BAB 7 MEMASAK UNTUK GUS ZAFFAN

28 3 0
                                    

Saat Ning memasuki mall, Ning langsung disambut oleh beberapa pegawai mall.

"Selamat siang Presdir!" sapa mereka dengan serentak sambil membungkukkan badan.

"Iya selamat siang, untuk kalian, hari ini kalian boleh mengambil apa saja yang ada di mall ini dengan gratis, jangan lupa teman-teman yang lain juga dikasih tahu!" ucap Ning dengan ramah, sengaja ia memberikan sedikit rezekinya untuk para bodyguardnya juga pegawainya sebagai rasa syukur karena dapat melihat kembali.

"Beneran Presdir?, wahhh... Alhamdulillah, terima kasih banyak Presdir!" ucap salah seorang pegawai dengan tak percaya sekaligus bahagia.

"Alhamdulillah, gue mau ambil baju buat emak!" ucap pegawai lain tak kalah sumringah.

Ning melanjutkan jalannya, ia mencari toko yang menjual barang-barang yang dibutuhkannya. Saat Ning pergi, para pegawai yang tadi menyapa Ning masih melihat Ning dari kejauhan. Salah seorang pegawai ada yang berkata.

"Apakah Presdir sudah dapat melihat lagi?" tanyanya dengan penasaran, dan membuat pegawai yang lain juga ikut penasaran.

"Mungkin!" tiba-tiba ada yang menjawab pertanyaan pegawai tadi.

"Semoga Presdir selalu disayang dan dicintai oleh suaminya, dan juga cepat diberi momongan, dan kita akan mempunyai tuan muda atau nona muda yang gemas-gemas!" do'a dari seorang pegawai dengan bahagia.

"Aamiin!" jawab teman-temannya dengan serentak.

Mall ini adalah salah satu saham Ning. Di sini Ning sangat dihormati dan disayangi oleh para pegawainya. Ning tak pernah merasa dirinya atasan yang harus disegani dan dihormati, ia menganggap para pegawainya adalah teman. Dengan sifat yang dimiliki oleh Ning membuat para pegawainya menjadikan Ning adalah panutan mereka.

Ning mencari barang yang ia butuhkan. Setelah dirasa cukup, Ning memutuskan untuk pulang ke rumah. Kali ini, ia ingin mengendarai mobilnya sendiri dan tak lupa ia menyuruh sekretarisnya untuk kembali ke kantor pusat.

Ning mengendarai mobil sportnya sendiri. Ning langsung menuju rumahnya, saat memasuki gerbang pondok, banyak santri yang memperhatikan dirinya hingga ia turun dari mobilnya, tak lama Oma langsung keluar rumah menemui dirinya saat mendengar suara mobil sport datang.

Ning turun dari mobil dan langsung menghampiri Omanya tak lupa menyalaminya. Oma menangkup wajah Ning dengan sayang dan memperhatikan wajah Ning dengan seksama. Oma terlihat bahagia karena sekarang cucunya sudah dapat melihat kembali. Ning meminta tolong kepada abdi ndalem untuk membatu menurunkan barang belanjaannya dan juga untuk memisahkan antara barang-barangnya dan barang-barang dapur.

Khusus hai ini, Ning akan memasak untuk seluruh anggota keluarganya, juga Ning ingin membuatkan makana kesukaan Gus Zaffan. Ning memasak berbagai hidangan dari sop, ayam goreng, sambal dan masih banyak lagi, tak lupa ia juga menyiapkan makanan pendamping atau pencuci mulut. Tetapi karena ning belum tahu apa saja makanan kesukaan Gus Zaffan, Ning memilih untuk menghubungi mertuanya.

Tuuuttt..... Suara sambungan telepon.

"Assalamu'alaikum umi." Ning mengucapkan salam untuk memulai pembicaraan dengan mertuanya itu.

"Wa'alaikumus salam, ini siapa ya?" tanya Umi Zul penasaran karena tiba-tiba ada nomor yang tidak dikenal menghubunginya dan menyebutnya Umi.

"Ini Ning mi." Jelas Ning pada mertuanya.

"Ya Allah mantu Umi, kirain siapa, bagaimana kabar kamu nak?" jawab Umi Zul terkejut sekaligus bahagia.

"Alhamdulillah mi, Ning sehat. Ning juga sudah dapat melihat lagi!" cerita Ning dengan antusiasnya.

Cinta Sang NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang