BAB 18 HUJAN

21 2 0
                                    

Siang hari Ning lewati bersama temannya yang bernama Sherly. Mereka jalan-jalan keliling kota dan membahas banyak hal, dari pekerjaan hingga kehidupan pribadi. Sherly tahu bahwa Ning sudah menikah, tetapi ia tidak bisa datang karena sibuk dengan pekerjaannya.

Sherly juga banyak menanyakan kepada Ning bagaimana kehidupannya setelah menikah. Karena tak mau mengumbar aib Ning hanya menjawab baik-baik saja seperti pasangan pengantin pada umumnya.

Tujuan terakhir Ning dan Sherly adalah ke mall, untuk membeli barang juga mampir ke sebuah kafe. Ning mengirim pesan untuk Gus Zaffan agar menjemputnya seperti biasa.

Anda
Gus tolong jemput saya di jam
pulang kerja

Gus Zaffan
Iya

Di mall mereka langsung menuju kafe untuk mengisi perut, karena belum makan siang. Setelah selesai makan siang mereka melanjutkan berkeliling mall untuk mencari sesuatu. Hanya saja kali ini Ning tidak membeli sesuatu, ia hanya menemani Sherly berbelanja.

Saat di toko baju tiba-tiba ponsel Sherly berbunyi. Pertanda ada seseorang yang menelepon. Ia pun mengangkatnya. Setelah panggilan berakhir segera Sherly mematikan ponselnya dan berkata kepada Ning.

"Ning maaf sekali ya, aku disuruh pulang sama mamah. Katanya akan ada acara di rumah sekarang." Kata Sherly pada Ning usai menyimpan ponselnya.

"Iya gak papa." Jawab Ning santai

"Kalau begitu aku duluan ya, wassalamu'alaikum!" Pamit Sherly pada Ning.

"Wa'alaikumus salam." Jawab dengan suara kecil.

Tubuh Sherly melenggang pergi meninggalkan Ning. Ning memutuskan untuk membeli buah-buahan. Ia juga berkeliling mall untuk menghibur dirinya.

Jam pulang kerja tiba Ning keluar dari mall dengan belanjaannya. Saat di luar mall Ning melihat sekumpulan anak-anak yang sedang mencari makan di tempat sampah. Ning segera menghampiri mereka.

Segeri Ning mengajak mereka untuk duduk di tempat makan samping mall. Karena Ning hanya membawa buah-buahan, Ning memberikan itu terlebih dahulu, lalu memesankan mereka makanan di tempat tersebut.

Lama mereka mengobrol, Ning merasa telah lama mengobrol ia takut Gus Zaffan telah menunggu ia segera berpamitan kepada anak-anak tersebut.

"Maaf ya, kakak gak bisa kasih lebih. Ini ada alamat rumah disekitar sini, kalian bisa tinggal di sana. Juga ini ada uang sedikit untuk beli makan juga kebutuhan lainnya. Emma karena kamu yang paling besar kakak titip ini sama kamu, dibagi sama rata ya!" Ning memberikan sebuah alamat dan beberapa lembar uang merah.

"Makasih kak!" Jawab anak-anak tersebut serentak.

"Terima kasih banyak kak. Kita sudah dapat makanan saja sudah bersyukur banget. Di saat orang lain mengusir kita, tetapi kakak malah memberikan rumah dan uang sama kita yang gak mungkin bisa kita ganti. Kapan-kapan kakak main lagi ya sama kita?" Ucap salah satu anak kepada Ning.

Tak terasa air mata Ning mulai luruh. Ia tau bagaimana perasaan mereka, karena ia juga ditinggal oleh orang tuanya. Tetapi Ning beruntung karena masih memiliki keluarga yang mau merawatnya. Sedangkan anak-anak ini mereka dituntut harus bisa bekerja hanya untuk membeli makanan.

"Baik-baik ya, kakak pulang dulu. Wassalamu'alaikum!" Ning menghapus air matanya lalu pamit pulang.

"Wa'alaikumus salam. Hati-hati kak!" Jawab mereka serentak.

Awan mendung mulai menyelimuti langit. Ning ingin memesan ojek online untuk mengantarkannya ke perempatan. Saat membuka ponsel tiba-tiba ponselnya mati. Ia baru sadar bahwa ponselnya kehabisan baterai. Ning hanya membawa ponsel satu, jadi ia memilih mencari pangkalan ojek terdekat.

Langit bertambah gelap, sebentar lagi hujan akan turun. Dan benar saja, hujan turun dengan lebatnya. Ning belum sempat meneduh ia mencari toko terdekat untuk berteduh, karena di daerahnya berjalan hanya ada pepohonan yang sangat rawan bahaya.

Baju Ning sudah basah semua sebelum mencapai di sebuah toko. Ternyata toko itu tutup jadi Ning hanya dapat berteduh di luar. Angin berhembus dengan kencangnya sehingga hujan dapat mengenai tempat Ning berteduh.

Jalanan mulai sepi karena derasnya hujan. Ning bingung bagaimana cara ia pulang. Mobil tidak ada, ponsel mati, jalanan sepi, ia hanya dapat berdiam diri menunggu bantuan, tubuhnya juga sudah mulai menggigil.

****

Setelah rapat dari sekolah lain, Gus Zaffan segera pulang dan menjemput Ning di perempatan biasa. Namun saat di tengah jalan, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya.

Laju mobil Gus Zaffan turunkan untuk mencegah kecelakaan. Gus Zaffan melihat ke samping jalan, ia seperti melihat seseorang yang ia kenal. Gus Zaffan menajamkan penglihatannya untuk memastikan.

Dan benar itu adalah Ning. Karena tak tahu kalau akan turun hujan, Gus Zaffan jadi tidak membawa payung maupun Jaz hujan untuk antisipasi. Karena jarak toko dan jalan beberapa meter, jadi kalau Gus Zaffan bicara dari dalam mobil sudah pasti Ning tidak dapat mendengarnya karena suara hujan. Terpaksa Gus Zaffan turun untuk langsung menjemput Ning. Ia menghampiri Ning dengan jaket sebagai payung.

"Ngapain kamu di sini?" Tanya Gus Zaffan bingung.

"Berteduh lah!" Jawab Ning sambil memeluk dirinya sendiri agar hangat.

"Katanya mau dijemput di perempatan?"

"Ceritanya panjang!" Jawab Ning singkat karena sudah kedinginan.

"Udah ayo masuk mobil. Pulang, ganti baju biar gak masuk angin!" Ajak Gus Zaffan.

"Nanti mobilnya basah." Tolak Ning.

"Udah ayo buruan sini!" Gus Zaffan sedang malas berdebat. Ia menarik lengan Ning agar mendekat ke padanya.

Jaket Gus Zaffan dijadikan payung untuk Ning dan Gus Zaffan sendiri. Ning masuk ke mobil terlebih dahulu, diikuti Gus Zaffan dengan mengitari bagian depan mobil terlebih dahulu baru masuk ke bagian kemudi.

Di toko sebelah ada sepasang mata mengawasi mereka dengan tatapan mata yang sengit. Dalam hatinya mengatakan Jika aku tak bisa mendapatkannya maka tak ada satu orang pun yang bisa mendapatkannya.

Di perjalanan pulang tak ada satu pun yang membuka suara baik Gus Zaffan maupun Ning, hanya terdengar suara derai hujan yang menghujam mobil secara bertubi-tubi. Ning ingin meminta tolong kepada Gus Zaffan, tetapi ia sadar ia sudah banyak merepotkan Gus Zaffan, hingga sekarang ia membuat kursi mobil Gus Zaffan basah karena bajunya, jadi ia mengurungkan niatnya.

Gus Zaffan tengah fokus dengan kemudinya karena hujan membuat jarak pandang menjadi pendek, dan jalanan menjadi licin. Sedangkan Ning, ia tengah mencoba menetralkan suhu tubuhnya.

Sesampainya di rumah, Ning segera berganti baju, sama halnya dengan Gus Zaffan tetapi Gus Zaffan berganti baju di kamar mandi lain bukan di kamarnya. Ia juga ingin sekali memarahi Ning karena hujan-hujanan tapi apalah semua sudah terjadi, Ning juga sudah besar tak mungkin ia dengan sengaja melakukannya.

Setelah selesai berganti baju, Gus Zaffan bergegas kembali ke kamar. Gus Zaffan mengedarkan pandangan apakah Ning sudah keluar dari kamar mandi atau belum. Dan Gus Zaffan mendapati Ning tengah berbaring di ranjang dengan berselimut.

****

Stay tune terus ya, terima kasih 🙏🏻❤️

Cinta Sang NingWhere stories live. Discover now