21. Buronan

175 8 1
                                    

Suara desahan serta rintihan lirih yang menggema di udara adalah perwujudan dari intensnya kedua insan manusia yang sedang bercinta.

Keintiman menggelora yang tengah tercipta memercikkan api gairah yang sejak hampir dua jam yang lalu tak kunjung pudar, justru membuat sang lelaki semakin berhasrat.

Terdengar lenguhan panjang disertai oleh melengkungnya tubuh sensual dengan lekuk sempurnanya yang feminin, membuat sang lelaki menghentikan sejenak aktivitas panasnya yang sejak tadi menghujam tubuh sang wanita.

Udara terasa berat, oksigen terasa sulit di dapat. Namun semua itu tidak menyurutkan semangat dua sejoli yang berada di atas ranjang yang telah berantakan tak berbentuk itu.

Atau mungkin lebih tepatnya, semangat sang pria.

"Aku menang," bisik Aiden, sang pria, dengan menyunggingkan seringai setengah penuh kepuasan melihat wanitanya yang kini terlihat tak berdaya setelah pelepasannya yang berkali-kali.

"Ya, ya~ kamu yang menang," desah Trixie sambil memutar kedua bola matanya.

Lagipula ia bukannya sukarela juga mengikuti permainan aneh Aiden, karena lelaki itulah yang lebih dulu melontarkan sebuah taruhan yang tak masuk akal, dan langsung melaksanakannya tanpa meminta persetujuannya Trixie lebih dulu.

Yaitu, ia akan membuat Trixie klimaks hingga berkali-kali, tanpa dirinya sendiri belum mencapai puncaknya.

"Bagaimana jika aku membuatmu klimaks lagi, Angel?" Bisik Aiden lagi sambil kembali menyeringai miring.

Trixie mendelikkan manik biru safirnya dengan ekspresi kesal. Yang benar saja?!

Aiden benar-benar beringas. Suaranya bahkan kini telah berubah menjadi serak, karena sejak tadi tak berhenti mengerang akibat serangan buas Aiden ke seluruh tubuhnya.

Sudah tidak terhitung entah berapa banyak jejak kemerahan yang memenuhi kulit Trixie. Gadis itu hanya bisa meringis, membayangkan untuk beberapa hari ke depan ia tidak akan bisa mengenakan pakaian yang memperlihatkan leher dam bahunya.

"Tidak, Aiden. Aku sudah benar-benar lelah sekarang," tolak Trixie. "Kamu belum mendapatkan puncakmu, kan? Ayo sini aku bantu."

Aiden menelan ludahnya yang terasa berat melihat senyum menggoda yang sangat seksi terpulas di wajah Trixie, serta suaranya yang renyah merayu. Damned.

Gadis ini ternyata benar-benar masih perawan, yang telah dibuktikan sendiri oleh Aiden sebelumnya.

Tapi jangan kira seorang perawan akan selalu polos dan tidak tahu apa-apa tentang bercinta dan menggoda. Contohnya Trixie... sial.

Gadis ini sepertinya memang ditakdirkan untuk membuat seorang lelaki tergila-gila meskipun cuma dengan kerlingan mata. Bahkan gerakan sederhana bahunya saat sedang bercinta saja terlihat sangat sensual dan menggairahkan.

Jika Aiden tidak melihat noda merah di atas seprai, mungkin ia tidak akan pernah mengira jika Trixie benar-benar belum pernah melakukannya sebelumnya.

"Damned, Trixie!"

Aiden mengumpat keras ketika gadis cantik itu tiba-tiba mendorong bahunya hingga telentang di atas ranjang, lalu duduk di atas pahanya.

"Seharusnya begini kan?"

Lagi-lagi Aiden mengumpat dalam hati saat Trixie memegang juniornya, lalu mengangkat tubuhnya dan perlahan turun hingga milik Aiden pun terbenam dalam kehangatan Trixie yang sangat sempit.

Gerakan gadis itu memang terlihat tidak berpengalaman, tapi sangat berani dan provokatif dengan caranya sendiri.

Lagipula... dia adalah Trixie Bradwell.

The Mafia BillionaireWhere stories live. Discover now