BAB 13 BAJU DINAS

44 2 1
                                    

Angin malam berhembus kencang membelah dedaunan. Gus Zaffan hanya berguling ke sana kemari, ia belum bisa memejamkan matanya. Ia melihat ke arah Ning yang sedang tidur, terdengar dengkuran halus miliknya.

Gus Zaffan merasa bersalah pada Ning, karena kenyataannya ia belum bisa jatuh cinta kepada Ning dan belum bisa membuatnya bahagia. Di hatinya masih terselip rasa untuk Ning Riza, tetapi untuk melepaskan Ning Gus Zaffan tidak bisa, ada rasa aneh menjalar di hatinya jika ia ingin melepaskan Ning.

Pikiran Gus Zaffan sedang kalut. Ingin rasanya membahagiakan Ning, tetapi jika perasaan ini belum terungkapkan rasanya masih ada yang kurang, tetapi jika diungkapkan akan menjadi sakit untuk keduanya. sekarang ditambah masalah Asyrof dan Humaira.

Alarm berbunyi sangat nyaring, pasti akan membangunkan siapa saja yang tidur di dekatnya. Gus Zaffan bangun untuk menunaikan qiyamullail dan diikuti oleh Ning.

Gus Zaffan masuk ke kamar mandi terlebih dahulu, setelah selesai Gus Zaffan menunggu Ning keluar dari kamar mandi, karena Gus Zaffan mengira Ning akan shalat bersamanya. Lama menunggu akhirnya Ning keluar dari kamar mandi.

"Ayo shalat!" ajak Gus Zaffan pada Ning.

"Hmm halangan." cicit Ning, karena Ning malu mengungkapkannya.

Ning kembali membersihkan dirinya dan dilanjut bersih-bersih. Pagi menjelang, semua orang berkumpul untuk sarapan. Tidak ada suara apapun di meja makan, hanya sendok dan piring saja yang saling berdentang.

Keluarga tersebut memang membiasakan jika makan belum selesai maka belum boleh berbicara atau bahkan mengobrol, seperti Sunnah Rasul. Semua orang menyelesaikan masakannya.

"Bi, mi Zaffan izin mau bertemu sama Gus Risky bersama Ning." ucap Gus Zaffan memulai pembicaraan.

"Iya, yang hati-hati ya, ngajak mantu Umi," Umi menggoda Gus Zaffan. Ning yang tak tahu akan diajak Gus Zaffan hanya diam mendengarkan.

Obrolan masih tetap berlanjut. Abi meninggalkan meja makan terlebih dahulu karena ada urusan, jadi obrolan juga ikut berhenti. Semua peralatan makan dibawa kebelakang oleh umi dan Ning. Tetapi Ning tidak memperbolehkan Umi untuk mencucinya melainkan ia sendiri yang akan mencucinya.

Ning kembali ke kamar. Ada Gus Zaffan yang tengah menunggunya. Ning ingin meminta penjelasan tentang apa yang mereka obrolkan di meja makan.

"Hari ini saya akan mengajak kamu bertemu teman saya, jadi sekarang silahkan siap-siap saya tunggu," jelas Gus Zaffan.

Gus Zaffan yang telah bersiap-siap pun keluar. Ia menunggu Ning di mobil.

"Ayo masuk!" perintah Gus Zaffan pada Ning.

"Iya terima kasih." Ning memasuki mobil dengan perlahan.

Ning menunggu Gus Zaffan menjalankan mobilnya. Tetapi entah kenapa Gus Zaffan belum menjalankan mobilnya, dan hanya diam saja. Gus Zaffan melihat ke arah Ning, dan perlahan-lahan mendekat ke arah Ning. Wajah Gus Zaffan dan dan Ning hanya berjarak satu jengkal yang refleks membuat Ning memejamkan mata. Ning mencium bau maskulin yang menguat dari tubuh Gus Zaffan.

Keadaan seperti ini, yang membuat jantung Ning merasa tidak aman. Jantungnya berdetak berkali-kali lebih cepat. Ia tidak berani membuka matanya. Tetapi ia juga tak merasakan pergerakan apapun dari Gus Zaffan.

"Jangan GR saya hanya ingin memakaikan kamu sabuk pengaman. Dari tadi saya tungguin malah kamu diam saja." Sontak Ning membuka matanya setelah mendengar Gus Zaffan berkata demikian.

Gus Zaffan telah duduk seperti semula. Memang Gus Zaffan berbicara dengan nada ketus, tetapi di dalam hatinya ingin sekali tertawa sekeras mungkin melihat reaksi Ning yang berlebih.

Cinta Sang NingWhere stories live. Discover now