BAB 15 HUMAIRA

22 2 0
                                    

Lama berdiri di depan ruangan, Asyrof mengajak Gus Zaffan menemui dokternya langsung.

"Assalamu'alaikum!" Ucap Asyrof dan Gus Zaffan berbarengan kala ingin memasuki ruangan yang di depannya tertulis nama dr. Avandi.

"Wa'alaikumus salam, silahkan masuk!" Satu persatu tubuh Gus Zaffan dan Asyrof menyembul ke dalam ruangan. Kini keduanya telah duduk di depan dokter yang bernama Avandi itu.

"Begini, saya kesini ingin bertanya mengenai pasien yang bernama Humaira," ucap Asyrof terlebih dahulu.

"Oh, ya mbak Humaira. Kondisinya seperti yang anda tahu saat ini, tidak mau makan dan suka marah-marah. Sehingga para staf medis harus menyuntikkan obat penenang pada pasien. Dan juga, pasien selalu berteriak huruf A, mungkin inisial A sangat berpengaruh pada kehidupan masa lalunya. Dan mungkin penyebab pasien menjadi seperti ini adalah masalah hati." Mendengan penjelasan dokter Avandi, Asyrof dan Gus Zaffan saling tatap, seperti berbicara melalui tatapan mengenai inisial A.

"Maaf, dok. Sepertinya orang yang dimaksud pasien adalah saya. Saya orang masa lalunya dan inisial saya juga A." Asyrof mengucapkan pernyataan dengan alis bertaut.

"Sebelumnya jangan panggil saya dokter, panggil nama saja, mungkin saya seumuran dengan kalian. Hmm mungkin bisa jadi yang pasien maksud adalah anda. Coba ayo kita lihat pasien dari dekat!" Ajak dokter Avandi kepada Asyrof dan Gus Zaffan.

Dokter Avandi berjalan mendahului keduanya. Gus Zaffan hanya menyimak obrolan antar Asyrof dan dokter Avandi. Karena ia tidak tahu persis mengenai masalah ini, ia hanya dijadikan kambing hitam oleh keluarga Bunga. Ia pikir harus cepat-cepat meluruskan semuanya sebelum masalahnya bertambah, namun tak seperti yang dugaannya ternyata lebih susah untuk diluruskan.

Langkah mereka berhenti di depan ruangan yang tadi Asyrof dan Gus Zaffan datangi.

"Silahkan mas bisa masuk untuk mencoba apakah benar anda yang dimaksud pasien!" Ucap dokter Avandi pada Asyrof.

Sebenarnya Asyrof telah mengetahui inisial A yang berpengaruh bagi Humaira dulu adalah dirinya, dan hingga membuat Humaira menjadi seperti sekarang.

Humaira masih tidak mau makan. Ia melihat Asyrof masuk malah semakin jadi marahnya. Saat suster ingin menyuntikkan obat, Asyrof melarangnya, ia akan mencoba menenangkan Humaira dengan caranya sendiri.

"Humaira!" Asyrof memanggil nama Humaira dengan nada rendah. Sedikit demi sedikit ia mendekati Humaira. Humaira pun terlihat lebih tenang saat dipanggil namanya.

"Makan dulu ya!" Ucap Asyrof lagi. Saat disuruh makan, Humaira kembali memberontak sepertinya ia tak mau makan.

"A..... A...... A......!" Teriak Humaira berkali-kali.

Bingung menghadapi Humaira, Asyrof memilih mengambil makanan dari suster berniat ia sendiri yang akan menyuapi Humaira, dan akan memberitahukan namanya pada Humaira. Walaupun di dalam hatinya ia merasa takut jika Humaira akan mengamuk dengan dirinya, tetapi ia harus mencobanya.

"Humaira, Humaira tenang dulu ya, sekarang Humaira makan nanti Asyrof suapi!" Mendengar nama Asyrof, awalnya Humaira malah memberontak tetapi lama-kelamaan ia berubah menjadi tenang dengan mata yang berbinar.

"A.... A.... Asyrof!" Satu kata terlontar dari mulut Humaira. Sejak pertama kali masuk rumah sakit jiwa Humaira tak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata hanya huruf A yang sering ia sebutkan.

Suster yang mendengar pasiennya dapat mengucapkan kata-kata terkejut sekaligus bersyukur karena masih ada kemungkinan pasiennya dapat sembuh.

Sedikit demi sedikit Asyrof menyuapi Humaira. Humaira juga menerimanya dengan tenang tak ada lagi pemberontakan. Ia memandang Asyrof tanpa memalingkan wajah sedikitpun. Humaira juga merubah sikapnya menjadi anggun dan sedikit manja terhadap Asyrof.

