20. [Asing]

106 14 1
                                    

Selamat membaca






Dua minggu semenjak kejadian itu Ola menghabiskan waktunya lebih banyak ke perpustakaan, eskul, belajar, les dan kegiatan lainnya untuk menghindari ketemu Faris disekolah.

Kadang Ola ke cafe bersama Darel dan Elsa diwaktu senggangnya. Garen asik bersama Puput setelah berpacaran dia juga jarang kelihatan sama Dirga dkk. Lily masih sering mendatangi Ola untuk meminta dikirimkan surat buat Dirga tetapi surat surat yang Lily berikan kepada Dirga semuanya di simpan oleh Dirga dalam kardus tanpa berniat membukanya. Anya dan Roy sibuk untuk mempersiapkan pelantikan ketua OSIS baru.
Faris gak ada kabar karena dia jarang terlihat setelah bertengkar sama Anya.

Ola duduk bersandar sendirian di bangku panjang pinggir lapangan upacara.

Ola sepulang sekolah kamu ada waktu? Bunda mau ngajakin kamu foto keluarga bersama. Bisa kan nak?

Ola membaca pesan singkat yang dikirim Diana ke WhatsApp nya. perasannya masih canggung meskipun Maya sudah menyerahkannya kembali ke keluarga yang sebenarnya, Ola masih merasakan ada keberadaan yang hilang meskipun dia sudah bersama keluarga kandungnya. Marhen, Diana, nenek Ira, dan semuanya.

"Ternyata gue tetap gak bisa membenci mama,"gumamnya menghela nafas. "Gue kangen mama."

Setelah Ola tinggal bersama keluarga kandungnya Diana mendapat perubahan besar begitu bertemu Ola. Dia langsung seperti orang sembuh sepenuhnya walaupun kesehatannya masih menurun. Dan kegiatan Ola lebih ketat dari sebelumnya dikarenakan harus mempelajari banyak hal sebagai ahli waris Marhen'grup.

"Gue kangen kebebasan gue."

"Gue kangen Faris."

Ola langsung menampar wajahnya beberapa kali begitu nama dia disebut.

"Apa apaan sih Ola! Jangan ingat dia, buang perasaan lo. Kalau Lo mau baik baik aja sama Faris lo harus merubah perasaan lo jadi biasa aja. Ayo terbiasa asing!"

Dia menghela nafas.

"OLA!!"

Cewek itu mengernyit melihat sosok berambut pirang panjang itu berlarian kearahnya.

"Kak Anya?"

Anya mendatangi Ola ngos-ngosan, ia mengatur laju nafasnya. menaik turunkan nafasnya perlahan-lahan.

"Ada apa kak? Kenapa muka Lo pucat?"tanyanya kebingungan.

"Ayo kerumah sakit!"

"Hah? Siapa yang sakit??"

"Tante, Tante Maya kecelakaan!"

"APA?!"

———

Yang Ola ingat dua Minggu lalu Maya masih tersenyum lebar padanya. Meminta Ola untuk tinggal bersama Marhen orangtua kandungnya. Yang Ola ingat dia berjanji akan selalu berada disisi Maya meskipun dia kembali ke keluarga aslinya.

Tetapi, kabar yang dia dapat malah terdengar mengerikan. Maya kecelakaan mobil karena remnya blong dan menabrak pohon di pinggir jalan.

Ola berdiri menyentuh pintu ICU didalam sana Maya sedang berjuang antara hidup dan mati. Ola meremas ujung rok sekolahnya sambil mendoakan keselamatan mamanya.

Ia menggigit jempol kirinya berjalan mondar-mandir karena sejak tadi dokter belum keluar.

"Ini dokternya lama banget sih! Udah tiga jam loh!"

Anya berdiri menenangkan Ola.

"La. Lo tenang dulu, Tante Maya lagi ditangani, dia pasti baik baik aja, ya? Lo jangan gigit kuku lo terus lihat ini tuh udah berdarah."

Cewek itu menempatkan pantatnya di kursi panjang diruang tunggu.

"Meski dia bukan yang ngelahirin gue tapi dia yang udah ngebesarin gue kak. Meski dia misahin gue dari bunda Diana tetapi dia gak pernah kasar sama gue, gue gak pernah kekurangan apapun selama hidup sama dia meskipun kehidupan gue sekarang jauh lebih mewah tetapi apa artinya kemewahan itu kalau gue gak bahagia?"ujar Ola mengulum bibirnya. Matanya sudah memerah, kakinya tak henti bergerak.

"Gue selalu ngerasa ada yang kurang dirumah besar itu. Dan sekarang gue tau apa yang sebenarnya gue cari. Gue gak bisa kehilangan mama Maya sekalipun takdir. Gue benci banget takdir kayak gini kak."

Anya mengangguk paham sambil mengusap pelan punggung Ola.

"Gue sayang mama gue pengen mama baik baik aja gue mau mama selalu sama gue. Hiks gue ... Gue gak bisa tanpa mama Maya."

———


4 jam kemudian.

Ola sangat bersyukur karena kata dokter mama Maya sudah siuman dan tidak mengalami cidera parah selain patah tulang di bagian tangan kanannya. Dan luka luka di beberapa bagian tubuh sudah ditutupi sama perban. Kepalanya yang terbentur juga sudah di perban juga untungnya gak mengalami hal serius membuat perasaan Ola lega.

Gadis itu memeluk Maya erat penuh rasa sayang.

"Aku mohon jangan kenapa kenapa ma."beonya membuat Maya terharu menitikkan air matanya.

"Ola, mama gak kenapa-kenapa kok. Ola jangan sedih, hm?? Ola kan harus bahagia. Maafin mama ya nak udah bikin hidup kamu kayak gini. Mama minta maaf."

"Gak. Mama gak perlu minta maaf karena gak ada yang perlu di maafin. Ola tau mama sayang sama Ola, Ola juga sayang banget sama mama."

"Iya. Sekarang Ola harus terbiasa tanpa mama, Ola kan udah ada bunda Diana dan papa Marhen, hmm?"

"Mama. Ola gak bisa tanpa mama hiks, Ola itu lebih gak bisa tanpa mama di dunia ini. Ola sayang bunda dan papa tapi Ola juga sangat sayang sama mama tahu! Mama gak boleh bilang gitu karena Ola gak mau hidup tanpa mama. Ola mau mama selalu sama Ola."

Rasa bersalah Maya semakin besar begitu melihat ketulusan Ola padanya. Ia menarik gadis itu ke pelukannya lebih dalam. Dia tidak tau mau mengapresiasi kan perasaannya seperti apa. Ia pikir Ola akan membencinya tetapi gadis itu sama sekali tidak menunjukkan kebencian kepadanya justru sangat mengkhawatirkannya dan mencemaskannya lebih dari apapun.

Maya merasa lebih bersalah lagi karena keegoisannya di masalalu setelah kehilangan anaknya karena jatuh dari tangga licin dia kehilangan suaminya yang terkena serangan jantung membuat ia prustasi dan mencuri kebahagiaan oranglain demi menutupi kekosongannya. Yaitu mencuri Ola dari Diana dan Marhen.

"Mama juga sayang sama Ola."

"Oh Ola doang nih, aku enggak?"cicit Anya yang sedari tadi cuman berdiri menonton mereka.

"Aaaa kamu juga dong!"kata Maya merentangkan tangannya untuk Anya.

"Sini kak!"panggil Ola juga melakukan hal yang sama.

Anya tersenyum cerah dan ikut memeluk mereka. Meskipun Anya keponakan Maya dari kerabat suaminya dia sudah menyayangi Anya sama seperti menyayangi Ola.

"Gadis gadis ku tersayang..."

Di balik pintu kamar itu ada Diana yang mendengar semuanya ditemani Marhen. Perempuan itu bersandar di bidang suaminya menyembunyikan wajahnya disana.

"Kamu jangan takut kehilangannya lagi Diana, Ola itu anak baik, dia juga menyayangimu, ibunya. Dia pasti juga akan membukakan diri padamu suatu hari nanti."ujar Marhen mengusap punggung istrinya lembut.

"Iya mas. Aku percaya Ola gak akan meninggalkan aku lagi. Hiks, tapi aku tetap takut...."


Tbc.

TENTANG KAU DAN AKU(END)Where stories live. Discover now