15. Petrikor

12 3 0
                                    

Arkhan tidak bergerak dari tempatnya, bahkan hingga panas menjalar di pipinya sampai telinga, dia tetap tidak bergerak sama sekali, kepalanya menunduk tidak ingin melihat wajah Reksa yang kini sepenuhnya di banjiri air mata.

"Cuma satu minggu kita gak ketemu, dan kamu berubah jadi manusia paling asing yang pernah aku kenal" Suara Reksa yang bergetar terdengar begitu menyakitkan.

"Kenapa, Arkhan? Apa karena malam itu kamu udah nyatain perasaan kamu sama aku? Kamu nyesel karena udah punya hubungan lebih sama aku?" Pertanyaan yang tadinya hanya Reksa simpan dalam hati mulai keluar, dia butuh jawaban.

Bahkan menerima Arkhan sebagai kekasihnya adalah keputusan paling sulit yang pernah dia ambil, jika Reksa tau bahwa situasinya akan berakhir buruk seperti ini, maka akan di pastikan dirinya tidak akan pernah berkata iya.

Kalau sebanyak ini yang harus dia korbankan maka Reksa akan memilih untuk memendam perasaannya sendirian terhadap Arkhan.

"You said you love me before, you said you won't leave me that night" Tubuh Reksa semakin bergetar seiring dengan emosinya yang semakin memuncak, dia bahkan jatuh terduduk tepat di depan Arkhan sambil memegang dadanya yang terasa sesak. "Dan sekarang kamu bilang apa? I'm not even your family? Lima tahun Arkhan, kamu hancurin lima tahun itu cuma dalam waktu satu minggu"

Suara petir di sertai hujan deras di depan membuat Reksa teringat dengan bau feromon Arkhan, aroma yang biasa membuatnya nyaman seketika berubah menjadi bau yang paling memuakkan.

Reksa terus menangis, bahkan sampai Jefran masuk ke dalam kamar, tangisannya masih belum berhenti dan Arkhan juga tidak kunjung memberikan jawaban.

Jefran berjongkok tepat di sebelah Reksa, membantu omega itu untuk berdiri dan berjalan keluar kamar meninggalkan Arkhan sendirian di sana.

"Aku mau pulang" Ucap Reksa begitu Jefran memintanya untuk duduk di sofa terlebih dahulu.

"Di luar lagi hujan deras, dan jarak pandang juga terbatas. Kamu bisa bahayain banyak orang kalau nyetir dengan kondisi begini"

Tangisan Reksa berhenti, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan berusaha mengatur napas sebelum akhirnya berdiri dan berpamitan dengan pemilik rumah.

"Aku titip Arkhan, you can punch him if you want and please tell him kalau mulai besok aku udah keluar dari rumahnya. His mom needs him" Ucap Reksa lalu menepuk bahu Jefran pelan, dan Jefran juga tidak bisa untuk memaksanya terus tinggal.

Reksa berjalan keluar rumah menggunakan payung milik Jefran yang dia pinjamkan, hujan di luar sana memang masih deras tapi petir sudah tidak ada lagi sejak tadi. Untung jarak dari pintu ke depan gerbang tidak terlalu jauh, tapi cukup untuk membuat rok serta sisi baju yang Reksa pakai basah akibat terkena cipratan.

Dengan susah payah Reksa mencoba membuka pintu pengemudi dengan sebelah tangan, namun usahanya terhenti karena pintu itu justru di buka oleh orang yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Dari balik payung yang Reksa pegang, dia bisa memastikan bahwa pelakunya adalah Arkhan.

"Aku aja yang nyetir" Ucapnya dingin, Reksa ingin menolak tapi dia tidak memiliki tenaga untuk berdebat di tengah hujan deras seperti ini. Maka dia memutuskan untuk berjalan ke sisi mobil satunya, membuka kursi penumpang dan duduk di samping Arkhan.

Jefran memang tidak bisa meminta Reksa untuk tetap tinggal, tapi dia mampu memaksa Arkhan untuk menemani kakaknya, tentu saja dengan beberapa ancaman.

Keduanya kini duduk di dalam mobil dan tanpa berkata apapun Arkhan mulai melepaskan jas hujan yang dia pakai sedari tadi untuk menutupi tubuhnya dan mulai menyalakan mesin, dia juga mengaktifkan pemanas sebelum menginjak gas, menjauh dari rumah Jefran menuju kediaman mereka di tengah kota Jakarta.

ᴘᴇᴛʀɪᴋᴏʀ {ᴇɴᴅ}Where stories live. Discover now