13. Petrikor

15 4 0
                                    

Paginya Reksa terbangun dengan kepalanya yang terasa berat karena Reksa terus menangisi kedua orang tuanya semalam dan dia tidak dapat menemukan keberadaan Arkhan di sampingnya. Dirinya mengerang pelan sebelum bangkit dari kasur berjalan keluar kamar berniat untuk mencari keberadaan Arkhan, tetapi nihil, Arkhan tidak ada di manapun. Maka dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan berbaring di atas sofa, bagian belakang kepalanya mulai terasa berat jika dia terus berdiri.

Mendadak Reksa menyesali keputusannya semalam untuk mabuk, ya semalam saat Reksa sedang berjalan-jalan dengan Arkhan mereka berdua tidak sengaja berpapasan dengan beberapa teman lama Reksa di Shanghai dan mereka mengajak Reksa untuk pergi reunian sebentar yang berujung Reksa pergi mabuk ke club bersama teman-teman lamanya dan Arkhan memutuskan untuk kembali ke hotel sampai waktu menjelang tengah malam Reksa pulang dengan keadaan mabuk dan menangis di depan Arkhan, dia tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya, Reksa di mata Arkhan adalah sosok yang paling tegar yang pernah dia temui setelah Mamihnya.

Dalam hatinya Reksa berdoa semoga Arkhan tidak memutuskan untuk kabur karena melihat sisi lain dari dirinya.

Dan doanya terkabul, dia mendengar suara pintu hotel yang di buka dari luar membuat Reksa tersenyum dan dia dapat mendengar suara langkah berat Arkhan yang mendekat ke tempatnya.

"Reksa" Ucap Arkhan dia langsung berjongkok di depan sofa dengan wajah tepat di depan Reksa.

Reksa menyingkirkan tangannya yang sejak tadi menutupi wajahnya, menatap Arkhan yang dengan lembut tersenyum kearahnya "Kamu makan dulu ya? Aku udah beli makanan dan obat pengar di bawah"

Arkhan membantu Reksa untuk duduk di atas sofa, menyiapkan sup hangat yang dia beli dari restoran di samping hotel menemani Reksa sampai makanan di mangkoknya habis.

"Pinternya" Puji Arkhan saat Reksa juga meminum obat pengar yang dia beli "Sudah merasa lebih baik?" Tanya Arkhan kemudian.

Dan Reksa mengangguk, kesedihannya semalam memang belum sepenuhnya hilang, tapi setidaknya kini beban yang terus menghantui pikirannya sedikit berkurang. Reksa tidak pernah cerita soal apa yang dia rasakan kepada siapapun termasuk Arkhan dan Mamihnya, terlebih lagi soal masalah keluarganya.

Dia hanya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan keluarga yang berusaha keras membuatnya bahagia.

Setelah selesai membereskan sampah makanan, Arkhan duduk di samping Reksa yang masih duduk di atas sofa dengan televisi yang menyala di hadapannya. Untungnya televisi itu hanya menayangkan saluran lokal tentang kota Shanghai, tidak membuat mereka berpotensi untuk melihat berita tentang Arkhan yang masih belum berhenti mengudara di Jakarta sana.

"Kita seharusnya udah check out hari ini" Ucap Reksa kepalanya kini bersandar di bahu lebar milik Arkhan.

"Iya, sekalian aku sudah memperpanjangnya tadi"

"Cuma satu malam kan? Soalnya sore nanti kita harus udah ada di Jakarta"

Arkhan menoleh, menatap Reksa yang masih menonton televisi "Memangnya besok kita mau kemana?" Tanyanya.

"Rahasia. Tapi aku udah booking hotel"

"Hotel? Kita gak bakal pulang ke rumah aja?"

Reksa menggelengkan kepalanya "Ribet kalau harus pulang, soalnya jaraknya cukup jauh"

"Gimana kalau ke Jakarta nya besok pagi aja?" Saran Arkhan, kondisi Reksa saat ini masih belum cukup baik dan dia takut jika berkendara berjam-jam dapat membuat kondisi Reksa semakin parah.

"Gak bisa, kalau sesuai rencana kita seharusnya udah berangkat sekarang" Jawab Reksa sambil memeluk erat lengan besar Arkhan dan terus bersandar dengan nyaman di bahu sang alpha "I miss your scent" Ucap Reksa tanpa sadar.

ᴘᴇᴛʀɪᴋᴏʀ {ᴇɴᴅ}Where stories live. Discover now