BAB 1 PERJODOHAN

87 6 0
                                    

Matahari terbenam 1 jam yang lalu, malam mulai menyapa. Tak ada suara apapun di meja makan kecuali suara sendok dan piring yang berdentang. Tiba-tiba Abi membuka suara.

"Mas, Abi sudah ada jodoh untukmu!"

"Iya terserah Abi saja, memangnya siapa orang nya Bi?" tanya Gus Zaffan penasaran.

"Ada, masih rahasia. Besok siap-siap kamu khitbah dia!"


"Iya Bi." Putus Gus Zaffan.

Setelah makan, semua anggota keluarga melanjutkan kegiatan masing-masing. Gus Zaffan pergi ke kompleks pondok putri karena ada jadwal mengajar di sana. Entah mengapa Gus Zaffan masih memikirkan apa yang Abi bicarakan saat makan malam. Abi adalah orang yang jarang bicara dan sekali bicara pasti hal yang penting, dan tentang perjodohan tadi, pasti Abi tidak main-main, dan yang masih menjadi pertanyaan Gus Zaffan adalah siapa orang yang telah Abi jodohkan dengannya.

Saat mengajar pun Gus Zaffan sampai tidak fokus karena masih memikirkan hal itu.

Keesokan paginya Gus Zaffan tengah bersiap-siap untuk mengkhitbah orang yang dijodohkan dengannya oleh Abi. Terdengar suara ketukan pintu dan teriakan dari Umi.

"Fan cepat! Sudah ditunggu Abi di luar!!!"

Setelah bersiap-siap Gus Zaffan keluar menghampiri Abi dan Ummi, mereka terlihat sangat berbeda dengan pakaian mereka masing-masing. Di dalam mobil Gus Zaffan berada di bagian depan untuk mengemudi dengan arah yang ditentukan oleh Abi, sedangkan Abi dan Ummi berada di bagian tengah.

 Saat di tengah perjalanan Gus Zaffan baru sadar, bahwa ini adalah jalan menuju Pondok Pesantren Darul Falah, pondok tertua dan terbesar di daerah tempat tinggal Gus Zaffan.

Sesampainya di pondok, Gus Zaffan, Abi dan Ummi disambut dengan sangat ramah oleh keluarga dalem termasuk Bu Nyai Laksmi.

Dulu Abi dan Gus Zaffan pernah menuntut ilmu di pondok ini, jadi ilmu yang telah dipelajari oleh keduanya masih ada sanad dari pondok ini, bahkan hampir semua sanad ilmu Abi dan Gus Zaffan berasal dari pondok ini.

Bu Nyai Laksmi menyambut dengan sangat ramah, beliau mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tamu. Sejak pertama kali masuk, Gus Zaffan sudah tertuju dengan satu gadis yang sedang membantu menyiapkan makanan. Dulu sewaktu Gus Zaffan menuntut ilmu di sini gadis itu terkenal dengan kecantikannya, manisan, kalem bahkan pintar. Dulu ia menjadi primadona para santri putra di pondok ini termasuk Gus Zaffan pun juga pernah menyukainya, dia adalah Ning Riza. Hati Gus Zaffan sudah berbunga-bunga menebak bahwa gadis itulah yang menjadi jodohnya.

Ning Riza masuk kedalam, dan kembali dengan seorang gadis bercadar, yang tak kalah cantik dengan Ning Riza. Mereka duduk di samping Bu Nyai Laksmi.

"Assalamu'alaikum Nyai, saya dan keluarga saya berniat ingin mengkhitbah putri njenengan." Abi membuka pembicaraan dengan menyampaikan maksud kedatangannya.

"Wa'alaikumus salam iya terimakasih atas niat baik njenengan, sebelumnya perkenalkan ini cucu saya Ning Ayu Zulfa Farizqi, dia yang akan saya ajukan menjadi menantu njenengan."

          Deg!

Hati Gus Zaffan mencelos mendengar hal itu, Gus Zaffan mengira Ning Riza yang dijodohkan dengannya, ternyata bukan dan yang akan dijodohkan dengannya ternya adalah cucu pertama Bu Nyai Laksmi. Gus Zaffan pernah mendengar, bahwa cucu pertama Bu Nyai Laksmi pernah tinggal di LA selama 15 tahun, Gus Zaffan takut ia akan membawa kebiasaan kita LA ke sini, dan yang paling parahnya adalah hati Gus Zaffan sudah jatuh ke Ning Riza bukan Ning.

"Bi, bukan yang ini, Zaffan pengennya sama Ning Riza!" bisik Gus Zaffan pada Abi.

