19. Petrikor

9 3 0
                                    

Arkhan diam, tidak bergerak sama sekali, sementara tangan Reksa terus menyentuhnya di sana sini. Bukan cuma tangan, mulut yang sejak tadi bersarang di lehernya juga perlahan naik, menyusuri rahang hingga bibirnya yang dia yakini sudah bengkak karena tidak berhenti di permainkan oleh omega di atasnya.

Sekuat tenaga Arkhan berusaha menahan diri, jika dia ikut larut dalam suasana yang Reksa bangun, bukan cuma kekasihnya, tapi dia juga pasti akan menyesal nantinya.

Alpha itu hanya berharap agar Reksa segera tertidur.

Namun harapannya tidak terkabul karena tangan Reksa melesat masuk ke dalam kaos yang dia gunakan, dan itu adalah peringatan terakhir bagi Arkhan.

Yang lebih muda membalik posisi, kini dia yang berada di atas Reksa dengan sebelah tangan menggenggam pergelangan tangan Reksa, memaksanya diam dan tidak melanjutkan kegiatannya.

Lenguhan pelan keluar dari mulut Reksa, dia merasakan panas yang semakin menjalar di tubuhnya seiring dengan sentuhan Arkhan di kulitnya.

Mata Reksa terbuka separuh, menatap bagaimana Arkhan memandangnya dari atas dengan rambut panjang hampir menutupi sebagian wajahnya, bibir bengkak jelas karena ulahnya, dan dia juga dapat melihat beberapa tanda kemerahan di sisi lehernya.

Itu terlihat seksi omong-omong, dan Reksa menyukainya.

"Arkhan...." Bisik Reksa, tangannya mulai sakit karena terus di cengkram oleh kekasihnya.

Tapi Arkhan tidak memiliki pilihan lain, karena dia tidak ingin melakukan hal yang lebih dari ini, apalagi karena kesadaran Reksa yang kini di kuasai oleh serigala di dalam tubuhnya.

"Arkhan.... panas...." Lanjut Reksa lagi,

"Touch me, Arkhan. Please...." Pinta Reksa.

Kepala Arkhan menggeleng kuat, bisa gila dia sekarang.

Maka sebelum kewarasannya menghilang sepenuhnya, dia melepaskan cengkraman tersebut dan segera mengambil selimut, membebat tubuh Reksa dengan selimut tipis lalu berjalan keluar kamar.

Masa bodoh dengan Reksa yang terus memanggil namanya di belakang, jika dia berada di dalam satu menit lebih lama, sudah di pastikan rut yang kemungkinan datang tiga bulan lagi akan muncul malam itu juga.

Arkhan mencari ponselnya kesana kemari dan dia menggeram kesal ketika menyadari bahwa benda itu masih berada di dalam jas kantong manajernya. Dia harus masuk ke dalam kamar yang di penuhi feromon manis dari omega heat itu lagi jika ingin menghubungi Mamihnya.

Terlalu beresiko, dan Arkhan takut.

Tapi dirinya juga tidak mungkin pergi dari sana, omega yang heat seorang diri beresiko besar memancing alpha lain untuk datang, jika Arkhan tidak mengeluarkan feromonnya, aroma Reksa pasti sudah tercium hingga ke lorong apartemen.

Dan dia memutuskan untuk duduk di sofa kecil di ruang tengah, berusaha mengatur napas juga mengendalikan dirinya, Reksa hanya butuh di temani, jangan pernah turuti permintaannya, jangan balas perbuatannya, dan jangan bertindak aneh, ucap Arkhan dalam hati.

Arkhan berjalan ke arah dapur, berniat mengambil air dingin untuk persediaan selama menemani Reksa di dalam sana. Dengan satu botol besar air dan dua gelas plastik, Arkhan kembali masuk ke dalam ruangan.

Feromon Reksa masih menguar, tapi tidak sekuat saat Arkhan membuka pintu kamar tersebut. Rintihan dari mulutnya juga mulai samar, Arkhan tertawa ketika melihat kekasihnya sibuk menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya.

Seingat Arkhan terakhir kali saat Reksa heat, dia tidak sebrutal ini. Omega itu hanya terus membaui aroma di lehernya, walau sesekali menyesapnya tapi dia tidak terus-terusan mengemis untuk di beri sentuhan.

ᴘᴇᴛʀɪᴋᴏʀ {ᴇɴᴅ}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang