BAB 25 BALASAN

12 2 0
                                    

Tak lama Bunga datang dan langsung duduk di kursi dekat pintu. Ning segera menghampiri Bunga. Ia berpura-pura tidak mengenali Bunga. Bunga menggunakan pakaian yang berbeda tidak sama seperti saat ia menyamar menjadi Humaira. Ia tak menggunakan hijab, tetapi menggunakan kemeja dan celana tanpa jilbab.

Berbeda dengan Ning, ia menggunakan niqab, jadi jika orang yang melihatnya sekolah tanpa diteliti, pasti ia tak tahu jika itu Ning. Bunga tengah sibuk dengan ponselnya, ia tak menyadari jika Ning telah duduk di depannya.

"Permisi, bolehkah saya duduk di sini?" Tanya Ning berpura-pura, ia mencoba membuat suaranya terdengar berbeda.

"Iya!" Jawab Bunga singkat. Bunga melirik sekilas dan kembali sibuk dengan ponselnya.

"Mbak namanya siapa?" Ning mencoba basa-basi agar perhatian Bunga teralih padanya.

"Bunga!" Jawab Bunga judes dan melirik sekilas.

"Mbak lagi nunggu seseorang?" Tanya Ning lagi, ia masih mencoba untuk mengalihkan atensi Bunga.

"Ngapain sih nanya-nanya terus dari tadi?!" Ucap Bunga dengan ngegas karena ia mulai terganggu dengan kehadiran Ning.

Dalam hati Bunga, ia masih menerka-nerka siapa orang yang berada di depannya, karena ia seperti tak asing dengan suara dan postur tubuhnya. Sekolah terlihat dipikirannya orang yang sedang ia hindari yaitu Ning, tetapi sekarang malah berada di depannya mencoba mengajak bicara dirinya.

Bunga gugup serta takut karena ada Ning di depannya, tetapi ia mencoba tetap terlihat biasa-biasa saja. Sayangnya Ning sudah tahu gelagat Bunga yang sedang takut karena ia dulunya kuliah jurusan physicolog.

"L-lo Ning?" Tanya Bunga gugup.

"Iya, kenapa?" Jawab Ning tegas.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Bunga was-was.

"Aku lah orang yang kamu tunggu bukan orang yang mengajakmu bertemu!" Jawab Ning.

"Ha maksudnya!?"  Bunga terkejut dengan jawaban Ning.

"Yang mengajak kamu bertemu itu adalah bawahan saya," Ning menjelaskan apa yang sebenarnya.

"Apa!?" Bunga tersentak dengan jawaban Ning. Dalam hati ia membodohi dirinya sendiri karena, kurang waspada.

"Apa maksud kamu mencelakai suami saya?" Tanya Ning to the point dengan intonasi yang tegas tetapi, gerak gerik tubuhnya masih terlihat tenang.

"Apa maksud lo?" Bunga mulai tidak tenang dengan pertanyaan-pertanyaan yang Ning ajukan. Ia mulai emosi dan mulai membentak Ning. Para pengunjung pun mengalihkan atensi mereka pada Bunga dan Ning.

"Apa maksud kamu mencelakai suami saya?" Ning mengulangi pertanyaannya.

"LO DULU YANG MULAI. LO UDAH AMBIL DIA DARI GUE. PUAS LO PUAS? LO DAN SUAMI LO UDAH NGEBUAT GUE DAN SEPUPU GUE HANCUR!!" Bunga membentak Ning dengan nada tinggi.

"Apa yang kamu ketahui, bukanlah cerita yang sebenarnya," Jawab Ning agar Bunga tenang. Ia merasa tidak enak dengan pengunjung yang lain.

"ALAH ALESAN AJA LO, LO ITU MUNAFIK!" Tiba-tiba, Bunga menarik niqab yang Ning kenakan, dengan sigap Ning menutup wajahnya dengan kerudungnya. Ia tak rela wajahnya dilihat oleh orang lain, suaminya saja belum pernah melihat wajahnya, masa harus orang lain dulu yang melihatnya.

Semua pengunjung yang melihat aksi yang Bunga lakukan, mereka semua mencemooh dan juga meneriaki dirinya, juga sejak awal sudah ada yang memvideokan aksinya dan langsung disebar luaskan.

Bunga yang muak dan malu sekaligus ia memilih meninggalkan kafe. Salah satu pengunjung wanita langsung menghampiri Ning dan membantunya memakai niqab kembali. Sebelum pergi ke rumah sakit, Ning meminta maaf terlebih dahulu pada pengunjung kafe karena telah membuat keributan.

Cinta Sang NingWhere stories live. Discover now