Dunia itu tempat segala macam rasa.
Jika kamu tidak merasakannya,
jujur kamu hanya mengelaknya.~ Saujana
❃.✮:▹ ◃:✮.❃
Deka memarkirkan motornya di depan minimarket yang telah direkomendasikan oleh Nata tadi di sekolah. Ia berjalan ke dalam dan menjelajahi tempat makanan manis.
"Bukan ..., bukan ..., nah!" Laki-laki itu menyeringai dan segera mengambil lima bungkus cokelat saat menemukannya.
Setelah mendapatkan barang Deka berjalan menuju tempat kasir untuk membayarnya.
Dukh!
"Eh, sorry-sorry!" Deka segera berjongkok dan mengambil barang yang terjatuh. "Ini barangnya." Ia berdiri lalu memberikan barang itu pada pemiliknya.
"Makasih," Ucap orang itu.
Deka tertegun beberapa saat. "Maretta?" Tanyanya pelan.
Maretta mengerutkan keningnya. "Kok lo tau nama, gue?" Tanyanya. Kemudian ia melihat Deka dari atas sampai bawah. "Loh? Anak-"
"Gue, Deka. Kita satu sekolah." Deka mengulurkan tangannya.
Maretta menerima uluran tangan itu dengan kebingungan.
"Gue temennya Nata, lo tau 'kan dia?" Imbuh Deka.
"Ohhh, temennya Nata? Pantesan kayak sering liat." Maretta berseru heboh. Deka terkekeh kecil.
Maretta menoleh ke barang yang Deka bawa. "Lo beli cokelat? Emm, buat pacarnya, yaaa," Tanyanya sambil memicingkan mata.
"Enggak." Tandas Deka. "Guee ...,"
"Atau jangan-jangan, lo, EXO-L? Lo K-popers?" Tebak Maretta.
"Kok bisa tau?"
"Tau, dong! Orang style, lo, juga keliatannya Korea banget." Ujar Maretta.
Lantas Deka langsung melihat dirinya dari atas sampai bawah. Hari ini ia berkacamata dan memakai jas kanvas, alih-alih jadi orang Korea ia rasa lebih pantas dipanggil Wibu.
"Mbak, Mas? Siapa yang mau bayar?" Tanya si kasir pada Maretta dan Deka. Keduanya saling melemparkan tatapan.
"Dia, mbak," Ucap Maretta sembari menunjuk Deka.
"Lo duluan aja." Titah Deka.
Maretta menutup mulut untuk menyembunyikan kekehannya.
"Lo, gak liat apa? Gue solo." Kata gadis itu.
Demi apapun Deka telah melakukan hal bodoh untuk pertemuan keduanya ini dengan Maretta.
"Jadi ..., siapa duluan, nih?" si kasir bertanya lagi.
YOU ARE READING
SAUJANA
Teen FictionMari kita bersama selamanya. Tanpa memperhatikan dari jauh, dan tanpa rasa sakit. "Heii, dibanding mereka semua kamu itu yang terbaik. Jadi, jangan ngerasa kalau kamu terancam karena aku sendiri yang akan bela kamu." Arina menengadah. "Tapi aku ma...