prolog[perkenalan kita]

670 19 0
                                    

Cerita ini kemungkinan sebagian termasuk dari based on my story. Jadi tolong jangan mencopy dalam bentuk hal apapun.

∆∆∆

[Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Aku yang menemani mu tapi dia yang memenangkan terus hatimu. Aku yang berjuang tapi dia yang kau istimewa kan. Lelucon memang terkadang menyakitkan.]

Darel Azwansya
_

      Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling cafe banyak sekali pasangan yang datang berdua menunjukkan senyum bahagia mereka satu sama lain. Aku duduk di meja dekat jendela sambil menikmati pemandangan jalan di luar jendela besar. Rasanya hampa di kelilingi keramaian orang-orang sambil menikmati secangkir americano hangat sendirian tanpa teman. Namaku Zafirra Ola Marhencyci. Aku dikenal akrab dengan nama panggilan Ola sama anak-anak.

Huh nafasku terhembus pelan menopang dagu. Detik selanjutnya orang bersorak merdu karena suara musik mulai dimainkan membuat mataku menelisik sekitar sekali lagi merasakan momennya sangat romantis. Apalagi kantukku mulai pudar karena aku suka suara musik yang cukup sering aku dengar kalau dirumah. Rintikan hujan diluar yang menjebakku cukup lama didalam cafe ini tadinya membuat mataku terasa berat.

Aku tak sengaja menatap sosok di atas panggung sedang membawakan lagu Dirly-sampai ke ujung dunia sangat elegan. Aku terkesiap mendengar suara seraknya yang indah, pembawaan yang sangat pas sama lagu santai itu. Mata kami bertemu entah perasaan ku saja ia mulai tersenyum kearahku.

Selama kau belum jadi milik ku yang utuh aku akan slalu miliki mu
Selama bumi masih kan terus berputar
Aku akan selalu menuju mu
Walau keujung dunia

Beberapa bait lagu itu membuat bulu kudukku seketika meremang. Aku merasakan sesuatu yang panas menjalar di dalam organ tubuhku ketika dia terus melirik ke arahku. Aku pun memutuskan kontak mataku darinya.

Setelah 20 menit Darel menghampiri ku yang duduk bosan sejak 1 jam lalu.

"Hai."Sapaan seperti biasa dengan senyum khasnya. Darel duduk di depanku membawa beberapa potong kue. "Di makan dulu habis itu baru pulang. Bosen ya?"

Aku mengangguk menyuapi kue itu ke mulutku. Rasanya enak, manis dan gurih. Darel memang pandai membujuk jadi tak heran kalau siapapun nanti yang akan menjadi pacarnya merasa bangga diri. Selain bisa memasak, bermain musik, menyanyi, Darel juga ganteng dan baik. Dia adalah pemilik cafe ini.

"Habisnya lo lama banget. Rencana mau gue tinggalin tadi, untungnya hujan berpihak sama elo mangkanya gue mesti mikir tiga kali buat menerobos keluar."Jawabku mengunyah kue pemberian Darel.

Aku gak bisa kena hujan karena fisikku yang lemah. Kehujanan dikit aja besoknya aku langsung tepar.

"Iya maaf. Untung gue gak bawa payung jadi lo gak kabur."Katanya terkekeh kecil.

Aku gak tau bagaimana kami bisa sampai berteman baik. Karena awal pertemuan kami tidaklah bagus. Waktu memasuki ajaran baru tahun lalu aku adalah korban dan Darel adalah pelaku yang tak sengaja menabrak ku ketika aku menyebrang di lampu merah. Aku yang waktu itu mau marah karena nyaris mengalami hal fatal malah di marahi habis-habisan olehnya, setelah puas barulah dia membawaku ke rumah sakit sambil mengoceh. Untung saja aku hanya mendapatkan luka ringan dan terkilir di tangan kiri.

"Motor Lo kehujanan tuh di parkiran. Kasian besok pasti sakit."ucapku meliriknya.

Darel tersenyum menopang dagunya. "Lagi introspeksi diri sendiri ya non?"

"Ish!"

Aku jengkel banget tiap kali Darel menggodaku. Dia selalu suka mencolek hidung mancung ku tanpa sebab.

"Eh. Ujannya udah berhenti tuh, ayo gue anterin pulang? Sebelum tante ngamuk sama gue culik anaknya sampai jam segini."Darel memperhatikan jam di tangannya yang menunjukkan pukul 10 malam.

"Ingat ya janji lo buat beliin gue jajanan enak karena udah mau nemenin lo kesini!"

"Iya ratuku. Ayo cepetannn."

∆∆∆

     "Sekarang musim hujan ya? Kok selalu turun hujan sih, kan gue jadi ngantuk."

Gadis berambut panjang lurus pirang itu melirik bosan keluar jendela kelas. Nama dia Elsa temanku.

"Bersyukur! Bisanya ngeluh aja Lo."cibir Darel memukul pelan kepala Elsa sama bolpoinnya. "Sana tulis di papan tulis!"titahnya memberikan buku panduan sejarah kepada Elsa.

Gadis itu sekretaris dikelas sedangkan Darel ketua kelasnya. Dan aku adalah bendara yang mengatur keuangan dikelas.

"Gak bisa apa Lo perhatian dikit kek sama gue? Capek tiap hari nulis di papan tulis sedangkan gurunya nyantai di kantor."Elsa dengan segala keluhannya.

"Gak usah banyak bacod mending kerjain."

"Iyee dasar kutu air Lo!"

Darel datang kepadaku membawa buku paketnya. Dia duduk di bangku kosong di sampingku yang adalah tempat duduk Elsa.

"Berapa uang kas bulan ini Ola?"tanyanya melirik buku kas di depanku. Aku sedang merangkum keseluruhan uang kas bulan ini sambil mengeluarkan dompet kecil berisikan uang kumpulan dalam tasku.

"Kurang lebih di pegang gue ada sejuta dua ratus,"jawabku. "Masih ada beberapa yang belum bayar sih padahal gue mau transfer ke rekening khusus agar uangnya gak hilang tapi kalau belum bayar semua nanti aja deh."

Darel mengangguk paham. "WOI BAYAR UANG KAS! KALAU GAK BAYAR PINDAH KELAS SANA LO PADA. ENAK AJA TINGGAL NUMPANG DOANG. LO PADA KIRA INI KELAS MILIK BAPAK LO PADA APA, HUH? CEPETAN BAYAR WOI LIMA PULUH RIBU DOANG PAKAI NGUTANG SEGALA."

Itulah Darel. Para murid yang masih bersangkutan langsung bergegas mendatangiku satu persatu ketika Darel buka suara menyuruh membayar sisa uang kas mereka.

"Gimana?"

"Goodjob."

Kami saling melempar senyum. Sekejap mata semuanya beres.

∆∆∆

   "Rel. Lo suka sama Ola?"pertanyaan yang di lontarkan Elsa membuat Darel mendadak diam. Dia menghentikan aktivitas menulisnya. Dikelas tinggal mereka berdua yang lain sudah ke keluar menuju kantin termasuk Ola yang di panggil guru pembimbing PMR karena Ola adalah ketua umum PMR sekolah.

"Lo nanya apaansih? Yang berbobot dikit lah!"jawabnya kesal memukul kepala Elsa sama bolpoinnya lagi. Dia paling hobbi melakukan hal itu kepada Elsa.

"Gue kan cuman nanya. Siapa tau aja kan Lo suka. Soalnya kan kalau sama dia Lo tampak berbeda banget."

"Perasaan Lo doang kalik. Gue nganggap Ola cuman temen gak lebih. Dan inget ya jangan bahas hal ini kalo lagi bareng dia. Kita udah berteman sejak SMP. Lo lebih kenal gue daripada Ola kan?"

"Iya-iya. Tau kok."

Elsa melanjutkan menulisnya menatap tulisan rapi di papan tulis. Ia bangga karena memiliki jiwa sebagai penulis yang rapi. Resiko jadi sekretaris selalu ketinggalan catatan. Sesekali Elsa memperhatikan Darel sambil berpikir gue harap Darel beneran gak suka sama Ola karena orang yang Ola suka masih orang itu. Gue gak mau Darel dan Ola sama-sama terluka. dalam hati terdalamnya ia mencemaskan perasaan Darel kedepannya.

"Kenapa sih liatin gue terus? Gue tau gue ganteng."

"Hidih amit-amit."




TBC.

TENTANG KAU DAN AKU(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang