PROLOG

165 19 3
                                    


Kita adalah daksa yang disajikan menerima renjana dalam sandyakala yang terapung oleh asmaraloka tanpa tahu akan berakhir dengan adiwarna.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Jika membahas tentang kesukaan, tidak jarang kita menemukan orang-orang yang memiliki kesukaan yang sama dengan kita. Dan jika membahas tentang hal yang tidak disukai, kita menemukan orang-orang yang tidak sependapat dengan kita. Contohnya hujan.
Jika dijelaskan dari sebagian besar sudut padang, air yang jatuh itu dapat menghambat aktivitas, membuat jalanan becek, membuat pakaian yang dikenakan kotor, serta membuat suara gemuruh yang menganggu telinga. Mereka melabeli hujan sebagai sesuatu yang menjengkelkan.
Namun dibalik kata menjengkelkan tentang hujan, sebagian orang menganggapnya begitu indah, begitu menenangkan, dan begitu spesial karena ada sesansi tersendiri saat lelehan awan itu mulai turun membasahi bumi. Baginya, semerbak petrikor yang dihasilkannya bagaikan semilir parfum Dior yang harganya cukup untuk sepuluh kali makan sup iga sapi.
Mengapa hal itu terjadi? Karena itu tentang apa yang mereka sukai. Manusia bisa saja memilih, menentukan apa yang membuatnya tidak mengikuti isi hati. Tetapi jika sudah bertemu yang mereka sukai, tetap ke sanalah mereka kembali.

"Tak perlu cinta cukup dengan matcha -Flavors Cafe"

Begitulah sepenggal kalimat yang terpampang jelas di sebidang tembok Flavors Cafe. Sebuah kafe kecil yang tidak luput dari para pembeli tak terkecuali gadis yang bernama Arina Syakila. Gadis yang kini duduk di kursi tunggal tanpa meja dan menghadap langsung pada barista yang sedang membuat kopi dengan lihainya.

"Soy matcha lattenya satu ya, kak!” Pesan Arina.

Pesanan yang tidak pernah berubah sejak dirinya tahu Flavors Cafe telah mengenalkan dirinya bahwa dia seorang penggila matcha. Ketika orang-orang disekitarnya tidak menyukai teh hijau, lain lagi dengan Arina. Dia sangat menyukai olahan dari teh tersebut, terutama minumannya. Menurutnya, dengan melihat warnanya saja sudah membuat pikiran nya tenang, lelahnya hilang, stressnya melayang. Apalagi jika ia menikmatinya, sensasi menggila akan langsung ia rasakan seperti orang yang dimabuk kepayang.
Namun, ia tidak bisa menjelaskan sensasi itu dengan untaian alfabet yang disusun rapih oleh huruf vokal dan konsonannya. Ia hanya dapat mengatakan, 'Jika kamu menyukainya, maka kamu akan berusaha untuk selalu memilikinya.' Kurang lebihnya seperti anonim frasa, karena Arina bukan seorang pengarang cerita yang indah jika merangkai kata-kata.

"Oke, Arin. Tunggu, ya?" Jawab barista yang kini tepat berada dihadapan Arina.

Ia mengangguk dan barista itu tersenyum. Karena Arina sesering itu mengunjungi Flavors Cafe, para pekerja kafe pun sudah mengenal Arina.

Untuk beberapa saat telinga Arina cukup terpenuhi oleh lirik dan nada dari lagu yang di putar di Flavors Cafe. Ia bersenandung ringan karena terbawa oleh lagu yang dilantunkan. Selain itu, ia juga tahu lirik dan nadanya karena kebetulan lagu itu salah satu lagu kesukaannya.

....

Well, I found a woman,
stronger than anyone I know
She shares my dreams,
I hope that someday
I'll share her home
I found a lover,
to carry more than just my secrets
To carry love,
to carry children
of our own

We are still kids, but we're so in love
Fighting against all odds
I know we'll be alright this time
Darling, just hold my hand
Be my girl, I'll be your man
I see my future in your eyes

SAUJANAWhere stories live. Discover now