BAB 9 KENANGAN

25 3 0
                                    

Perjalanan dari rumah Ning menuju rumah Gus Zaffan hanya sebentar. Mobil Gus Zaffan telah memasuki halaman pondok. Terlihat sebuah rumah ditengah-tengah pondok dan di samping masjid.

Gus Zaffan memberhentikan mobilnya di garasi rumah. Ya, rumah tadi adalah ndalem pondok atau tempat tinggal Abi, Umi, dan Gus Zaffan. Ning dan Gus Zaffan turun dari mobil dan mengambil barang milik masing-masing.

Ning terlihat kesusahan saat membawa kopernya, dan akhirnya pun Gus Zaffan yang membantu membawanya. Ning dan Gus Zaffan berjalan beriringan untuk memasuki rumah. Saat ini pondok terlihat sepi karena sedang ada pembelajaran.

Gus Zaffan membuka pintu dan mengucapkan salam, tak lama terdengar suara ibu-ibu paruh baya yang keluar dari kamar.

"Wa'alaikumus salam, ya Allah nak umi kira kalian gak jadi kesini, eh ini kok bawa koper kalian jadi pindah kesini?" Umi terlihat sangat senang dengan kehadiran putra dan menantunya itu.

"Surprise umi!" ucap Gus Zaffan sambil menyalami dan memeluk umi, diikuti oleh Ning.

"Umi Zaffan ke kamar dulu ya!" ucap Gus Zaffan dan berlalu pergi.

"Sini nak!" Umi menarik tangan Ning untuk duduk ke sofa. Umi berniat mengobrol lebih banyak bersama dengan Ning. Lama mereka mengobrol bersama dan akhirnya umi mengantar Ning menuju kamar kamar Gus Zaffan.

Umi berjalan mendahului Ning. Kamar Gus Zaffan terletak di lantai atas, sama seperti kamar Ning tetapi bedanya rumah Ning tampak lebih modern dan rumah Gus Zaffan tampak lebih klasik karena bangunannya menggunakan kayu jati.

Umi berhenti di depan pintu sebuah kamar. Umi membuka pintu kamar tersebut diikuti oleh Ning. Terlihat 2 koper berbeda berada di samping ranjang. Umi memberi tahu apa saja yang ada di dalam kamar Gus Zaffan. Umi pun menunjukkan walk in closed yang ada di kamar Gus Zaffan.

Saat Ning membuka walk in closed itu, Ning terkejut karena melihat ada beberapa pasang gamis yang masih baru beserta kerudung dan cadarnya. Ning mengira ini semua punya Umi, tetapi semua gamis itu memiliki model terbaru juga ukurannya berbeda dengan umi, mungkin Gus Zaffan menyimpan semua ini untuk istrinya.

"Umi ini...?" Karena penasaran itu milik siapa, Ning akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada umi.

"Iya, ini semua kamu punya, dan semua ini Zaffan Yang beli, tapi juga sama Umi. Zaffan beli ini sama Umi 1 Minggu sebelum menikah sama kamu." Terang umi panjang lebar.

Dalam hati Ning berkata 'benar saja semua gamisnya ukuran pas denganku, tapi kalau dipikir-pikir lagi mana mungkin Gus Zaffan yang notabene tidak suka sama aku mau membelikan ini semua, pasti paksaan umi.'

"Ya udah Umi tinggal dulu ya, oh ya, umi minta tolong sama kamu boleh nggak?" ucap umi pada Ning.

"Boleh umi, apa?" tanya Ning dengan sopan.

"Tolong antarkan surat ini pada Zaffan, ini dari Gus Rizky temannya Zaffan. Mungkin sekarang Zaffan lagi di kantor kepala pondok, sekalian kamu jalan-jalan dan lihat-lihat pondok. Kan Sekarang kamu juga keluarga pondok ini." Umi meminta tolong pada Ning, dan menjelaskan panjang lebar mengenai maksudnya.

"Iya umi, siap." Umi berlalu keluar dari kamar Gus Zaffan entah menuju kemana.

Setelahnya Ning pun keluar kamar untuk mengantarkan suratnya, namun saat beberapa langkah ia keluar dari rumah, ia baru menyadari bahwa ia tidak tahu dimana letak kantor kepala pondok, dan belum bertanya.

Ning melihat seorang bapak-bapak yang tengah menyiram tanaman di depan rumah. Ning pun menghampirinya untuk bertanya.

"Assalamu'alaikum pak." Sapa Ning dengan sopan.

"Wa'alaikumus salam neng, eh istrinya nak Zaffan ya?, ada apa?, oh pasti nyari nak Zaffan!" Bapak-bapak tersebut dan memberikan beberapa pertanyaan pada Ning dengan ramah, juga bapak-bapak tersebut sudah dapat menebak kenapa Ning menghampirinya.

"Iya pak, saya mencari mas Zaffan." Ning membenarkan tebakan bapak-bapak tersebut.

"Oh ya, nak Zaffan itu berasal di kantor pondok kalau mau kesana, dari sini neng lurus saja nanti belok kiri, kalau ada persimpangan jalan belok kanan kantornya berada di ujung."

"Terima kasih pak, saya duluan ya wassalamu'alaikum." Pamit Ning dengan sopan.

"Iya Wa'alaikumus salam, hati-hati neng."

Ning melangkahkan kakinya sambil melihat-lihat halaman pondok. Ia merasa pernah ke sini. Ning pun mengingat-ingat kembali, dan semua ingatan yang dicari pun telah kembali. Dulu Ning sering ke sini bersama Abi nya, hanya sekedar untuk bersilaturahmi. Ning dulu sangatlah aktif. Di belakang ndalem itu ada sebuah pohon dan dibawahnya ada kolam ikan. Ning sering memanjat pohon tersebut.

Suatu hari saat Ning memanjat pohon itu, dan dahan yang diinjaknya ternyata rapuh. Ning pun tercebur ke dalam kolam, terdapat banyak kang-kang santri yang melihat, tetapi mereka tidak berani menolong karena takut, Ning adalah anak dari sahabat Abah pondok mereka. Dan dari banyaknya santri itu, salah satunya ada Gus Zaffan juga tetapi Ning tak mengetahuinya, tetapi Ning sudah lupa dengan wajah Gus Zaffan yang dulu.

Semua kenangan tersebut masih Ning ingat, kenangan yang sangat memalukan. Ia mengingat pun sangat malu, karena waktu itu ia menjadi tontonan anak pondok.

FLASH BACK ON

"Mas Fayis mau kemana?" tanya Ning kecil pada seorang laki-laki. Laki-laki tersebut kira-kira berumur 17 tahun, karena ia baru saja lulus SMA, dan saat itu Ning masih kelas 5 SD dan berusia 10 tahun. Dan dengan usianya yang sudah berumur 10 tetapi Ning belum bisa bilang 'R'.

"Maaf dek, mas mau sekolah dulu." Jawab laki-laki itu sambil menyamakan tingginya dengan Ning kecil.

"Katanya mas Fayis gak mau ninggalin yulfa, tapi kok sekarang mas Fayis mau pergi." Mata Ning kecil sudah berkaca-kaca hingga bulir bening pun turun dan tak dapat dicegah.

"Iya maaf ya, mas Fayis mau sekolah dulu. Mas Fayis janji nanti kalau mas Fayis sudah pulang dari sekolah akan menemui kamu, dan mas Fayis janji gak akan pergi dari kamu lagi sampai kapanpun." Laki-laki itu pun memeluk Ning kecil sambil berbisik 'nanti mas Fayis akan nikahin kamu.'Ning kecil mengerjapkan matanya perlahan. Mereka pun menguraikan pelukannya.

"Nikah itu apa mas Fayis?" tanya Ning kecil dengan polosnya.

"Nanti kamu akan tahu, sudah ya mas Fayis mau berangkat." Laki-laki tersebut pergi meninggalkan Ning kecil dengan membawa kopernya. Ning semasa kecil mendapat panggilan khusus dari laki-laki tersebut, yaitu Zulfa nama tengahnya.

FLASH BACK OFF

Ning masih ingat sekali kenangan tersebut, tetapi sekarang ia kubur dalam-dalam keinginannya bersama laki-laki itu, karena ia telah menikah. Dan mungkin laki-laki itu telah menikah dengan pilihan terbaiknya.

****

Holla 🙌🏻
Maaf teman-teman kalau kemarin tidak up, karena authornya lagi sibuk. Stay tune terus ya, terima kasih 🙏🏻🤗❤️

Cinta Sang Ningحيث تعيش القصص. اكتشف الآن