"Iya Zaffan, sudah Abi usahakan, Abi juga tahu maksudmu."

"Maaf sebelumnya, saya tahu keluarga njenengan inginnya anak saya tetapi anak saya telah dikhitbah satu bulan yang lalu dan Minggu depan adalah pernikahannya. Jadi bagaimana, apakah keluarga njenengan masih tetap ingin melanjutkan perjodohan ini?" tanya Bu Nyai Laksmi dengan ragu.


"Bagaimana mas, mau apa tidak?" tanya Abi pada Gus Zaffan.

"Hmmm....... iya Bi mau." Jawab Gus Zaffan dengan ragu-ragu.

"Beneran?, jangan ragu ini untuk kehidupan yang akan kamu jalani selanjutnya." Tanya Abi memastikan.

"Iya Bi." Jawab Gus Zaffan tegas.

"Dan maaf sekali lagi, cucu saya memiliki kekurangan, dia buta tapi insyaallah itu hanya sementara waktu, apakah masih mau nak Zaffan?" Bu Nyai Laksmi memberi tahu keadaan Ning yang sebenarnya.

         Deg!

Hati Gus Zaffan mencelos untuk kedua kalinya, ia tidak hanya dari LA tetapi dia buta, pasti paras dan akhlaknya pun sama seperti kehidupan sebelumnya dan matanya, hanya berlindung di balik cadar, tapi tak apa yang penting dirinya masih bisa dekat dengan Ning Riza. Katanya Gus Zaffan dalam hati.

"Iya, saya masih mau melanjutkan!" jawab Gus Zaffan.

"Alhamdulillah kalau begitu, mari kita tentukan harinya!"

Hari pernikahan telah ditentukan, Gus Zaffan dan Ning akan menikah 2 Minggu lagi, tepat 1 Minggu setelah Ning Riza menikah, mungkin lebih cepat lebih baik. Selama 1 Minggu lebih Gus Zaffan shalat istikharah, tabayun dan ibadah yang lain untuk memantapkan pilihannya agar tidak salah, dan hasilnya adalah baik yang artinya pilihan itu ada pada Ning, bukan pada Ning Riza, tetapi entah mengapa hati Gus Zaffan masih sangat menyukai Ning Riza.

Bodohnya Gus Zaffan, Gus Zaffan datang pada saat acara pernikahan Ning Riza, Gus Zaffan menatap sendu pernikahan Ning Riza dan merutuk dalam hati, seharusnya dirinya yang berdiri di sana, di samping Ning Riza, tetapi semua itu hanya menjadi angan dan sekali Ning Riza akan menjadi tante atau bule Gus Zaffan sendiri. Sudah tak kuasa melihat semua ini Gus Zaffan memutuskan untuk pulang.

1 Minggu berlalu, hari pernikahan telah tiba, apakah Gus Zaffan tidak seperduli itu, hingga tidak pernah terpikirkan dimana mertuanya?, sudah bertahun-tahun Gus Zaffan tidak melihat mereka, semenjak Gus Zaffan mondok di sini dan saat mengkhitbah juga mereka tidak datang, dan hanya digantikan oleh Bu Nyai Laksmi. Dan entah mengapa, saat Gus Zaffan mencoba menghafal nama Ning itu sangat susah walau sudah dicoba berkali-kali.

Ijab qobul masih belum dilaksanakan entah menunggu siapa?, Ning juga sudah keluar dari dalam dan masih tetap menggunakan cadar, di sampingnya terlihat Ning Riza yang menggamit lengan Ning, terlihat sangat anggun.

Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba seorang bapak paruh baya datang dan langsung duduk di depan Gus Zaffan, entah siapa bapak itu?, mungkin walinya Ning pikir Gus Zaffan dan ternyata itu benar.

Seharian penuh acara diselenggarakan sekarang pukul 22.00 malam, badan Gus Zaffan terasa remuk redam sakit semua. Gus Zaffan langsung menuju ke kamar tanpa menghiraukan Ning dimana. Saat Gus Zaffan tengah berbaring di atas ranjang, terdengar suara pintu terbuka, dan itu adalah Ning yang sedang masuk kamar diantar oleh Ning Riza. Ia masih menggunakan baju pernikahannya dan ia juga tampak kelelahan.

****

Holla 🙌🏻
Teman-teman ini karya saya yang pertama mohon dukungannya dan tolong bagikan ke teman-teman yang lain untuk bantu membaca dan mensuport saya
Terima kasih🙏🏻🤗❤️

Cinta Sang Ningحيث تعيش القصص. اكتشف الآن