Mimpi

2K 135 3
                                    

Sekelompok anak kecil tengah bermain di sebuah taman. Empat orang anak laki-laki yang asyik bermain bola, dan tiga anak perempuan yang tengah bermain boneka di atas pendopo kecil.

"Kak aleeeeee" seorang anak perempuan yang tiba-tiba ingin mendekat, meninggalkan boneka nya yang ia pegang tadi.
Sang Kakak pun berlari menghampiri adiknya itu.

"Kenapa Jana?"

"Jana mau ikutan dong, jana bosen main boneka mulu" ujar Sanjana kecil, menatap penuh harap sang Kakak.

"Enakan main boneka, gak panas-panasan, gak cape juga. Kamu liatin aja ya dari sana" unjuk Cale ke arah pendopo tadi. Sanjana merengut kesal. Kedua tangannya ia lipat di dada.

"Ndak mau, Jana bosen kakaaaakkk" belum sempat Cale menjawab, sebuah panggilan terdengar dari salah satu anak laki-laki itu

"Caaaaalll, buruan"

"Jana inget kan kata Mama tadi pas kita pamit main kesini? Jana boleh ikut Kakak main, tapi Jana harus bareng Rere dan Lana. Tuh mereka liatin Jana daritadi" ucap Cale mencoba memberi pengertian. Bukan karena Cale tidak ingin direpotkan, tetapi Cale sangat tahu kondisi fisik adiknya itu tidak memungkinkan.

"Jana sayang kan sama Mama? Jadi Jana gak boleh buat Mama khawatir" Jana kecil terdiam, lalu tak lama mengangguk mengerti.

Cale tersenyum, adik nya ini sangat menggemaskan.

"Yaudah gih sana, liatin kakak main bola aja ya disana. Rere sama Lana nungguin tuh"

"Oke, Jana kesana dulu" Sanjana kecil berlari ke arah Rere dan Lana.

"Rere Lana, maaf ya tadi aku ninggalin kalian" ujar Sanjana seraya duduk disamping Rere.

"Gak papa Jana. Aku juga bosen mainin ini, kita liatin mereka main bola aja yuk" ajak Rere pada Jana dan Lana. Lalu diangguki berbarengan oleh mereka berdua.

Mereka bertiga pun fokus melihat permainan bola para anak lelaki di taman itu. Jana terus menatap seorang anak yang bertugas menjaga gawang, Jana kecil terus berseru.

Tak lama, Permainan bola mereka pun selesai. Ketiga gadis kecil itu segera menghampiri mereka, Jana berlari menuju Cale, namun tiba-tiba langkah nya terhenti karena rasa pusing yang menyerang. Hingga akhirnya pandangan nya buram dan menghitam.
Sanjana yang pingsan membuat Cale terkejut, tak terkecuali teman-teman nya yang lain. Ini yang ia takutkan, Jana nya terkulai lemas.
Ia segera menggendong Sanjana dipunggung, lalu berlari pulang ke rumah, diikuti oleh teman-temannya.

Saat sampai dirumah, orangtua nya terkejut melihat kondisi putrinya yang sangat pucat. Cale terus menyalahkan dirinya sendiri, tapi untung saja Papa, Mama dan Abangnya tidak menyalahkan dirinya itu. Malah mereka mencoba menghibur Cale agar tidak terlalu larut.

Setelah dokter pribadi keluarga itu memeriksa keadaan Sanjana, dokter mengatakan jika Sanjana hanya kelelahan bermain. Padahal Cale sendiri tahu, adiknya itu bahkan baru berlari tadi saat akan menghampiri nya.

Tidak berapa lama, Sanjana pun tersadar dari pingsan nya. Saat membuka mata, ia melihat disekeliling nya ada keluarga juga teman-temannya. Orangtua Sanjana segera memeluk anak bungsu nya itu, begitu pun dengan Cale yang amat mengeratkan pelukannya.

"Kakak kenapa nangis?" tanya Sanjana kecil pada sang Kakak.

"Kakak kangen sama kamu" lagi, Cale memeluk Sanjana. Si gadis kecil hanya tersenyum, dirinya merasa bahagia karena Kakak nya memeluknya lama.

"Lain kali, Jana main dirumah aja ya" ucap Mama yang membuat anak nya itu cemberut. Ia bosan jika harus bermain di dalam rumah saja.

Mata Sanjana terus bergulir menatap satu persatu orang-orang yang ada di kamar nya. Lalu tatapan nya terhenti pada satu anak laki-laki di belakang Kakak nya. Si penjaga gawang tadi, yang tidak ia ketahui namanya.

SENJANAWhere stories live. Discover now