05/02/2024 - Rencana Wisata

18 6 0
                                    

Day 5

Buatlah cerita yang mengandung tiga kata ini: sungai, bianglala, rentenir. Maksimal 1000 kata.

...

Pagi-pagi, pintu kosku sudah digedor. Suaranya tidak terlalu keras, tetapi terus-menerus sampai aku harus buru-buru membuka pintu sambil berteriak, "Sebentar!" agar orang itu berhenti merusaknya.

Namun, sebelum menyambut tamu, harus ada yang kulakukan.

Aku memuku-mukul pipi dengan keras agar kantuk segera hilang. Kusugar rambut supaya terlihat agak rapi. Setelah memastikan bau mulutku masih dalam batas toleransi, kubuka pintu perlahan.

"Hai, Re!" Seorang cowok tinggi kekar berseru mengagetkanku. Tangannya terbuka lebar siap memeluk.

Ck. Arga ternyata. Aku membatin dongkol.

"Ngapain pagi-pagi udah ke sini?" tanyaku melipat kedua tangan di depan dada.

Arga mengusap rambut pendek hitamnya. Dia tertawa konyol. "Aku datang untuk menagih janji!" katanya.

Kedua alisku terangkat. "Menagih? Emang kamu apa? Rentenir? Aku enggak perlu diingetin segala kali."

"Sengaja." Dia melihat melewati bahuku seperti ingin masuk. "Biar kamu enggak ketiduran terus jadinya kesiangan."

Aku masih menahannya di pintu menuntut penjelasan lebih lanjut. Namun, dia malah mengangkat bingkisan di tangan kanan. "Ayo, sarapan, aku beli bubur."

Aku hanya bisa mengerling, lalu mempersilakannya masuk.

Arga memperlakukan kosku seperti miliknya. Dia mempersiapkan meja lipat yang biasanya kugunakan untuk belajar sebagai meja makan. Ditaruhnya dua bingkisan putih di atasnya. Sementara itu, aku ke toliet untuk setidaknya mencuci muka agar tidak ada tahi mata yang tersisa.

Keluar kamar kecil, Arga sudah bersiap dengan dua sterofoam isi bubur yang masih mengepulkan uap hangat.

"Ayo, Re, sarapan!"

Aku duduk di hadapannya dan menghirup aroma bubur yang bercampur dengan daging ayam, bawang daun, kecap, dan bumbu lainnya.

"Kamu enggak mandi, Re?" Arga bertanya di sela suapannya.

"Nanti habis makan," jawabku singkat, lalu lanjut makan tanpa bersuara.

Namun, Arga tidak sepertiku.

"Aku udah liat-liat tempat wisata yang bakal kita datangi. Memang rada jauh sih, tapi pemandangannya bagus banget! Pas di jalan aja nanti kita bakal lihat sungai juga. Di sisi jalan. Jadi kalau capek, tinggal nengok ke kiri. Tada! Sungai air jernih, bikin mata segar lagi!"

"Bahaya, gak, sih?" tanyaku membayangkan ada sungai tepat di pinggir jalan.

"Enggaklah," jawab Arga yakin. "Kan, ada pager beton yang misahin." Dia lanjut mengunyah. "Oh, iya, Re, tau enggak, nanti kita juga bakal lewatin kincir air yang gede banget kayak bianglala di Dufan!"

"Tau banget?"

"Iya, dong! Aku kan udah riset! Nanti kita pasti senang-senang di sana. Makanya buru mandi biar kita bisa cepet ke sana!"

Aku tertawa kecil. Sedikit banyak tertular oleh antusiasme Arga.

"Padahal kita berangkat masih 2 jam lagi. Tapi, kamu kayaknya udah enggak sabar." Aku berdiri mengambil handuk yang tersampir di jendela.

Arga lagi-lagi tertawa. "Kan, biar habisin waktu bareng kamunya lebih lama."

"Idih!" Aku pura-pura bergidik, lalu bergegas masuk kamar mandi. Arga di belakang tertawa puas.

~oOo~

A/N

Arga dan Re dari Reinc. Maaf yah, kalo maksa kesannya.

Sepotong Minda - Daily Writing Challenge NPC 2024Where stories live. Discover now