Di luar ruangan, dokter Avandi yang melihat itu hanya tersenyum simpul, Gus Zaffan pun sama. Makanan yang dimakan Humaira telah tandas semua. Waktunya Asyrof dan Gus Zaffan pamit pulang.

Saat Asyrof berdiri dan hendak berbalik, tangannya dengan cepat ditarik oleh Humaira. Karena Humaira mengetahui Asyrof akan pergi, ia takut akan ditinggalkan seperti dulu. Asyrof menenangkan Humaira dibantu dengan suster yang sedari tadi masih di dalam.

"Humaira...., Asyrof mau pulang dulu. Humaira sekarang istirahat ya, besok Asyrof main lagi ke sini." Ucap Asyrof.

"Asyrof!" Hanya kata itu yang keluar dari mulut Humaira. Humaira melihat Asyrof dengan tatapan mata berkaca-kaca.

Perlahan tangan Humaira melepaskan tangan Asyrof, dan mulai beranjak berbaring tidur. Asyrof perlahan-lahan melangkahkan kakinya keluar ruangan menemui dokter Avandi Juda Gus Zaffan.

"Dokter, jadi bagaimana perkembangan Humaira?" Tanya Asyrof kepada dokter Avandi setelah menutup pintu ruangan.

"Sepertinya benar, yang dimaksud pasien adalah anda. Pasien juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena sudah dapat mengucapkan sebuah kata setelah selama ini hanya mengucapkan huruf A, dan juga pasien lebih mudah tenang." Jelas dokter Avandi panjang lebar, diikuti anggukkan kepala oleh Asyrof dan Gus Zaffan.

"Dan kemungkinan, pasien masih bisa sembuh." Lanjut dokter Avandi.

Mata Asyrof langsung berbinar mengetahui hal tersebut. Selama ini ia dihantui rasa bersalah kepada Humaira dan mungkin setelah ini ia bisa menghilangkan rasa bersalahnya setelah Humaira sembuh.

"Bagaimana caranya?" Tanya Asyrof pada dokter Avandi.

"Ada dua kemungkinan, dan semua cara itu melibatkan anda. Yang pertama pasien akan sembuh dan berdamai dengan masa lalunya dan memulai hidup baru, atau yang kedua pasien akan sembuh tetapi masih terikat dengan anda, entah jadi teman hidup atau yang lainnya."

Mendengan pernyataan dari dokter Avandi yang kedua, Asyrof langsung menghadap ke arah Gus Zaffan bermaksud meminta bantuan. tetapi hanya dibalas oleh Gus Zaffan dengan melengoskan kepala, pertanda Gus Zaffan tak mau membantu, sudah cukup ia pusing dengan masalah ini ia tak mau lagi menambah masalah.

Waktu sudah sore, matahari mulai bersembunyi di ufuk barat. Asyrof dan Gus Zaffan pamit pulang. Gus Zaffan mengantarkan Asyrof terlebih dahulu ke restonya. Di dalam mobil, Asyrof hanya melamun pikirannya sedang kalut memikirkan Humaira.

Gus Zaffan memberi nasehat pada Asyrof sebelum pulang ke rumah. Gus Zaffan meninggalkan resto milik Asyrof dan pulang menuju rumah.

Di depan rumah telah ada Ning yang sedang duduk. Gus Zaffan memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Melihat Gus Zaffan yang menghampirinya, Ning segera berdiri dan menyalaminya. Terlihat guratan khawatir di mata Ning.

"Dari mana Gus, kok tidak memberi kabar. Ehm masalah apa yang yang dikatakan umi?" Ning memberondong Gus Zaffan dengan berbagai pertanyaan.

"Dari teman, maaf tidak ngasih kabar. Dan untuk masalah itu, maaf saya belum bisa cerita," jawab Gus Zaffan dengan mengajak Ning masuk ke dalam rumah, karena adzan Maghrib mulai berkumandang.

Pukul 08.00 malam, semua anggota keluarga sedang berkumpul di ruang keluarga. Abi dan Ning tak mengetahui masalah Humaira, hanya Gus Zaffan dan Umi yang tahu di dalam keluarga itu. Masalah itu disimpan rapat-rapat oleh keduanya agar Abi dan Ning tak mengetahuinya.

****

Holla 🙌🏻
Stay tune terus ya, terima kasih 🤗🙏🏻❤️

Cinta Sang NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang