4. Yang Belum Musnah

293 13 1
                                    

Hati menerima dengan penuh suka cita, namun logika dengan tegas menolaknya.

Itulah tepatnya kontradiksi yang dirasakan oleh Trixie, atas kemunculan Leon yang tiba-tiba dan begitu nyata di depannya.

Jika orang yang kamu cintai dengan sepenuh hati direnggut begitu saja darimu, maka dia pun akan turut membawa serta bagian dari dirimu.

Lalu hakikat dirimu pun tak lagi sama, karena ada sisimu yang turut menghilang. Terbang jauh, tiada bersama jiwa yang tercinta.

Dan saat ini, Trixie seolah mendapatkan kembali bagian dari dirinya yang telah lenyap bersamaan dengan tewasnya Leon setahun yang lalu.

Karena kini, sosok yang sangat ia rindukan setengah mati itu telah kembali.

Trixie tahu bahwa yang ia harus lakukan sekarang adalah memeluk Leon erat-erat, agar lelaki itu tidak akan menghilang lagi.

Seolah semua derita yang ia rasakan setahun ini musnah sudah. Hatinya yang selalu menjeritkan nama Leon dan batinnya yang selalu menangis setiap malam hingga akhirnya tertidur, seolah kini itu semua hanyalah masa lalu kelam yang tak ingin ia ingat-ingat lagi.

Bahwa semua gangguan kejiwaan akibat kehilangan sungguh tak lagi membebaninya.

Trixie telah merelakan masa-masa sulit untuk mengembalikan jiwanya yang porak-poranda akibat kematian Leon, jika di ujung penderitaan ini ia memetik buah manis untuk semua kesakitannya.

Trixie mendekap kuat tubuh atletis itu, dengan sengaja menenggelamkan diri ke dalam kehangatan dada bidang dengan ototnya yang keras, dan memberikan kecupan mendalam penuh kerinduan.

Wanita itu bahkan tak peduli ketika Leon tak juga membalas ciumannya. Lelaki itu seolah tak mengenalnya, dan hanya diam terlihat enggan.

Tapi Trixie yang telah dibutakan oleh rasa rindu, terus menyesap bibir lelaki itu. Hingga akhirnya terdengar suara geraman kasar dari mulut Leon, disertai dengan lelaki itu yang kini menyergap bibir manis Trixie dan melumatnya dengan sepenuh gelora.

Yang disambut oleh Trixie dengan sepenuh suka cita. Karena ia tahu kalau bibir ini, dan tangan yang sedang mendekap wajahnya ini, adalah milik Leon.

Dia benar-benar Leon!

Meskipun...

Trixie sedikit mengernyit ketika merasakan sesuatu yang sedikit berbeda.

Apakah ia saja yang perlahan mulai melupakan Leon karena berlalunya waktu, yang sedikit demi sedikit telah membuat ingatannya sirna?

Wajah lelaki ini begitu sama, begitu serupa... tapi...

Trixie mendesah antara kaget dan bingung ketika lelaki yang ia kira Leon, kini semakin memperdalam pagutannya dengan menggebu-gebu bagai diburu waktu, seakan hari ini juga dunia akan hancur tak bersisa.

"L-Leon~"

Ucapan Trixie pun tertelan oleh ciuman ganas dan membabi-buta dari lelaki di depannya. Leon bagaikan orang yang sedang kehausan dan kelaparan, dan bibir Trixie pun telah menjadi pelepas dahaga sekaligus hidangan terlezat yang terhidang di depan mata.

Aneh. Leon yang Trixie kenal tidak pernah begini. Leon selalu menyukai cumbuan yang lembut dan mesra, pelan dan tidak terburu-buru.

Trixie merintih lirih merasakan sengatan dari sebuah gigitan di bibirnya. Leon tidak pernah menggigit bibirnya sekuat ini sebelumnya, tapi tak mengapa.

Walaupun merasakan perbedaan, tapi wanita itu lebih memilih mengabaikannya. Trixie membiarkan lelaki di hadapannya ini melakukan apa pun kepada dirinya.

The Mafia BillionaireWhere stories live. Discover now