BAB 6 MEMBUKA PERBAN

27 3 0
                                    

7 hari Ning berada di rumah sakit, dan ia sekarang telah diperbolehkan pulang, tetapi belum diperbolehkan untuk membuka perban di matanya.

Ning pulang bersama Gus Zaffan. Ning sengaja tidak memberi kabar kepada keluarganya, karena ia ingin membuat kejutan. Ia terpaksa pulang bersama Gus Zaffan karena kalau tidak pulang bersama Gus Zaffan, pasti ia akan kena marah Omanya, juga karena Gus Zaffan suaminya tidak mungkin ia pulang bersama orang lain.

Hening hanya kata itu yang dapat menggambarkan antara Ning dan Gus Zaffan di dalam mobil. Tak pernah terbesit di pikiran Gus Zaffan sebelumnya, ia ingin membelikan buah untuk Ning, karena sebagai suami, ia akan mencoba menerima walaupun itu masih terlalu susah untuk dirinya.

Gus Zaffan menghentikan mobilnya di depan toko buah.

"Kenapa Gus?" tanya Ning heran, karena Gus Zaffan menghentikan mobilnya.

"Tunggu sebentar!" jawab Gus Zaffan tanpa berniat memberi tahu tujuannya kenapa menghentikan mobil. Tanpa banyak bertanya, Ning hanya diam dan menunggu Gus Zaffan kembali.

Gus Zaffan kembali dengan menenteng 2 kantong plastik besar yang berisi buah-buahan segar. Gus Zaffan segera masuk ke dalam mobil dan meletakkan belanjaannya di kursi tengah, setelah itu Gus Zaffan mengendarai mobilnya kembali untuk menuju rumah.

Sampai di rumah, Gus Zaffan menurunkan belanjaan dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Ning. Sengaja Gus Zaffan tidak mengucapkan salam, tetapi Ning lah yang mengucapkan salam. Oma yang sedang berada di ruang tamu terkejut mendengar suara Ning dan langsung berlari menuju Ning, mereka berpelukan sangat lama. Gus Zaffan yang melihat adegan tersebut hanya tersenyum simpul. Menurutnya ada kebahagiaan tersendiri melihat nenek dan cucu sedang saling rindu.

"Ning kok gak kasih tahu Oma kalau mau pulang?, Oma kan bisa jemput kamu!" tanya Oma setelah membawa Ning duduk di sofa.

"Kamu juga fan!" Gus Zaffan pun terkena omelan Oma.

"Eeee itu Oma, Zaffan cuma mengikuti saran Ning untuk tidak memberi tahu dulu." Gus Zaffan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Udah Oma udah, Ning yang minta agar mas Zaffan tidak memberi tahu Oma terlebih dahulu kalau Ning mau pulang, agar Ning bisa memberi kejutan untuk Oma." Ning pun menengahi nenek dan menantu yang sedang ribut.

"Kamu ini ya, sudah lah mau operasi tidak bilang, nah sekarang pun pulang dari rumah sakit juga begitu." Oma hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan cucunya itu.

Oma sangat posesif terhadap Ning karena Ning adalah cucu kesayangannya yang tiada duanya. Oma sangat menyayangi Ning, dan Oma tak mau kehilangan Ning. Sudah cukup Ning ditinggalkan oleh orang tuanya, Oma tak mau Ning kekurangan kasih sayang dari keluarganya walaupun sudah ada suaminya karena kasih sayang keluarga dan suami itu berbeda. Dan Oma tidak mau Ning jatuh ke tangan orang yang salah karena Oma tahu bagaimana perasaan cucu kesayangannya itu.

Lama mereka mengobrol, akhirnya Oma mengantarkan Ning untuk kembali ke kamarnya, agar Ning dapat beristirahat.

Oma telah memberi tahu seluruh anggota keluarga tentang kepulangan Ning. Semua anggota keluarga turut berbahagia dan bersyukur akan hal itu.

Ning tidak hanya disayangi Oma saja, tetapi seluruh keluarga Ning sangat menyayanginya, karena sifatnya yang sangat berbeda dengan yang lai. Semua akan merasa senang bila berada di sisi Ning.

Jika bertanya dimanakah keluarga dari ibu Ning, mereka semua ada di luar negeri, karena ibu Ning yang berasal dari LA, semua keluarga Ning yang berasal dari sang ibu pun juga menyayanginya, namun tak bisa bila harus tinggal di Indonesia jadi mereka hanya sesekali mengunjungi Ning.

Terdapat sambutan kecil dari keluarga Ning untuk ning, berupa banyak sekali makanan spesial yang dihidangkan, dan seluruh anggota keluarga yang berada di rumah turut hadir untuk acara makan-makan.

Malam hari tiba, Ning dan Gus Zaffan tidur di kamar yang sama, tetapi masih sama seperti sebelum-sebelumnya yang membedakan hanya Ning yang tidur di ranjang dan Gus Zaffan tidur di sofa.

Sinar matahari pagi masuk melalui beberapa celah fentilasi. Ning sedang bersiap-siap, ia akan pergi ke dokter untuk memeriksakan matanya, ia sudah tidak sabar untuk melihat lagi.

Kali ini ia berangkat sendiri atau lebih tepatnya bersama sekretarisnya dan para bodyguardnya, karena setiap hari sekretarisnya pasti akan menelpon dirinya untuk konsultasi tentang pekerjaan maupun keadaan dirinya, entah butuh dijemput aau tidak atau yang lainnya. Ia tidak bersama Gus Zaffan karena Gus Zaffan harus bekerja.

Ning berangkat pukul 9 pagi, sesampainya di rumah sakit, ia langsung menemui dokter Lita.

"Selamat pagi Bu Ning!" sapa dokter Lita ketika Ning masuk ruangannya.

"Selamat pagi juga dokter." balas Ning.

"Mari saya cek dulu." dokter Lita membatu Ning berjalan ke arah brankar untuk diperiksa. Dirasa sudah cukup baik, dokter Lita pun perlahan-lahan membuka perban yang menutupi mata Ning, ia pun tersenyum bahagia.

"Sepertinya tekad Bu Ning untuk melihat sangatlah besar, itu cukup bagus untuk perkembangan kesembuhan mata Bu Ning, dan sekarang sepertinya Bu Ning sudah dapat melihat. Coba buka mata Bu Ning secara perlahan-lahan." jelas dokter Lita yang membuat kebahagiaan tersendiri untuk Ning. Ia pun membatu memberikan arahan untuk membuka mata Ning secara perlahan.

"Benarkah dok?" tanya Ning tak percaya.

Ning mencoba sedikit demi sedikit untuk membuka matanya dan menyesuaikan dengan penerangan dalam ruangan tersebut, setelah matanya terbuka ia sudah dapat melihat seperti semula. Rasa kebahagiaan membuncah di dalam diri Ning, tak lupa ia mengucapkan Hamdalah, dan sangat merasa bersyukur pada Allah yang telah memberinya kesempatan untuk melihat lagi.

Ning terlalu bahagia hingga ia menitipkan air mata. Dokter Lita yang melihat itu, juga tersenyum bahagia, karena sebagai dokter yang mengobati pasiennya dan itu berhasil, maka itu mempunyai arti sendiri bagi para dokter dan keluarga pasien.

Ning berpamitan, ia sungguh mengucapkan banyak-banyak terima kasih untuk dokter Lita, tapi tak lupa Ning masih harus mengkonsumsi obat agar tidak terjadi apa-apa dengan matanya karena matanya baru saja sembuh.

Dari rumah sakit ia tak langsung pulang, tetapi ia memilih untuk menuju ke mall miliknya terlebih dahulu. Ia ingin berbelanja banyak barang, mulai dari pakaian yaitu gamis, Koko, sarung, kerudung, dan lain-lain. Dan juga ia membeli banyak barang untuk keperluan sehari-hari, semua itu juga karena Ning ingin menemui mertuanya.

Memerlukan hanya beberapa menit dari rumah sakit menuju mall, tak lupa ia membawa banyak bodyguardnya, karena ia ingin memberikan bonus terhadap para pekerjanya yang selalu bekerja keras membuat dirinya selalu aman.

****

Holla🙌🏻
Teman-teman, Maaf baru up, Ikuti terus kelanjutannya, Terima kasih❤️🤗🙏🏻

Cinta Sang NingWhere stories live. Discover now