BABA 5 GUS ZAFFAN POV

33 3 1
                                    

Malam ini Gus Zaffan tidak tidur seranjang dengan Ning. Sebenarnya Gus Zaffan mempunyai sedikit rasa kagum dengan Ning, karena walaupun Ning buta, ia tetap bisa mandiri mengurus diri sendiri.

Pagi hari Gus Zaffan sarapan bersama keluarga Ning. Ning berjalan mengekori Gus Zaffan sambil menggamit tangan Gus Zaffan. Gus Zaffan merasa sangat canggung dengan keadaan seperti itu.

Tetapi saat Gus Zaffan melihat wanitanya, didepan matanya sedang tersenyum, semua rasa canggung itu seketika menghilang. Ia mengulum senyum dalam diam.

Sarapan pagi ini menurut Gus Zaffan lumayan menyenangkan, karena ia duduk di depan Ning Riza. Gus Zaffan merasa ada yang aneh dari Ning, karena ia dari tadi tidak mengambil makanan. Gus Zaffan sedikit melirik ke arah Ning, dan ternyata benar Ning tidak makan ia hanya menunduk. Berbagai pertanyaan bergelut dipikirannya.

Hati ini Gus Zaffan memilih untuk berangkat bekerja, karena Gus Zaffan tidak mau berada di dekat Ning.

Saat berangkat bekerja karena jalan mereka berbeda, Gus Zaffan meminta Ning turu di persimpangan jalan yang memisahkan tujuan mereka.

Sebelum berangkat, saat di dalam garasi, Gus Zaffan terkejut melihat besarnya garasi tersebut sangat besar, tak lupa terparkir banyak mobil sport dan motor sport berbagai merk.

Terselip berbagai pertanyaan, dipikiran Gus Zaffan 'semua ini punya siapa?, mungkin punya keluarga Ning, tetapi mereka tidak pernah memakainya, fan sebenarnya itu Ning siapa?' dan masih banyak lagi pertanyaan yang berada di dalam pikirannya.

Gus Zaffan mengurungkan niatnya untuk pergi bekerja, ia memilih untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya.

"Assalamu'alaikum." Gus Zaffan melangkahkan kakinya ke dalam rumah.

"Wa'alaikumus salam." Jawab Bu Nyai Zul keluar dari belakang. Gus Zaffan itu menyalami tangan ibunya yang sudah terlihat beberapa kerutan di wajahnya.

"Loh fan, kamu kok pulang sendiri mana menantu umi?" heran Bu Nyai Zul karena tidak melihat menantunya bersama anaknya.

"Tidak ikut mi, lagi kerja mungkin." Jawab Gus Zaffan sekenanya.

"Kok mungkin sih fan, kamu sama istri sendiri aja begitu, awas aja kalau menantu Umi kenapa-kenapa, kamu tanggung akibatnya!" ancam Umi pada anaknya.

Gus Zaffan hanya diam, dalam hati Gus Zaffan 'nih yang anak Umi siapa sih, anak kandung aja diancam-ancam giliran menantu aja disayang'.

Seharian ini Gus Zaffan menghabiskan waktu di rumah dan di pondoknya. Gus Zaffan memutuskan untuk pulang ke rumah Ning tepat jam 5 sore.

Saat di tengah perjalanan Gus Zaffan mendapat pesan dari Ning, agar tidak perlu menjemput dirinya. Gus Zaffan sedikit berpikir dari mana Ning mendapatkan nomor handphonenya sedangkan dirinya tidak pernah memberi tahu Ning.

Sesampainya di rumah, Gus Zaffan langsung bersih-bersih diri, ia mengistirahatkan tubuh di atas ranjang sambil membaca buku tentang fiqih.

Adzan Maghrib telah berkumandang, tetapi Ning belum juga kembali. Terselip rasa khawatir di hati Gus Zaffan, tetapi ia menepisnya, ia memilih untuk menunaikan shalat Maghrib.

Setelah shalat Maghrib, terdengar ketukan pintu yang sangat ribut dari luar kamar. Ternya Oma lah yang mengetuk pintu, ia menyalaminya sebelum bertanya.

"Ada apa Oma?"

"Ayo ke rumah sakit!" Ajak Oma dengan tak sabaran.

"Ke rumah sakit kenapa Oma?" Gus Zaffan heran mengapa Oma mengajaknya ke rumah sakit.

Cinta Sang NingWhere stories live. Discover now