12. Tidak Bertaut

22 14 2
                                    

Nasib itu tergantung keputusan diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nasib itu tergantung keputusan diri sendiri. Jika sejak awal kamu lebih memilih menjaga,
maka seterusnya kamu akan
selalu menjadi penjaga.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃


Sudah beberapa minggu Arina menghindar dari Nata. Tetapi, semesta seperti tidak merestui rencana gadis itu, karena dalam sehari pasti minimal tiga kali ia harus berpapasan secara tidak sengaja dengan laki-laki itu. Hebatnya, Nata tidak terlalu menggubris Arina. Ia juga seperti tidak ingin melihat gadis itu. Karena setiap mereka bertemu, hanya sepasang iris mata yang saling menatap, tidak sampai membuka mulut dan menggetarkan vita suara.

Kali ini, dirasa jatung Arina akan terjatuh sebab melihat Nata yang berpenampilan sedikit acak-acak setelah bermain basket. Arina memegang dadanya yang terasa sakit kemudian menarik napasnya. Ia meringis pelan.

"Kamu, gak papa, Rin?" Nata bertanya. Tiba-tiba kekhawatiran menghantuinya saat melihat Arina yang berwajah pucat dan mengaduh sambil memegang dada kirinya.

Arina menggelengkan kepala. "Enggak papa."

"Beneran?" Arina mengangguk.

"Yaudah aku duluan, ya?" Arina melenggang dari hadapan Nata. Nata masih tetap mematung, ia tidak menoleh ke belakang untuk melihat punggung Arina yang menjauh.

Setelah dirasa jauh Arina mengeluarkan sebuah inhaler dari saku baju dan menghirupnya.
Gadis itu membuang napas, sekarang napasnya terasa lebih ringan.

M memergoki Arina yang sedang menghirup inhaler. "Makanya kalau lagi sakit, gak usah sekolah!" Tegurnya. Kemudian Ia mensejajarkan posisinya dengan gadis itu.

"Cuma flu biasa 'kok."

M mengiyakan sok paham. Ia tahu Arina, gadis itu memang suka menyepelekan sakitnya.

"Kantin, yuk?" Ajak M.

"Boleh, tapi Retta lagi nunggu aku di kelas, jadi kita ke kelas dulu jemput dia, ya?" Pinta Arina.

"Kalau, gak ngajak dia gimana?"

Arina tertawa ringan. "Emang kamu mau dengerin protesan Retta dari Ashar sampe Subuh?"

"Ogah!" Tukas M.

"Yaudah berarti kita ajak Retta juga!" Putus Arina.

M menghela napas, "Oke." Pungkasnya.

Di dunia ini banyak orang yang bernasib sama seperti M. Iya, terlibat hubungan persahabatan dengan orang yang ia sukai. Satu waktu ia akan sangat yakin untuk mengutarakan perasaan yang sebenarnya pada sahabatnya. Tetapi, di waktu yang lain ia berpikir bagaimana dampak dari perasaan yang ia utarakan. Apakah sahabatnya akan tetap bersikap seperti biasanya? Apakah dia akan siap menerima jawaban dari sahabatnya? Sampai saat ini diam adalah cara paling tepat menyikapinya, dan satu hal yang M perjuangkan, yaitu Arina harus selalu baik-baik saja.

SAUJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang