan ini sudah biasa dia alami, dia selalu tak diberikan kursi di barisan dzuriyah pesantren

Tak masalah yg penting dia bisa melihat sang adik tercinta dikhotmil, dan setelah ini dia akan kembali kesatuan, karna telinganya sudah panas dengan berbagai pertanyaan mulai dari kapan nyusul kakaknya, dijodohkan, dan lain lain

Belum lagi tatapan para santri yg belum mengenalnya karna di Pesantren pun dia lebih sering dikamar

Belum lagi ada gejolak yg harus dia tahan didalam rumah, entah rasa apa yg tengah dia rasa intinya dia ingin sekali pergi dari sana

Senyum Hamdan mengembang menatap adiknya yg tengah berpidato karna dialah lulusan terbaik tahun ini mewakili teman temannya

Setitik air mata haru tercetak di mata kirinya, tatapannya begitu hangat pada gadis kecil yg dulu sering merengek padanya dan sekarang sudah besar, sudah dewasa. Bahkan beberapa kyai banyak yg memintanya untuk menjadi menantu

Selesai berpidato satu persatu wisudawati turun dari panggung untuk bersalaman pada bu nyai dan dilanjut sembah sungkem ke orang tua masing masing

Hamdan sempat kaget saat sang adik langsung sembah sungkem padanya setelah pada umi dan abah padahal seharusnya dengan bang Fajrin dan Ning Reni dulu

Namun itu hanya seperkian detik saja, kini air matanya meneter sembari memeluk adik satu satunya itu

"Selamat yah sayang, mas bangga, adik mas hebat, mas sayang Shofia" ucapnya sembari menciumi kepala adiknya

"Makasih nggeh mas sudah mau nemenin aku, jangan tinggalin aku yah mas"

"Iya sayang, sekarang sungkem ke bang Fajrin yah"

Shofia menggangguk namun sebelum berpindah tempat, Hamdan terlebih dulu mencium kedua pipi dan kening adiknya itu barulah Shofia berjalan menuju Fajrin

Acara cukup haru di iringi tangisan haru para wali santri dan tangis harapan dari santri yg belum khatam

Acara memang dipisah antara santri wan dan santriwati jadi malam ini khusus santriwati besok baru santriwan

Belum selesai acara, Hamdan memilih keluar dari gedung karna dia tak sanggup dengan acara seperti ini, penuh tangisan

Dia keluar gedung menyapa beberapa Ustadz yang berpapasan padanya

"Itu calonnya ning Shofia kah ? Tapi kok berani cium cium ning Shofia sih" ucap salah seorang santri baru yg melihat Hamdan keluar gedung

"Hust suul adab kamu, beliau gus Hamdan kakaknya Ning Shofia yg tentara itu" jawab orang yg disampingnya

"Loh aku ndak pernah lihat ya wajar toh aku nanya"

"Ya harusnya jangan langsung nyemplos gitu kan tinggal tanya beliau siapa"

"Yo wes lah yg penting orangnya ndak dengar"

Sampai dikamarnya, Hamdan langsung membuka lemarinya, mengambil kotak hadiah berwarna biru tua itu, dia membukanya dan mengambil kertas serta foto yg ada disana

"Semua tinggal kenangan, izinkan saya menghapus semua kenangan tentang kamu, kamu berhak dapat yg terbaik melebihi saya, dan saya pun tak akan mengganggumu" ucapnya pada foto yg tengah dia genggam

Dia mengambil korek dan membakar foto serta surat yg sudah lama dia simpan itu di balkon kamarnya

Hamdan menghembuskan nafas beratnya ketika kertas itu sudah menjadi abu terbakar api

Lalu dia memilih berganti pakaian dan kembali turun ke bawah untuk mengambil air minum karna dia memang harus teratur meminum air putih

Didapur keadaan sepi hanya ada 2 mba Ndalem yg tengah menyetrika pun jaraknya agak jauh dari tempat Hamdan Berdiri karna mereka ada di ruangan menyetrika

"Hamdan" panggil seseorang dengan suara lembut khas orang itu

Hamdan yg masih berdiri didepan kulkas itupun hanya menoleh tanpa ekspresi

"Maaf yah Dan, aku gak bisa -"

"Gak perlu minta maaf, toh kamu sendiri yg keberatan dengan gelar istri Tentara kan ? Kamu yang gak mau menggunakan seragam istri tentara karna terlalu memperlihatkan lekuk tubuhnya ? Sekarang, kamu menikah bukan dengan tentara, jadi kamu bebas disini"

Yah dia adalah Ning Reni Hafshoh Furqon yg tak lain istri dari kakaknya Hamdan.

"Maaf Dan, maaf kalau kata kataku dulu menyinggungmu, aku terlalu awam ketika tau bahwa istri seorang tentara harus berpakaian demikian"

"Ya sudah, toh sekarang kamu sudah menikah dengan lelaki yg tak mewajibkanmu memakai seragam"

"Kalau boleh memilih aku tak masalah memakai seragam itu asal aku menikahnya sama kamu Dan"

"Gila, gak nyangka fikiranmu seburuk itu Ning"

"Aku masih cinta sama kamu Dan, aku dan Gus Fajrin dijodohkan"

"Aku gak peduli, sekarang bersikaplah sewajarnya, hapus rasa itu dan tumbukan pada suamimu, dia yg lebih pantas mendapatkannya dari pada aku"

"Tapi Dan -"

"Tak perlu tapi tapian, besok aku akan kembali ke Kesatuan, aku gak bakal ganggu kamu san suamimu, aku gak bakal hadir selama 1 tahun hingga lebaran tahun depan, jadi tolong pegunakan waktu tanpa aku untuk menumbuhkan rasa cinta kamu sama suamimu"

"Aku gak bisa Dan, aku -"

"Oh ini wanita yg kamu maksud waktu itu Dan ? Perempuan melati putihmu itu ?" Sela seseorang dibelakang Ning Reni yg tak lain adalah Gus Fajrin

"Benar" jawab Hamdan enteng

"Jadi ? Bagaimana ?" Tanya Gus Fajrin

"Ya mau bagaimana, dia istrimu, bimbinglah menjadi wanita terbaikmu"

"Oh sudah pasti, maksudku bagaimana dengan perasaanmu ?"

"Sudah aku hapus setelah mendengar kabar lamaran kalian, dan satu lagi. Selamat bang kamu kembali berhasil mendapatkan hak orang lain"

Hamdan langsung melangkah pergi meninggalkan kedua pengantin baru itu.

Kecewa, marah, sedih semuanya ada dalam fikirannya namun wajahnya masih datar, matanya masih menajam

Dia memang pembohong ulung yg bisa menyimpan perasaannya dengan sempurna

Gus PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang