01/02/2024 - Si Kembar

44 12 14
                                    

Day 1:

Buatlah cerita yang berawalan, "Pagi ini, aku dibangunkan oleh..."

...

Pagi ini, aku dibangunkan oleh Alvin yang berteriak dan menggoncang-goncangkan tubuhku dengan beringas. Dengan mata masih setengah rabun dan telinga yang kuusahakan menangkap apa yang Alvin katakan, kutenangkan dia yang ternyata hanya memakai handuk melilit bagian bawahnya, sangat-sangat bawah. Sepertinya dia baru mau mandi pagi.

"Tenang-tenang! Buru ih, aku udah teu tahan!" teriak Alvin sambil memegangi perutnya. Wajahnya mengerut-ngerut gelisah seperti orang yang menahan sesuatu.

"Enya bentar, bentar." Aku berdiri sembari mengucek mata. Kugiring tubuh ke kamar mandi dengan gontai. "Mana kecoana?" tanyaku dengan masih mengerjap-ngerjapkan mata supaya bisa melihat dengan jelas lantai kamar mandi yang biru, bak mandi besar di sisi kiri, WC jongkok di kanan, dan barang-barang keperluan mandi lainnya di dinding putih. Alvin ini. Badan saja yang besar berotot, tapi sama serangga kecil cokelat saja takut.

Alvin berseru penuh tanda tanya menanggapiku. "Anak tikus, ih! Kapan aku bilang kecoa?" Dia menunjuk lubang WC dari balik bahuku. "Itu, tuh!" Anak itu bergidik. "Coba bayangin. Pas aku mau berak tiba-tiba nongol cucurut dari dalem. Gimana kalau dia nyaplok pas aku lagi enak-enak ngeluarin beban?"

Aku mendekati WC dengan hati-hati dan penuh perhatian selagi melindungi Alvin kalau-kalau makhluk mengerikan satu itu meloncat keluar dan menyerang kami berdua.

Kulongokkan kepala sesenti demi sesenti.

CURUT! Kalau begini aku juga bakal paranoid.

Anak tikus abu-abu itu berusaha keluar seperti orang yang mau tenggelam di kolam renang. Moncong panjangnya menengadah keluar mencari napas. Kaki kecilnya menggapai-gapai udara.

"Cepet, ih, Pin! Aku geus teu kuat!" Lagi-lagi Alvin memegang perutnya.

Aku memutar otak. "Kamu ambil batu di luar," perintahku. Kembaranku itu mengangguk dan langsung bergegas meninggalkan kamar mandi. Aku sendiri pergi ke gudang yang ada di dekat dapur.

Macam-macam barang tak terpakai tergeletak tersusun di beberapa sudut. Debu dan sarang laba-laba tidak lupa mempercantik tempat ini. Aku memindai sekeliling sesaat dan menemukan barang yang kucari: penjepit dari kayu yang pernah Bapak buat beberapa tahun lalu sebelum meninggal. Kalau tidak salah benda ini digunakan untuk menangkap ... aku lupa persisnya. Lagi pula itu sudah lama.

"Piiin?" Alvin berteriak dari kamar mandi. Aku segera menyusulnya dengan membawa penjepit kayu dan kantung plastik untuk membawa si tikus keluar.

"Udah dapet?" tanyaku retoris. Alvin hanya mengangguk. "Kalau gitu pegang terus, biar mulesnya kurang. Aku mau capit curutnya." Kucapit-capit udara di depan mukanya. Lelaki yang berwajah sama denganku itu melongo tak percaya.

Tikus dalam lubang WC masih menggeliat berusaha kabur. Dengan hati-hati kucapit tubuh berbulunya, tetapi si hewan berkelit masuk. Sebelum dapat kabur sepenuhnya, jepitku bermanuver lebih cepat hingga akhirnya si curut terjebak sepenuhnya dalam genggaman pencapitku. Hewan itu menjerit memilukan sembari menggeliat. Namun, siapa yang peduli?

"Ha, dapat!" Kupamerkan buruanku yang menetes-neteskan air toilet pada Alvin. Orang di depanku beringsut mundur sambil melindungi diri. Wajahnya tegang seperti melihat hantu.

"BURU BUANG, IH!" pekiknya mencak-mencak. Handuknya hampir lepas karena longgar.

Aku buru-buru memasukkan si tikus ke kantung kresek dan keluar kamar mandi sebelum ada kejadian memalukan terjadi selanjutnya. Sesaat setelahnya, pintu tertutup dan terdengar suara Alvin yang mendesah.

Si tikus mencicit-cicit di dalam kantung. Aku segera ke halaman depan dan menaruhnya di tanah. "Sekarang, bagaimana caranya membunuhnya dengan cepat dan efisien?" Sejujurnya, hal yang paling memalaskan dari pembunuhan adalah membersihkan TKP.

Aku melihat sekeliling. Pagar, bunga, pohon, semak, rumput, kerikil. Batu yang bagus. Kuambil batu besar yang mulus di sudut halaman dan langsung kujadikan alat eksekusi.

"Maafkan aku, Hama."

Bugh!

Suara cicit melengking sebelum akhirnya senyap. Si curut sudah tidak bersuara ataupun bergerak. Sepertinya dia sudah kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa.

Aku menghela napas lelah. Aku tidak percaya, pagiku diakhiri dengan pembunuhan.

~~oOo~~

A/N

Hari pertama dan mari kita mulai dengan si kembar yang baru saja terbit beberapa hari lalu. Semoga sisa bulan ini lancar jaya dan semua cita-cita terkabul. Aamiin.

Sepotong Minda - Daily Writing Challenge NPC 2024Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz