Part 38 - Operasi

556 55 10
                                    

Happy Reading💙💙
Hope you enjoying!!


H

ari ini hari minggu. Hari dimana, Hali, harus melakukan tindak operasi segera dirumah sakit tempat ia dirawat selama ini.

Singkatnya keadaan dan kondisi tubuhnya sudah semakin parah. Ditambah pula dengan keenam penyakitnya yang sering kambuh secara bersamaan hampir setiap harinya.

Sebab, malam hari tadi kondisi, Hali, sudah semakin kritis dan parah. Sebenarnya malam waktu itu ingin langsung dibawa ke rumah sakit karena kondisinya itu.

Cuma karena waktu itu sudah terlalu larut malam, Mara dan Amato, mengurungkan niat mereka. Apalagi waktu itu, Hali, sudah dalam keadaan tidur.

Mereka berdua merasa ga enak buat ngebangunin sang sulung. Diliat liat wajahnya juga terlihat sangat kelelahan, apalagi ia juga punya jadwal padat disekolah.

Alhasil, mereka berniat untuk membawanya ke rumah sakit besok saja. Berhubung besok adalah hari minggu.

Awalnya, Hali, gak mau. Tapi, berkat bujukan dari sang mama yang dibantu dengan, Thorn dan Taufan, menggunakan puppy eyes nya, alhasil si sulung pun luluh.

Inilah, Hali, ia emang akan langsung luluh jika yang membujuknya adalah mamanya, Taufan, dan Thorn.

"Lu harus operasi!" - Taufan

"Iya bawel!"

"Lu kali, bang!" Bantahnya

"Terserah"
.

.
DIRUMAH SAKIT:

Kini tujuh bersaudara dengan kedua orang tuanya berada didalam rumah sakit. Mereka menunggu giliran untuk dipanggil oleh dokter Irsyad, terlebih dahulu.

Hali, tak merasa takut ataupun merasa gugup sekalipun. Ia merasa biasa saja, seolah olah sedang tidak terjadi apa apa.

Ia memang sudah pasrah. Ia bersyukur jika masih diberi kesempatan untuk hidup. Namun, jika Tuhan sudah berkehendak lain, maka, ia hanya bisa menerimanya dengan lapang dada.

Lagipula dirinya sudah sangat capek. Ia ingin istirahat dengan tenang, namun, setiap kali ingin istirahat selalu saja ada hal yang mengganggu.

Jadi, izinkanlah dirinya untuk istirahat dengan tenang walaupun sebentar saja. Tapi, kalo istirahat untuk selamanya juga boleh.

Tapi, yang pasti sekarang ini bukanlah waktunya untuk pergi dan menghadap kepada sang ilahi. Ia juga masih ingin melihat wajah wajah orang yang ia sayangi.

Yaa meskipun... dulu dirinya pernah diperlakukan dengan tidak baik oleh keluarganya sendiri, namun, ia tak pernah membenci mereka. Ya mungkin adalah sedikit rasa trauma, takut, sedih, kecewa, dan tentunya amarah.

Operasi memang belum dimulai. Namun, Mara, tak berhenti berhentinya membaca doa doa dalam hati. Dirinya sangatkah takut kalau kalau sang sulung tidak selamat atau operasinya gagal.

"Ya Allah! Kuatkanlah dia untuk kami dan biarkanlah ia disisi kami lebih lama lagi" - Mara

Kini tiba giliran, Hali, untuk melakukan operasi. Taufan, dan yang lainnya komat kamit membaca doa doa supaya Tuhan masih berpihak kepada mereka.

Sejujurnya kesalahan dan perbuatan yang mereka lakukan ke Hali, dulu belum cukup untuk dibandingkan dengan kebaikan mereka sekarang.

Taufan, menghembuskan nafasnya lelah. Walaupun ia suka jahil dengan sang sulung, namun, kalo sudah begini siapa yang ga akan khawatir.

"Tuhan! Tolong jangan ambil dia dulu dari kami, sebab, kami masih belum selesai menembus semua kesalahan yang kami lakukan" - Taufan
.

.
After Moments Later. . . .
.

.
Pintu ruangan operasi masih tertutup dengan hanya satu arah cahaya lampu yang menandakan bahwa tindak operasi masih berlangsung.

Walaupun rumah sakit disini sudah dibilang profesional dan sudah ahli. Namun, tetap saja mereka harus berhati hati dan tidak gegabah saat ada pasien yang harus di operasi.

"Bang Hali, bakalan baik baik aja kan?" Tanya Thorn, dengan mata sembabnya.

Yup! Thorn, habis nangis. Jangan tanya apa alasannya yang pastinya kalian sudah tahu alasan mengapa, Thorn, menangis hingga matanya sembab dan bengkak.

Ceklek~!

Tak lama kemudian dokter Irsyad, keluar dari ruangan operasi dengan tatapan yang sendu.

Mereka semua menjadi panik sekaligus khawatir dengan perasaan yang campur aduk rasanya menjadi satu.

Terutama, Mara, yang langsung menghampiri dokter Irsyad, dengan tubuh yang menggigil takut dengan apa yang akan disampaikan oleh sang dokter.

Sementara itu, Thorn, kembali nangis untuk yang kesekian kalinya sambil memeluk, Solar dan Gempa, dengan erat.

Solar, membalas pelukan sang abang yang paling polos dalam tujuh bersaudara ini. Sedangkan, Gempa, berusaha untuk menenangkan, Thorn, dengan lemah lembut seperti seorang ibu.

"Hiks.. hiks" - Thorn

"Cup cup cup! Udah ya? Jan nangis lagi? Bang Hali, pasti bakalan baik baik aja! Tenang aja!" Bujuk Gempa.

Sedangkan, Taufan dan Ice, hanya bisa terdiam mematung. Mereka berdua tak tahu apa yang mau dilakukan, mereka sudah pasrah akan kehendak Tuhan yang nantinya berbeda dengan apa yang mereka inginkan selama ini.

Sedari tadi mereka berdua alias, Taufan dan Ice, sudah punya feeling dan perasaan yang tidak baik akan keadaan, Hali. Entahlah seolah akan ada hal buruk yang akan terjadi nantinya.

Namun, mereka berusaha untuk bersikap baik baik saja. Seolah olah sedang tidak ada yang terjadi apa apa karena mereka berdua tak ingin membuat keadaan semakin menegang dan membuat yang lain panik bukan main.

Diantara mereka bertujuh. Hanya, Taufan dan Ice, yang memiliki feeling yang kuat dan selalu benar. Ditambah kepekaan mereka terhadap lingkungan disekitar yang membuat mereka tahu lebih cepat akan kondisi, Hali. Terutama, Ice.

"Bagaimana, dok? Berhasil kan operasinya?" Tanya Mara, dengan perasaan campur aduk.

Dokter Irsyad, hanya terdiam. Dan lagi lagi ia menghembuskan nafasnya perlahan. Lidahnya terasa kaku untuk berbicara, walau sepatah katapun.

"Dok?" Panggil Taufan.

"Dia selamat kan, dok?" Ucap Taufan, sekali lagi.


Bersambung

Sorry for typo! Sorry for short chapter!! Sejujurnya author sangat sangat kehabisan ide:(((

Tatatititutu~!!
See u later^^
Bye bye!

Total words : 847 words

Halilintar's Secret [✅]Where stories live. Discover now