6. Serangan Kedua

243 11 0
                                    

"Anda dipersilahkan untuk masuk, Miss Trixie Bradwell. Tapi mohon maaf, Mr. Aiden Miller hanya mengijinkan Anda seorang diri yang dapat menemui Beliau."

Trixie menatap lelaki paruh baya dengan rambutnya yang mulai dikuasai oleh uban itu dengan kening yang mengernyit. Lalu ia pun mengalihkan tatapan ke arah Lena yang berdiri tepat di sampingnya, seolah meminta pertimbangan.

"Kita bisa kembali ke yayasan jika kamu tidak menginginkannya," ucap asisten Trixie sekaligus juga sahabatnya itu, sembari menyentuh pelan lengan Trixie.

Sejenak wanita bersurai pirang itu pun berpikir, lalu mendesah pelan sesudahnya. "Aku akan menemui Aiden Miller," putus Trixie kemudian. Sudah terlanjur, saat ini ia telah tiba di Miller Corporated.

Dan mundur ke belakang seperti seorang pengecut bukanlah sikap yang ingin ia ambil saat ini.

Lagipula, Trixie hanya ingin benar-benar memastikan bahwa lelaki yang wajah dan tubuhnya mirip seperti Leon itu memang benar bukanlah Leon. Ia akan menyingkirkan tabir keraguan yang bergelayut di dalam pikirannya.

"Aku akan tetap menemui Aiden, Lena," ucap Trixie akhirnya memutuskan.

"Kamu yakin, Trix?" Tanya Lena lagi. Pancaran kekhawatiran begitu ketara terdengar dari nada suaranya.

Ia tidak ingin sahabatnya itu kembali pingsan seperti sebelumnya. Ditambah pula dengan penyakit anxiety disorder yang kerap kali muncul ketika Trixie sedang merasakan kecemasan.

Trixie pun mengangguk dengan yakin. Wanita itu lalu melangkah dengan ayunan anggun dari kaki jenjangnya, mengekori ajudan Aiden Miller yang bernama Wilson menuju ke ruangan CEO Miller Corporation. Wilson membukakan pintu ganda besar untuk Trixie, sebelum mempersilahkan wanita itu masuk.

"Anda telah ditunggu oleh Mr. Aiden Miller," beritahu Wilson sembari mengulas senyum sopan kepada Trixie.

Wanita bersurai emas itu pun masuk ke dalam ruangan luas dengan dominasi warna monokrom yang maskulin. Sekilas Trixie menghirup aroma segar yang cukup familier, dan ia pun mengingat bahwa aroma itu adalah... milik Aiden Miller.

Aroma yang berbeda dengan Leon.

Trixie baru menyadari bahwa ia baru satu kali saja bertemu dengan Aiden Miller, tapi pertemuan yang singkat itu sangat membekas di dalam benaknya.

Aiden yang sedang duduk di kursi kerjanya serta merta mengangkat wajahnya, ketika ia mendengar suara pimtu yang terbuka.

Manik coklat gelapnya menatap lekat kepada sosok wanita berwajah rupawan yang melangkah masuk ke dalam dengan ayunan anggun dari kaki jenjangnya.

Sebuah senyuman pun seketika terukir di wajah tampan lelaki itu. "Halo, Miss Trixie Bradwell. Senang sekali bisa kembali bertemu," ucapnya sembari berdiri dan berjalan dengan langkah pelan namun seolah penuh perhitungan, menuju ke posisi dimana Trixie berada.

Aiden seketika berhenti ketika hanya berjarak dua langkah dari Trixie. Kedua manusia menawan itu pun saling beradu tatap dalam diam, seakan saling berusaha menyelami dan memahami dalamnya palung hati masing-masing.

Sikap Aiden lebih mirip seperti seekor predator yang hendak menyergap mangsanya, membuat Trixie sedikit bergidik dan kembali menyadari sesuatu.

Ya, mereka memang sangat berbeda.

Leon dan Aiden, mereka berdua mungkin memiliki rupa dan sosok yang begitu mirip, tapi sikap yang sangat bertolak belakang bagaikan siang dan malam.

Malaikat dan iblis.

Trixie memandangi manik coklat gelap Aiden yang sama seperti milik Leon, mencoba mencari-cari keberadaan jiwa yang ia rindukan. Leon selalu memiliki sinar mata yang hangat dan meneduhkan, ramah dan penuh tawa di dalamnya.

The Mafia BillionaireOnde histórias criam vida. Descubra agora