20. Complicated Mind

160 7 0
                                    

"Dan perkara yang sulit adalah, memutuskan apakah kita akan bercinta di sini saja... ataukah aku akan membawamu ke suatu tempat yang indah dan eksotik di luar sana? Dua-duanya sangat menggiurkan, hm?"

"Jangan gila, Aiden!" Pekik Trixie sembari mendelik gusar ke arah lelaki yang sedang mengerling nakal ke arahnya.

Kenapa sih Aiden selalu saja bersikap mesum kepadanya?? Seolah keberadaan Trixie hanyalah untuk menjadi pemuas nafsunya saja!

"Hm? Kenapa? Apa kamu ingin kita melakukannya di sini saja?" Goda Aiden sambil menyeringai. Lelaki itu lalu menjulurkan satu tangannya untuk mengaitkan jari telunjuknya pada helai rambut pirang Trixie.

Tatapan dari manik coklat gelap Aiden menyusuri wajah secantik bidadari dan berhenti pada bibir penuh Trixie yang sensual.

Menatap bibir Trixie sontak membuat Aiden merasakan sebuah dahaga yang amat sangat. Ia ingat bagaimana rasa bibir itu. Manis, lembut dan adiktif, seperti menyesap es krim yang sangat lezat di tengah musim panas.

"Then let's do the bad things right now," bisiknya serak dengan tatapan yang mulai menggelap akibat hasrat.

Damned. Trixie bahkan tidak perlu berbuat atau berkata pun untuk memancing gairahnya muncul ke permukaan, karena hanya dengan memandangi sosok sempurna itu saja sudah membuat hasratnya bergejolak.

Aiden tahu jika ia hanya memiliki sedikit waktu saat ini, tapi penampilan Trixie telah membuatnya gagal fokus dan malah semakin menginginkan wanita ini.

Saat ini Trixie memang tidak mengenakan make up tebal seperti ketika sedang di panggung tadi, saat ia sedang menjadi model untuk acara penggalangan dana.

Namun wajah polos Trixie tanpa pulasan apa pun juga tak kalah memukaunya. Gadis ini benar-benar cantik sempurna, jenis kecantikan alami yang pasti membuat banyak wanita lain merasa iri.

Saat tadi ia menemukan Trixie yang sedang mengigau dalam lelapnya, Aiden tahu bahwa gadis ini pastilah sedang bermimpi buruk, dan itu membuatnya teringat kembali saat Trixie tidur di kamarnya di Mansion  Epping Forrest.

Saat itu gadis bersurai pirang itu juga sepertinya mengigau. Aiden mendengar beberapa kali Trixie memanggil nama Leon sambil menjerit lirih, lalu terisak dalam tidurnya dengan kedua mata yang masih terpejam.

Sepertinya kehilangan seorang kekasih masih meninggalkan trauma yang begitu mendalam bagi gadis ini, hingga alam bawah sadarnya pun berteriak. Menyuarakan kepiluan yang dirasakan, membuat siapa pun yang mendengarnya tak pelak ikut merasakan perihnya.

Ketika di Mansion Epping Forrest, Aiden hanya menarik tubuh menawan itu untuk dipeluk dengan sangat erat. Ia juga membisikkan kalimat yang entah bagaimana meluncur begitu saja dari bibirnya.

Kalimat yang tak disangka-sangka malah membuat igauan serta isak tangis Trixie tiba-tiba berhenti.

"Aku di sini, Trixie. Aku selalu di sini. Jadi jangan menangis lagi, karena aku tidak akan pernah meninggalkanmu." 

Entah apa yang Aiden pikirkan saat ia mengatakan sederet kalimat itu. Apa ia sedang memposisikan bahwa dirinya seolah adalah Leon?

Karena yang seperti itu bukanlah sifat dari seorang Aiden Miller. Ia bahkan bukan tipe yang peduli dengan kesulitan orang lain, kecuali Aiden bisa mengambil keuntungan dari sana.

Saat itu yang ia pikirkan hanyalah bagaimana agar Trixie bisa berhenti menangis dan kembali tidur.

Bisa saja Aiden keluar dari kamar itu dan melanjutkan tidurnya di kamar yang lain agar tidak terganggu dengan igauan Trixie, tapi entah kenapa seolah ada sesuatu yang membuat batinnya terusik.

The Mafia BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang