BAB 2 FLASH BACK

44 5 0
                                    

"Aaaa.........!!" teriak Ning.

Saat Ning berbelok kesebuah lorong hotel untuk menghadiri sebuah rapat, tiba-tiba ada orang yang melempar serbuk ke mata Ning, seketika Ning berteriak dan semuanya berubah menjadi gelap, terdengar derap langkah kaki dari banyak orang mendekat kearah Ning. Ning difonis buta untuk sementara waktu.

Saat dalam perjalanan pulang Oma berkata kepada Ning.

"Ning kamu kan sudah dewasa, sudah waktunya berkeluarga. Bagaimana kalau kamu menikah?" tanya Oma.

"Terserah Oma saja, Ning ikut bagaimana baiknya." Pasrah Ning.

"Jika kamu mau, beberapa hari lagi akan ada seseorang yang akan melamar kamu. Dia adalah Gus Zaffan anak pemilik pondok di daerah sini juga." Oma memberi tahu Ning tentang siapa orang yang akan melamarnya itu.

"Kalau Oma setuju, Ning juga akan setuju." Putus Ning.

"Ya sudah kalau begitu, kamu siap-siap beberapa hari lagi dia akan datang."

" Iya Oma, Oma tapi, bagaimana dengan waliku Oma, aku saja tidak tahu dimana Abi dan Umi sekarang." Ucap Ning dengan sendu.

           FLASH BACK ON IN LA

"Abi, Umi aku pulang!, Bi, Mi kalian dimana?"

Ning baru saja pulang sekolah, seperti biasa Ning langsung pulang ke rumah. Sesampainya  di rumah Ning mencari Abi dan Umi. Tidak biasanya, ketika Ning pulang sekolah Abi dan Umi tidak ada di rumah. Ning mencari ke seluruh ruangan yang ada di rumahnya, tetapi Abi dan Umi tetap tidak ia temukan. Karena sudah lelah mencari Ning memutuskan untuk ke dapur dan bertanya kepada pekerja di rumahnya.

"Bi, Abi dan Umi kemana?" tanya Ning pada bi Shofia.

 "Maaf non bibi tidak tahu!" jawab bi Shofia dengan gugup.

Bi Shofia menjawab pertanyaan Ning dengan gugup, entah apa yang disembunyikan bi Shofia. Ning masih berlanjut mencari suatu petunjuk tentang keberadaan orang tuanya. Dan yang terakhir Ning berada di kamar kedua orang tuanya. Terlihat satu kertas putih yang tergeletak di atas meja nakas disamping tempat tidur, diambilnya surat itu.

Ning maaf Abi dan Umi pergi meninggalkanmu, Abi dan Umi sedang ada urusan mendadak dan mungkin itu lama. Jika kamu takut sendiri di sini, kamu bisa ke rumah Oma yang ada di Indonesia, sekali lagi maafkan kami. Untuk anakku tercinta tertanda Abi dan Umi. Kurang lebih begitulah isi surat tersebut.

Setelah membaca isi surat itu, tubuh Ning langsung lunglai dan lemas. Ning terduduk di lantai, satu persatu buliran bening jatuh di pipi Ning.

"Abi, umi mengapa kalian meninggalkanku, hiks.....!"

             FLASH BACK OF

5 tahun berlalu, setelah kejadian itu, Ning hidup bersama Oma, Ning memperoleh S1 jurusan psikologi di London pada usia 20 tahun, dan memperoleh S2 Ekonomi di China. Dan sekarang Ning telah mempunyai perusahaan Infinity Group Corporation yang berpusat di Jakarta, dan bahkan sudah bercabang ke London, Jepang, Australia, China dan beberapa ada di Indonesia.

Karier Ning sedang gemilang gemilangnya, dan pasti banyak orang yang tidak suka terhadap Ning, dan sekarang Ning buta, mungkin ini juga salah satu dari mereka. Ning sangat suka mengoleksi mobil - mobil sport. Ning bisa dibilang berbeda dengan wanita lain, walaupun Ning Hafidzah 30 juz dan penghafal kitab, tetapi Ning suka berkarier dan mengoleksi mobil. Dan juga Ning adalah penerus Pondok Pesantren Darul Falah.

Karier Ning sedang berada di puncaknya, tetapi Oma telah menanyakan tentang pernikahan, mungkin pikiran Oma supaya ada yang menjaga Ning, dan ini juga keinginan Oma, juga sudah waktunya. Tetapi Ning takut saingan bisnis Ning mengetahuinya dan akan mencelakai orang terdekat Ning, tetapi Ning tak mungkin membantah apa yang Oma inginkan.

Pagi hari tiba ada satu keluarga datang ke rumah Oma, mereka adalah Kyai Hasan, Bu Nyai Zul dan Gus Zaffan, Ning pernah mendengar bahwa dulu Kyai Hasan dan Gus Zaffan pernah menuntut ilmu di pondok ini. Mereka datang dengan niat ingi mengkhitbah. Awalnya semua berjalan dengan lancar, tetapi, saat Oma memberi tahu mereka siapa yang akan dikhitbah, Gus Zaffan merasa keberatan, sepertinya ia menyukai Mbak Riza. Mbak Riza adalah tante atau bule Ning anak terakhir Oma tetapi ia telah Ning anggap seperti kakak sendiri.

Oma telah mewanti-wanti, jika tidak suka atau tidak ingin bersama Ning, maka jangan melanjutkan perjodohan ini, Gus Zaffan juga telah mengetahui kalau Ning itu buta. Dan yang paling menyayat hati adalah dimana orang tua Ning, saat Ning dikhitbah saja mereka tidak datang bagaimana saat pernikahan nanti?. Saat dikhitbah hanya ada Oma dan Om Bagas, anak kedua dari Oma, karena Opa telah meninggal 3 tahun yang lalu.

Hari pernikahan tiba, entah mengapa acara belum dimulai juga. Ning telah dipanggil untuk keluar, dan yang menemani Ning adalah Ning Riza. Tiba-tiba terdengar suara orang berjalan dengan tergesa-gesa, dan langsung duduk, tak lama terdengar suara yang sangat Ning kenal. Ya, itu adalah Abi Ning seketika air mata Ning luruh. Setelah ijab qobul selesai dan tiba saat resepsi, Ning langsung meminta bertemu kepada Abinya.

"Mbak Riz, aku mau ketemu Abi, Abi dimana mbak Riz, tolong anterin aku ke Abi mbak!" pinta Ning.

"Iya Ning iya, sebentar, ayo kita cari Abi." Mereka pun mencari Abi Ning, lama mencari akhirnya ketemu.

"Bi, Abi kemana saja selama ini?, kenapa ninggalin Ning sendirian, katanya Abi pergi ada urusan, urusannya selama ini kah Bi?, dan sekarang Umi dimana?"

"Maaf Ning Abi belum bisa jawab semua pertanyaan kamu, nanti akan ada saatnya Abi bilang ke kamu. Jaga diri kamu baik-baik, patuhi suamimu dan jangan bantah, jika ada masalah yang sudah tidak kuat kamu hadapi pulanglah ke rumah Oma. Maaf Abi belum bisa menjawab semua pertanyaan kamu, dan jika waktunya sudah tepat Abi dan Umi akan memberi tahumu. Abi pergi dulu." Abi berkata demikian, banyak nasihat yang Abi berikan kepada Ning. Setelah itu Abi berlalu pergi.

Bahu Ning melemas, tubuh Ning merosot sambil terisak, Ning Riza yang melihat itu hanya bisa menenangkan Ning dan tidak bisa melakukan hal lain. Seharian penuh Ning Riza menemani Ning, entah kemana perginya Gus Zaffan.

Jam menunjukkan pukul 22.00 malam, Ning Riza mengantar Ning pergi ke kamarnya, Ning sangat lelah hari itu, banyak kejadian yang tak terduga datang kepadanya. Saat mereka sampai di depan kama Ning, Ning Riza membantu membukakan pintu, tak lupa ia memberi tahu Ning kalau suaminya ada di kamarnya.

"Ning sudah ya!, aku pamit dulu, itu suamimu sudah di dalam."

"Iya mbak terima kasih." Ning pun berlalu masuk ke dalam kamar.

****

Terus stay tune ya🙏🏻🙌🏻❤️🤗

Cinta Sang NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang